Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Untuk pertama kalinya dalam 30 tahun terakhir Liverpool bisa menjuarai kompetisi tertinggi di Inggris. .
Tak bakal ada parade kemenangan karena ancaman pandemi Covid-19 yang belum tuntas.
Juergen Klopp berperan besar mendongkrak permainan dan prestasi Liverpool dalam tiga tahun terakhir.
MANAJER Liverpool Juergen Klopp berangan-angan bisa merayakan kemenangan timnya di Liga Primer Inggris dengan berparade keliling kota mengendarai bus beratap terbuka bersama suporter. Namun Klopp dan para pendukung Liverpool harus menahan mimpi mereka untuk berpesta karena Inggris masih dibayangi ancaman pandemi virus corona (Covid-19).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wabah yang merebak tiga bulan terakhir itu membuat pemerintah Inggris melarang orang berkerumun untuk meminimalkan risiko penularan. Klopp memahami kekecewaan suporter yang tak bisa merayakan kemenangan di Stadion Anfield. Menurut Klopp, Liverpool masih bisa menggelar perayaan dan parade bersama tahun depan, ketika pandemi Covid-19 usai. “Merayakan kemenangan sendirian di stadion lalu pulang ke rumah sungguh tak ideal, tapi kondisi saat ini memang tak bisa diubah,” ujar Klopp seperti dilaporkan situs SkySports pada Ahad, 7 Juni lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pelatih asal Jerman itu optimistis krisis Covid-19 akan berakhir dan kehidupan publik kembali normal. Saat itulah rencana perayaan kemenangan yang dibuat sebelum pandemi merebak bisa dituntaskan. Menurut Klopp, Liverpool dan para suporternya layak mendapat perayaan tersebut bahkan saat kompetisi musim 2020/2021 separuh jalan. “Kita punya trofi juara untuk diarak bersama keliling kota,” kata Klopp. “Kalau nanti ada yang bilang kita gila, aku tak peduli karena ini perayaan spesial.”
Kemenangan Liverpool di Liga Primer Inggris menjadi tonggak sejarah baru klub berusia 128 tahun tersebut. Untuk pertama kalinya dalam tiga dekade terakhir, mereka bisa kembali bergembira menjadi juara liga kasta tertinggi Inggris. Kemenangan ini juga makin terasa geregetnya karena untuk pertama kalinya Liverpool bisa merebut trofi Liga Primer Inggris, yang digelar sejak 1992. Liverpool terakhir kali berpesta sebagai juara liga pada 1990, kala kompetisinya masih bernama Divisi Pertama.
Liverpool mengukuhkan posisinya di puncak klasemen Liga Primer setelah mengalahkan Bournemouth 2-1 pada 7 Maret lalu. Saat itu mereka sudah mengumpulkan 82 poin dan unggul 25 angka atas rival terdekatnya, Manchester City. Pertandingan itu menjadi laga terakhir mereka sebelum Liga Primer ditangguhkan gara-gara pandemi Covid-19. Wabah itu telah membunuh lebih dari 26 ribu jiwa di Inggris dan memaksa otoritas sepak bola menangguhkan semua agenda kompetisi dalam negeri.
Ketika sejumlah negara Eropa, seperti Belanda, Prancis, dan Belgia, menghentikan kompetisi sepak bola, Inggris melanjutkan liganya dengan menyusun strategi Project Restart. Liga Primer Inggris resmi bergulir kembali pada Rabu, 17 Juni lalu. Melanjutkan kompetisi dinilai dapat memberikan semangat kepada warga Inggris yang tengah tertekan pagebluk. Meski demikian, demi menjaga kesehatan publik, pertandingan digelar tanpa penonton. Liverpool memulai kembali turnya dengan menjalani derby alias pertandingan tim sekota melawan Everton.
Wali Kota Liverpool Joe Anderson sempat membuat suporter Liverpool berang setelah menyatakan pertandingan sepak bola bisa mengganggu pengendalian pandemi. Apalagi ada risiko para fan Liverpool melanggar aturan pembatasan sosial karena bakal bergerombol di Anfield untuk merayakan kemenangan tim mereka sebagai juara Liga Primer. “Bahkan jika pertandingan digelar tanpa penonton tetap akan ada ribuan orang datang ke Anfield,” tutur Anderson seperti dilaporkan The Guardian.
Sikap Anderson melunak setelah ia berbicara dengan Klopp dan manajemen Liverpool tentang pengaturan pertandingan di Anfield. Menurut Anderson, para suporter tetap diminta menaati aturan pembatasan dengan tidak bergerombol dan menjauh dari stadion. Perayaan kemenangan, seperti yang terjadi ketika seisi kota berpesta menyambut keberhasilan The Reds menjuarai Liga Champions Eropa tahun lalu, mungkin tak lagi riuh.
Liverpool masuk daftar tim elite Liga Primer—juga berisi Manchester United, Manchester City, Chelsea, dan Arsenal—yang mendominasi kompetisi. Namun Liverpool menjadi satu-satunya tim yang belum pernah meraih gelar juara liga tersebut. Manchester United masih menjadi klub paling sukses di kompetisi kasta tertinggi Inggris dengan 20 gelar juara, 13 di antaranya di Liga Primer. Adapun Chelsea mengoleksi 5 gelar juara Liga Primer diikuti City (4) dan Arsenal (3).
Kemenangan kali ini bisa mengangkat gengsi Liverpool lagi. Kegagalan mereka menjadi juara dalam 30 tahun terakhir membuat tim itu kerap menjadi bahan guyonan. Padahal sebelumnya Liverpool adalah tim yang ditakuti. Dalam kurun 30 tahun sejak 1960, Liverpool berhasil mendapatkan 41 trofi juara, 18 di antaranya piala Divisi Pertama. “Kemenangan itu seperti sesuatu yang sudah biasa didapat,” ujar Gary Gillespie, mantan pemain Liverpool yang ikut merasakan atmosfer kemenangan terakhir tim tersebut pada 1990.
Gillespie mengatakan suasana berubah setelah kemenangan 1990. Para pemain dan suporter begitu terpukul atas merosotnya prestasi Liverpool di liga Inggris, yang juga dipengaruhi situasi ekonomi kota pelabuhan itu. “Selama 30 tahun kemudian Liverpool tak pernah menang lagi,” ucapnya seperti dilaporkan CNN.
Liverpool akhirnya berbenah, tapi tak mampu mengejar klub-klub raksasa lain, seperti Manchester United dan Chelsea. Sejumlah manajer papan atas, seperti Kenny Dalglish, Roy Evans, Gérard Houllier, dan Brendan Rodgers, tak kuasa mengerek Liverpool menjuarai Liga Primer. Rafael Benítez yang menangani Liverpool di Liga Primer selama enam tahun pun tak bisa mengantarkan tim itu ke podium juara.
Penampilan Liverpool baru moncer di bawah kendali Klopp sejak 2015. Sempat terlempar dari zona lima besar di klasemen, Liverpool kembali merangkak naik dalam tiga tahun terakhir. Tahun lalu, Klopp membawa Mohamed Salah dan kawan-kawan menjuarai Liga Champions Eropa. Kemenangan itu menjadi penghibur utama para suporter yang sempat kecewa karena Liverpool mentok sebagai runner-up Liga Primer Inggris.
Sejak kedatangan Klopp, suasana di Anfield kembali meriah. Para suporter, yang dikenal tajam kala mengkritik pelatih-pelatih Liverpool sebelumnya, mendukung Klopp. Steven Gerrard, mantan kapten tim, mengatakan seharusnya sudah ada patung Klopp di Anfield sebagai penghargaan untuknya karena membawa klub itu menjadi juara Liga Primer. “Ada banyak manajer sukses, tapi Juergen Klopp adalah manajer terbaik di dunia,” kata Gerrard seperti dilaporkan situs Goal.
Tak hanya mengukir sejarah baru sebagai juara Liga Primer, Liverpool juga berpeluang memecahkan rekor sebagai klub dengan poin terbanyak dalam satu musim kompetisi. Manchester City memegang rekor itu dengan koleksi 100 poin pada musim 2017/2018. Jika berhasil memenangi semua pertandingan tersisa musim ini, Liverpool bisa menyelesaikan kompetisi dengan 109 poin.
GABRIEL WAHYU TITIYOGA (LIVERPOOL FC, THE GUARDIAN, GOAL, ESPN, CNN, THE TELEGRAPH, EXPRESS)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo