Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Bibit Baru PBSI

Turnamen antar klub diselenggarakan oleh klub jaya raya. ada yang membawa panji perusahaan, nama daerah, nama keluarga & nama perkumpulan, dalam turnamen ini PBSI menemukan bibit-bibit baru.

22 November 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUATU pesta bulutangkis mengiringi ulang tahun Yayasan Jaya Raya pekan lalu. Klub Jaya Raya mengundang 13 klub lainnya. Sistem pertandingan beregu ala PON diterapkannya-sungguh membangkitkan fanatisme. Ada yang membawa panji perusahaan (Liem Swie King dkk. dari pabrik rokok Djarum), ada yang membawa nama daerah (Kotab, singkatan Kota Madya Bandung), ada yang membawa nama keluarga (Monza, Jakarta). Selebihnya membawa perkumpulan saja. Dari kubu Djarum Kudus (putra) dan Djarum Semarang (putri), yang dibiayai Rp 50 juta setahun oleh pabrik rokok kretek itu, terdengat ambisi yang tidak kecil. "Kami ingin merebut semua nomor,"kata manajer pelatih Anwari. Sedang Jaya Raya berani mengeluarkanRp 12 juta untuk pesta ini, demikian Sekretaris Panitia, Umar Sanusi, "karena yakin akan jadi juara." Target kedua klub 'semi-profesional' itu ternyata dibendung oleh kuda-kuda hitam Monza dan Mutiara-Bandung Klub putra Mutiara yang menurunkan cuma 2 pemain pelatnas--Christian Hadinata dan Heryanto --mampu menahan Rudy Hartono, Ade, Sigit Pamungkas, dan Kurniahu ke final. Tapi di final Christian dkk mengakui keunggulan para pemain yang mendapat uang saku Rp 135.000 sebulan dari Djarum, yakni King, Hadiyanto, Hastomo Arbi, Kartono, Hadiwibowo dan Bobby Ertanto. Di nomor putri, klub Mutiara--dengan Imelda Wiguno dan Ivana--rupanya jitu dalam penyusunan urutan pemain sehingga mampu menyapu bersih tim Jaya Raya B di semi final, bahkan mengalahkan tim A pimpinan pelatih pelatnas, Minarni, di final. Pada nomor taruna Monza, klub keluarga seorang pengusaha asal Sum-Bar yang berdomisili di Tebet, Jakarta, juga sanggup menahan Djarum Semarang di semi final,walau kalah dari Jaya Raya di final. Orang-orang Gila Turnamen antar klub secara beregu scperti ihi jarang sekali diadakan. Pernah ia diselenggarakan tahun 1977 oleh klub Libra, asuhan Syamsul Alam, dari DKI. Di luar Jakarta, klub-klub Djarum dan Suryanaga (Surabaya) juga pernah mengadakannya. Tapi Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI) selama ini belum pernah menyelenggarakannya. "Padahal hidup matinya PBSI tergantung dari klub," kata J.C. Tambunan, Ketua Bidang Organisasi PB PBSI. "Selama ini PBSI memang membiarkan dulu klub-klub berkembang sendiri," ujar Sumarsono, Ketua Bidang Pembinaan PBSI. Banyak klub lahir untuk kemudian mati atau hidup Senin-Kemis. Biaya klub memang tidak dapat diandalkan hanya dari iuran anggotanya. "Minimum diperlukan Rp 500.000 sebulan, terutama untuk keperluan shuttle-cock. Belum lagi ongkos lapangan, biaya seragam atau perlengkapan pemain bila mengikuti kompetisi," ujar Sumarsono lagi. "Pada hakikatnya diperlukan orang-orang gila yang mau mengorbankan tenaga, dana dan waktu, baru suatu klub bisa hidup," tambah Tambunan. Dari turnamen ini ternyata PBSI menemukan pemain yang tidak pernah mengikuti Kejurnas PBSI, tapi layak masuk pelatnas. Di bagian putra, Sumarsono menunjuk bibit baru seperti Agus Setiawan, pasangan ganda dengan Christian Hadinata. Juga ia terkesan pada Edi Siswanto, pasangan Heryanto, yang mengalahkan Liem Swie King/Kartono.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus