SETERU dua organisasi bulutangkis dunia, The International
Badminton Federation (IBF) dan The World Badminton Federation
(WBF), berangsur mendekati titik akhir. Sinyal ke arah kerjasama
mereka sudah terlihat sejak tim bulutangkis Taiwan berganti
nama. Kini namanya ialah The Chinese Taipei Badminton
Association (CTBA). Nama lamanya ialah The Taiwan Badminton
Association Republic of China, seperti tampil dalam Turnamen
Terbuka Bulutangkis Jepang 1981 di Stadion Yuyogi, Tokyo, akhir
Januari.
Perubahan itu adalah hasil pertemuan kelompok kerja IBF dan WBF
di Kopenhagen, Oktober 1980.
Tak hanya masalah nama ditelurkan kelompok kerja itu yang
terdiri dari Stellan Mohlin, Craig Reddie, Suharso Suhandinata
(IBF) dan Chu Tze, Henry Fok, Piensak Sosothikul (WBF). Juga
kesepakatan dalam soal sistem pemungutan suara dan mengenai
partisipasi Afrika Selatan.
Dalam pertemuan penjajakan terdahulu, antara lain di Bandung,
Mei 1979, WBF tetap menghendaki agar satu negara hanya punya
satu suara dalam organisasi. Alasannya ialah semua anggota harus
punya hak sama. Gagasan ini ditampik IBF. Anggaran Dasar IBF
memungkinkan satu organisasi anggota punya suara lebih.
"Bagaimana mungkin kita mau disamakan dengan negeri yang tak
berprestasi," kata anggota grup kerja IBF Suharso -- sehari-hari
menjabat ketua Bidang Luar Negeri Persatuan Bulutangkis Seluruh
Indonesia (PBSI).
Indonesia, pemegang Piala Thomas dan punya lebih dari 10.000
pemain aktif, selama ini mendapat tiga suara di IBF.
WBF bersedia mengubah pendirian mereka. Kesepakatan yang dicapai
di Kopenhagen berbunyi satu organisasi bulutangkis nasional
mendapat minimal satu suara dan maksimal empat suara. Masih
akan diminta persetujuan anggota kedua badan itu. IBF akan
membahas soal ini dalam sidang umum luarbiasa di London, 23
Maret. WBF belum menetapkan waktu.
Ketua PBSI Sudirman, juga menjabat Wakil Ketua IBF, bahkan
optimistis dalam sidang tahunan IBF di Tokyo, 26 Mei --
diselenggarakan bersamaan dengan turnamen Piala Uber --
persatuan akan tercapai.
Itu berarti RRC dan anggota WBF lainnya akan diperkenankan
mengikuti perebutan Piala Thomas 1982. "Indoesia tidak merasa
terancam dengan ikutnya RRC dalam perebutan Piala Thomas nanti,"
kata Sudirman. Ia menambahkan persiapannya sudah tentu lebih
serius dari yang sudah-sudah.
Suharso menjelaskan bahwa semua tuntutan WBF untuk syarat
bersatu sudah terpenuhi. "Kalau juga tidak bersatu, bukan lagi
salah IBF," katanya.
WBF didirikan 25 Februari 1978 sebagai jawaban atas
berlarut-larutnya masalah penggantian nama organisasi
bulutangkis Taiwan di IBF.
Mengenai tokoh yang akan menjadi pimpinan IBF nanti santer
disebut nama Sudirman. "Kita lihat saja bagaimana nanti," kata
Sudirman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini