Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI tembok yang berada di depan markas latihan FC Porto di Gaia itu terdapat sisa kegundahan. Simaklah tulisan tangan jahil di sana, "Menjual Deco sama saja menjual mimpi kita." Ada lagi, "Magic + Sepak Bola = Deco." Pen-dukung klub juara Liga Champions musim lalu ini galau karena bintang pujian mereka, Deco Souza, akhirnya hijrah ke Barcelona.
Kecemasan mereka terbukti. Ditinggalkan Deco, pamor FC Porto meredup. Sebaliknya, Barcelona, klub yang sekarang dihinggapinya, mencorong. "Porto memiliki ambisi yang besar untuk menang. Tapi di sini, di Barcelona, kualitasnya jauh lebih hebat. Jadi, saya percaya, lebih gampang menjuarai Liga Champions bersama Barcelona," ujar pemain Brasil berpaspor Portugal ini.
Hingga saat ini, setelah kompetisi memainkan tujuh pertandingan, Barcelona menjadi satu-satunya klub yang tak terkalahkan di Liga Spanyol. Mereka juga sangat berpeluang melaju ke putaran kedua Liga Champions meski kalah 0-1 oleh AC Milan, Rabu pekan lalu. Lebih dari itu, penampilan Barcelona betul-betul mengagumkan: mengalir seperti air.
Padahal, dalam kurun waktu yang sama, musim lalu, dua kekalahan sudah diderita El Barca. Ironisnya, keduanya terjadi di Nou Camp. Puncaknya adalah ketika mereka kalah 1-2 oleh Real Madrid di hadapan publiknya. Inilah kekalahan pertama Barcelona menghadapi musuh bebuyutannya itu di kan-dang sendiri selama 20 tahun.
Rijkaard langsung jadi sasaran tembak di mana-mana. Sebuah harian olahraga terbitan Barcelona di halaman depannya pernah memasang foto pelatih asal Belanda itu sedang dihujani anak panah. Di atasnya terpampang judul kejam: "Guilty". Surat kabar lainnya menuding bekas pelatih tim nasional Belanda itu sebagai pengecut. "Betul, seorang pecundang akan selalu menghindari pertarungan. Rijkaard membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mengeluarkan dirinya dari stigma tersebut," kata seorang komentator televisi.
Kenyataannya, Rijkaard hanya butuh waktu lima bulan. Di akhir kompetisi, Barcelona bertengger di peringkat kedua. Prestasi bagus karena tak seorang pun pelatih Barcelona yang pernah mencapainya dalam lima tahun sebelumnya. Tidak Llorenc Serra Ferrer, Louis van Gaal, Carles Rexach, atau Radomir Antic. Yang lebih penting lagi, posisi Barcelona berada di atas Real Madrid!
"Saya hanya mencoba mencari solusi. Persoalan itu datang dari sini," kata Rijkaard sambil menunjuk dadanya. Satu-satunya hal yang bisa dilakukannya adalah membantu para pemain meraih kembali kepercayaan dirinya.
Itulah sebabnya, Rijkaard tak segan-segan membuang armada Belanda yang ada di Nou Camp. Bekas gelandang AC Milan dan Ajax Amsterdam itu membuka pintu seluas-luasnya bagi Patrick Kluivert, Marc Overmars, Philip Cocu, dan Michael Reiziger untuk hengkang. Klik Belanda ini lebih sering memunculkan masalah ketimbang membantu tim.
Sebagai gantinya, bersama Presiden Barcelona Joan Laporta, dia berbelanja pemain. Deco dan Ludovic Giuly, dua pemain finalis Liga Champions digaet. Henrik Larsson juga bergabung dengan transfer bebas dari Celtic sebagaimana juga Samuel Eto'o dari Mallorca. Dia juga menambah tiga pemain Brasil, Sylvinho, Edmilson, dan Belletti, untuk melapis lini belakang dan gelandang.
Tidak begitu boros. Untuk mendapatkan tujuh pemain baru, Laporta merogoh 19,8 juta pound (sekitar Rp 325 miliar). Bandingkan dengan Real Madrid yang menggelontorkan dana 35,9 juta pound (setara dengan Rp 590 miliar) hanya untuk menggaet tiga pemain: Michael Owen, Jonathan Woodgate, dan Walter Samuel.
Para pemain baru ternyata bisa tampil bagus bersama Ronaldinho yang mengagumkan. "Kami punya Ronaldinho?apa lagi? Dia melakukan segalanya dengan sederhana, tapi hanya dia yang bisa memainkannya," kata Deco. Ronaldinho pula yang mengubah wajah stres Barce-lona menjadi rona nan gembira. Tak pernah dia berhenti tersenyum begitu menyelesaikan aksinya, berhasil atau gagal.
Ronaldinho setuju suasana kondusif itu menjadi modal utama kebangkitan Barcelona. "Kualitas dan tingkat kecerdasan pemain, kebersamaan, dan rasa hormat atas perintah (Rijkaard)?semua itu yang membuat kami berbeda," katanya.
Kisah sukses Barcelona bahkan mencuri perhatian Luis Figo, gelandang Real Madrid yang dijuluki pengkhianat ketika meninggalkan Barcelona empat musim yang lalu. "Saya kira Barcelona adalah tim terbaik di Spanyol musim ini," tuturnya.
Kini, setelah semua persyaratan dimiliki, pendukung Barcelona seperti tinggal menunggu waktu untuk meraih gelar juara. Lima tahun bukanlah waktu yang pendek buat mereka menahan kerinduan itu. Terakhir, Barcelona menjuarai Liga Spanyol pada 1999.
Tim berkostum merah-biru bergaris-garis itu sebelumnya dikenal amat digdaya. Tak kurang dari 16 kali mereka pernah menjuarai liga dan 24 kali meraih piala Raja. Barcelona juga pernah me-nyabet dua kali juara Liga Champions.
Kendati mampu mendongkrak prestasi timnya, Rijkaard masih malu-malu berbicara soal target juara tahun ini. "Semua orang selalu menanyakan soal target, jadi saya harus menjawabnya. Tapi buat saya, latihan setiap hari yang lebih saya perhitungkan," ujarnya.
Rijkaard mengaku bangga dengan penampilan timnya dan dukungan yang mereka raih dari publik Nou Camp. Dia menilai hal ini tak lepas dari kerja keras mereka musim lalu dan pembelian pemain yang tepat. Walau begitu, dia menegaskan, perjuangan pasukannya masih panjang.
Jika Rijkaard masih berbasa-basi, tak demikian halnya dengan pemain-pemain Barcelona. Deco salah satunya. "Barcelona membutuhkan gelar juara yang sudah lima tahun tak pernah diraih. Saya ingin jadi juara di Barcelona," katanya.
Zulfirman
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo