USIA menyelamatkan kita. Di SEA Games Singapura Juni lalu,
perenang Indonesia bagaikan ikan yang dibetot insangnya kalah
besar. Tapi dalam Kejuaraan Kelompok Umur ASEAN VII di Senayan
(19-21 Agustus) mereka menjadi ikan cucut yang tak terkejar
lawan dari Filipina, Malaysia, Singapura, dan Muangthai.
Dengan 45 perenang, tuan rumah Indonesia merebut 37 dari 90
medali emas yang tersedia. Menyisihkan Filipina (dengan 41
perenang) ke nomor 2 dengan perbedaan tujuh medali emas.
Singapura, Penggondol medali terbanyak di SEA Games lalu,
kelihatannya kekurangan bibit mempertahankan dominasinya di SEA
Games mendatang. Memenangkan delapan emas, Singapura menempati
kedudukan ke-4, sesudah Malaysia yang merebut 11 emas.
Meskipun kalah dalam pengumpulan medali, Filipina kelihatannya
bakal menjadi lawan tangguh di SEA Games Brunei 1985. Mereka
memiliki perenang-perenang kelompok umur I (15-17 tahun) dan II
(13-15 tahun) yang tangguh -- kelompok umur yang punya potensi
tinggi untuk tampil di Brunei. Sementara Indonesia cuma berjaya
di kelompok umur lebih muda, yaitu III (11-12 tahun) dan IV (di
bawah 10 tahun). Kekayaan yang kelihatannya belum siap pakai
untuk pesta olah raga dua tahun mendatang itu.
Dari kelompok umur I dan II, Filipina paling tidak bisa
mengharapkan dua perebut medali emas di Brunei nanti,
masing-masing dari Christine Jacob dan Rene Conception.
Christine, pelajar kelas I SMA di negerinya membabat tujuh
medali dari delapan nomor yang diikutinya. Sementara Rene
Conception yang sedang belajar di sekolah menengah atas di
Amerika Serikat mempersembahkan delapan medali emas untuk
negerinya. Di tangannya lima rekor kelompok umur ASEAN tumbang.
Dari Indonesia hanya Elfira Rosa Nasution yang mampu bersaing di
kelompok II. Anak pelatih renang di Jambi, Raja Nasution,
merebut empat emas dari sepuluh nomor yang diterjuninya. Ia
memecahkan rekor 400 gaya ganti perorangan, dari 5:27.8 menjadi
5:25.8. Namun masih terpaut beberapa puluh kali ayunan tangan
dari rekor SEA Games yang dipegang perenang Singapura Junie Sng
(5:04.37).
Seperti dikatakan Ketua Umum PRSI, M.F. Siregar, Indonesia harus
bekerja keras untuk memacu perenang-perenangnya, terutama
setelah melihat keremahan pada kelompok umur I & II. "Latihan
menjelan Brunei dititikberatkan pada power untuk mempertinggi
kekuatan dan daya tahan," uccap Siregar.
Setelah masa paceklik di SEA Games dan bayang-bayang yang belum
jelas di Brunei, Indonesia tampaknya bakal menjadi kekuatan yang
pantas disegani empat atau lima tahun mendatang. Karena
tersedianya bibit yang cukup dari kelompok III dan IV. Dengan
bintangnya Katarinus Aligita.
Bertanding di kelompok III, putra pelatih renang Ali Budiman ini
berhasil memecahkan rekor 100 meter gaya dada. Murid kelas I SMP
ini mulai berenang usia empat tahun. Untuk merebut tujuh medali
emas dari kejuaraan ini, Gita berlatih dua kali sehari sejauh
11.000 meter. Sekalipun berbagai pertandingan membuat dia harus
meninggalkan sekolah, ternyata "ikan cucut" ini masih bisa
menjadi juara ke-2 di kelasnya.
Menang atau kalah hanya dibedakan waktu perseratus detik.
Barangkali untuk menghitung kecepatan dengan tepat, Gita ingin
jadi sarjana komputer.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini