BALI ternyata masih surga, juga bagi para pesilancar. Di
Uluwatu, 30 km di selatan Denpasar, sedikitnya 79 atlet pekan
lalu menguji kebolehan meluncur di atas ombak. Hadir pesilancar
kawakan Australia seperti Jim Bank, Larry Blair dan Joe Engel.
Juga banyak yang datang dari Amerika Serikat, Selandia Baru,
Kanada dan Brazilia. "Kami ke sini bukan untuk sekedar
berlomba," ungkap Blair. "Juga untuk memomulerkan olahraga
bersilancar di Indonesia."
Bersilancar pada mulanya adalah permainan kaum bangsawan di
Kepulauan Hawaii dalatn abad ke-19. Kemudian Dukel Kahanamoku,
kampiun renang Olympiade 1912 dan 1920 dari AS mengangkatnya
menjadi olahraga rakyat. Gagasan K?hanamoku yang dituangkan di
California, 19 3 0, ternyata dcngan cepat menular ke negara
lain. Diyerkirakan sudah lebih 5 juta penggemar olahraga
bersilancar saat ini yan tersebar di 21 negara. Indonesia dalam
waktu dekat akan memroklamasikan diri sebagai negeri bersilancar
ke-22.
Di Indonesia, olahraga ini pertama kali di perkenalkan tahun
1970 oleh wisatawan Hawaii dan Australia yang berkunjung ke
Bali. Segera kemudian kegemaran meluncur dengan papan fibreglass
yang panjangnya 2« m dan berat 5 kg itu mendapat sambutan baik di
kalangan generasi muda.
Kini tak kurang 200 pesilancar bernaung di bawah organisasi The
Surfing Club of Bali. Ketrampilan mereka tak mengecewakan.
"Tempo dua atau tiga tahun mendatang ketrampilan atlet Indonesia
(baca: Bali) sudah bisa menyamai pesilancar internasional,"
komentar Ketua International Professional Surfing (IPS), Graham
Cassidy.
Pujian Cassidy rasanya tak berlebihan. Indonesia yang tampil
dengan 14 peserta -- semuanya putra Bali -- dalam kejuaraan
internasional bersilancar 1980 berhasil menempatkan Wayan
Sudirka dalam daftar 16 finalis. Sudirka adalah atlet asuhan
John Michael Boyum dari Hawaii yang membantu perkembangan
olahraga bersilancar di Bali, 7 tahun silam. "Suatu prestasi
yang tak mudah diraih Sudirka, mengingat lawan yang dihadapinya
berpengalaman semua," lanjut Cassidy.
Sudirka, 23 tahun, adalah bekas pemain sepakbola di Kuta. Ia
melupakan sepakbola untuk olahraga bersilancar, atau
orangtuanya berkeberatan.
"Jika ombak lagi baik, kita bisa lupa segala-galanya, Iho," kata
Sudirka. Sudah lima kali lengan kanannya keseleo dan satu kali
kelelap dalam gulungan ombak. Tapi Sudirka tak jera.
Toh semua olahraga ada risikonya. Cara mengatasim,7a? "Modal
utamanya adalah ketabahan mental," sela pesilancar Nyoman Sadia.
Dan Sudirka menasihatkan supaya jangan kehilangan keseimbangan
dalam mengendalikan papan peluncur. "Terpukul ombak masih
mendingan ketimbang dipukul papan peluncur," ucap Sudirka.
Linda Davoli, 22 tahun, pesilancar putri dari AS mengaku ia
belum pernah mengalami cedera berarti. Tapi ia tetap
berjagajaga, dan secara pribadi mengasuransikan dirinya dengan
premi Rp 30.000 untuk perlombaan ini. Atlet Indonesia belum
mampu begitu.
Dalam kejuaraan internasional di Bali itu setiap peserta dinilai
dalam melakukan tarian (dance), adat (costum), permainan
(playing), dan tantangan (cballenge). Juara kontes adalah mereka
yang mampu, tentu saja dengan nilai terbaik, memenuhi keempat
unsur peragaan itu, Kejuaraan kali ini -- disponsori oleh suatu
perusahaan pembuat pakaian dari Australia -- memperebutkan
hadiah sebesar Rp 6,2 juta yang dibagi untuk pemenang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini