MENYONGSONG pertandingan penting, Christian Gross membawa pasukannya ke Pegunungan Black Forrest, Swiss. Tiga hari lamanya pelatih FC Basel ini menggojlok habis fisik anak buahnya. Tujuannya hanya satu, mereka harus menang melawan Liverpool di depan publiknya sendiri. Persiapannya memang tidak main-main. Dia juga mengirimkan Ruedi Zbinden, koleganya, untuk mengintip keperkasaan Liverpool yang bertandang ke Middlesbrough di Liga Inggris.
Usaha yang tak sia-sia. Saat pertandingan baru berlangsung 100 detik, penyerang asal Argentina, Julio Hernan Rossi, membobol gawang Liverpool. Stadion St. Jacob Park di kota terbesar kedua di Swiss itu langsung meledak. Di benak pendukungnya, kemenangan sudah mereka peroleh. Eh, benar saja, berturut-turut kemudian Christian Gimenez, pemain asal Argentina, dan Thimothee Atouba, asal Kamerun, mencetak dua buah gol. Di babak pertama, Basel menang begitu manis, 3-0.
The Reds Liverpool tentu saja terkesiap. Mereka bangkit dan membalas tiga gol. Tapi telat. Kedudukan imbang membuat tim dari Inggris ini terkubur. Sebaliknya bagi Basel, hasil pertandingan Rabu pekan lalu itu memperpanjang rekornya tak pernah kalah di kandang sendiri. Tapi yang lebih penting lagi: mereka lolos ke babak kedua Piala Champions untuk pertama kalinya dalam 25 tahun terakhir. Bersama Lokomotiv Moskow, Rusia, Basel merupakan tim kejutan yang bisa melaju ke babak kedua. "Kami lolos lantaran para pemain memang memiliki kemampuan," kata Gross selepas pertandingan.
Prestasi Basel memang luar biasa. Lolosnya klub ini merupakan sukses terbesar tidak saja buat klub ini tapi juga untuk negeri Swiss. Keberhasilan klub ini juga menambahkan deret panjang sukses sepak bola negeri mini itu di kancah sepak bola Eropa. Sebelumnya, tim nasional Swiss di bawah usia 17 memenangi Piala Eropa. Di tingkat U-21, tim mereka pun lolos ke putaran final dalam Kejuaraan Eropa. Di tingkat senior? Kini tim Negeri Cokelat ini memimpin di grup penyisihan dengan mengumpulkan tujuh angka dari tiga pertandingan.
Jangan heran jika koran-koran di sana dipenuhi berita keberhasilan tim yang berkostum mirip Barcelona, Spanyol, itu. Koran Basler Zeitung, misalnya, menggambarkan FC Basel telah berhasil mencapai sesuatu yang selama ini menjadi utopia.
Utopia? Begitulah. Seperempat abad lalu, tim ini memang sempat menerobos babak perempat final dalam kejuaraan yang kala itu masih bernama Piala Klub Eropa. Namun, sejak itu tiada lagi prestasi yang bisa dibanggakan di kejuaraan Eropa.
Jalan yang ditempuh Basel pun tidak mudah. Untuk bisa mengikuti ajang paling bergengsi di Eropa ini mereka harus mengikuti babak-babak awal. Beruntung, mereka bisa langsung tancap gas di babak selanjutnya. Dalam pertandingan pertama, melawan klub Zilina, Slovakia, mereka harus berbagi angka. Untung, di pertandingan tandang mereka bisa menang dengan skor 3-0. Di babak berikutnya, lawan mereka lebih berat, Glasgow Celtic, Skotlandia. Lagi-lagi beruntung. Mereka unggul secara agregat.
Apa rahasianya? Ternyata resep suksesnya berada di luar lapangan. Dia adalah Gisela Oeri, perempuan berumur 46 tahun yang kaya-raya. Ia makmur setelah menikahi ahli bedah ortopedi Andreas Oeri, yang juga klan pemilik Roche Pharmaceutical. Tiga tahun lalu wanita penggila bola ini memborong 80 persen saham klub Basel, yang didirikan pada 1893.
Tak sayang-sayang dia menghamburkan uang. Manajemen dibenahi, termasuk membangun stadion baru, dan tim pun didandani. Hasilnya cespleng. Dukungan finansial itu mampu mengangkat pamor Basel yang rendah peringkatnya menjadi klub yang paling disegani. Gisela pula yang menjawil Christian Gross, pelatih yang pernah di Tottenham Hotspur, untuk menukangi klub ini.
Sejumlah pemain berbakat pun dibeli. Mereka antara lain memborong Julio Hernan Rossi dan Christian Gimenez dari klub Lugano, runner-up Liga Swiss. Pembelian pemain asal Argentina ini tak mubazir. Rossi berhasil menceploskan lima buah gol dan kini berada dalam jajaran elite daftar pencetak gol terbanyak di Piala Champions bersama Hernan Crespo, Ray Makkay, dan Pippo Inzaghi.
Bukan cuma itu. Gisela juga pintar memotivasi pemainnya dengan cara yang unik. Tahun lalu dia pernah menjanjikan kepada pemainnya, bila FC Basel berhasil menjuarai Liga Swiss, ia akan mandi bersama dengan para pemainnya. Setelah timnya jadi juara, janji ini benar-benar dipenuhinya. Dengan mengenakan kostum merah biru kebanggaan mereka, ia pun ikut berbasah-ria bersama para pemainnya.
Untuk menghadapi pertandingan babak kedua, Gisela memang belum punya janji. Agaknya dia cukup tahu diri. Ajang Piala Champions beda kelas dengan Liga Swiss. Tapi, kalaupun timnya tidak sanggup berbicara banyak di babak selanjutnya, tak ada yang perlu dicemaskan. Soalnya, mereka sudah mengantongi duit US$ 13,8 juta atau sekitar Rp 135 miliar, hadiah keberhasilan menembus babak kedua. Tak sia-sia Gisela menghamburkan duit untuk mendandani klubnya.
Irfan Budiman
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini