Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Obat Panas Soemitro

Pabrik obat PT. Riasima Abadi, direncanakan mulai berproduksi Agustus 1981, duduk sebagai komisaris bekas jenderal soemitro, direktur utama mayjen (pur) m. ishak djuarsa. (eb)

22 November 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BISNIS obat-obatan rupanya masih menarik, sekalipun persaingan sudah mencekik leher. Orang yang tergoda dengan perdagangan yang beromzet Rp 250 milyar/tahun itu tak kurang dari bekas orang kuat, dulunya Wapangab dan Pangkopkamtib Jenderal (Purn) Soemitro . Dalam sebuah upacara sederhana tanggal 10 November di Desa Cicadas, Kecamatan Citeureup, Jawa Barat (40 km dari Jakarta) dia meletakkan batu pertama pembangunan pabrik industri kimia farmasi. Pabrik yang direncanakan mulai berproduksi Agustus 1981 itu milik PT Riasima Abadi. Soemitro, yang Januari nanti akan genap berusia 56 tahun, di situ duduk sebagai Komisaris Utama. Direktur Utamanya Mayjen (Purn.) M. Ishak Djuarsa, bekas Dubes untuk Yugoslavia yang pernah disebut-sebut dalam kasus Sawito. Pagi itu Soemitro datang dengan pakaian safari putih. Pembawaannya sebagaimana yang dikenal, tenang dan banyak tawa. Ketika akan mengucapkan pidato di podium terbuka seorang petugas datang untuk memayungi. Tapi ditolak Soemitro. Ketika dipersilakan memotong tumpeng untuk mengawali selamatan mula mula dia menolak. "Lho . . . kok saya. Mestinya Pak Ishak." Tapi ia bangkit uga, dan mengambilkan santapan itu untuk Ishak Djuarsa "Maksud acara ini untuk mengucapkan punten atau kulonuwun pada penduduk di sini," katanya disambung tepuk tangan hadirin. Sejak pensiun tahun 1974 Soemitro mulai menekuni bisnis. Ia punya PT Rigunas yang menguasai konsesi hutan di Irian Jaya 300.000 ha. Soemitro juga mengelola PT Tjakra Sudarma yang bergerak dalam bidang pembelian peralatan ABRI. Pabrik yang dibangun di atas tanah 16 ha tersebut diperhitungkan memerlukan biaya Rp 2,1 miliar. "Dua puluh lima persen dari jumlah itu kami kumpulkan ramai-ramai," kata Ishak Djuarsa. Sedangkan selebihnya berupa kredit dari Bapindo. Sebenarnya pembangunan pabrik kimia farmasi ini sudah disetujui pemerintah tahun 1976. Merupakan kerjasama antara sebuah perusahaan India dengan PT Wigo (distributor obat). Tapi entah mengapa pihak India menarik diri setahun kemudian, sehingga pembangunan pabrik itu batal. Tak lama kemudian rencana itu dihidupkan kembali setelah ada persesuaian paham antara Presiden Direktur PT Wigo Drs. Kalona dengan Soemitro dan Ishak Djuarsa. Trio ini mengusahakan perpindahan izin PMA untuk pembangunan pabrik kimia farmasi itu menjadi PMDN dan disetujui BKPM 18 Februari 1980. Produksi PT Riasima Abadi nantinya meliputi paracetamol, .alicvlamide dan ethoxybenzamide, semuanya bahan baku untuk pembuatan obat-obatan anti panas dan rasa nyeri. Sampai sekarang ketiga bahan haku itu masiil diimpor s1ari Italia, Prancis, Jerman Barat, RRC, Taiwan, Korea Utara dan Jepang. "Pemakaiannya meningkat terus dari tahun ke tahun. Paling tidak sekitar 15%," ulas Alwin Nurdin, Komisaris Riasima Abadi. Sasaran utama pabrik ini adalah produksi paracetamol Diperhitungkan dia akan mampu memenuhi kebutuhan pabrik-pabrik obat yang akan berjumlah 1.000 ton tahun 1981. Tak heran karena bahan baku ini yang paling digemari etelah adanya larangan penggunaan phenacetin, karena efek sampingnya dikabarkan bisa merusak tulang sumsum. Tak kurang dari 70 merk obat demam memakai paracetamol. Masih teka-teki apakah produksi bahan baku obat dari Cicadas ini mampu bersaing dengan yang impor. Kecuah pemerintah "memberi rezeki" berupa proteksi. Artinya kalau kebutuhan dalam negeri men-ang sudah bisa dipenuhi, maka bahan baku yang sama tidak diperbolehkan lagi untuk diimpor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus