Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Solidaritas Minus

12 anggota OPEC setuju harga patokan minyak sebesar us$ 32. arab saudi tak akan menaikkan harga minyaknya. indonesia akan menyesuaikan harga patokan minas crude. (eb)

21 Juni 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUATU keputusan yang cukup membingungkan, sebenarnya. Sesudah bersidang tiga hari di Aljir, ibukota Aljazair, organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) pekan lalu keluar dengan sesuatu yang mirip solidaritas, tapi juga bukan seia-sekata. Di satu pihak 12 anggota setuju harga patokan minyak ditentukan sebesar US$ 32 per barrel, mulai berlaku per 1 Juli. Tapi di lain pihak Arab Saudi, produsen harga patokan Arabian Light Crude, keberatan untuk menaikkan di atas US$ 28 per barrel. "Saya tak akan menaikkan harga minyak saya," kata Menteri Perminyakan Arab Saudi Sheik Zaki Yamani sehabis sidang. Kalau Arab Saudi, produsen 9,5 juta barrel minyak sehari, sudah bicara begitu, tak ada satu negara OPEC pun yang bisa menggugat. Tapi ada juga yang melihat hasil Aljir menggembirakan bagi OPEC. Termasuk Menteri Pertambangan dan Energi Indonesia Subroto. "Ini merupakan langkah ke arah penyatuan kembali harga-harga," katanya. Memang dibandingkan dengan sidang OPEC di Karakas, ibukota Venezuela akhir tahun lalu, harga "pengertian" yang dicapai di Aljir pekan lalu merupakan satu langkah penyatuan kembali. Sekalipun sulit diharapkan bahwa Arab Saudi, yang beberapa waktu sebelum sidang OPEC sudah menaikkan harga patokan dengan US$ 2 per barrel, tiba-tiba akan membuat kejutan. Tak Digubris Yamani tetap tak melihat manfaat untuk menaikkan harga. Pasaran, begitulah alasannya, agak mengendur belakangan ini. Sekalipun begitu toh sidang mencapai persetujuan untuk menetapkan harga maksimum minyak US$ 37 per barrel sampai September mendatang. Secara teknis, setiap anggota OPEC boleh menaikkan harga minyaknya dengan US$ 5 per barrel di atas harga patokan yang baru. Namun ini juga merupakan keputusan yang kurang ada artinya. Setelah kenaikan harga minyak yang beruntun, ditambah masih adanya resesi di negaranegara industri dan surplus persediaan minyak dunia, belakangan ini tak ada negara OPEC yang berani mengambil risiko menaikkanharga minyaknya. Kccuali Aljazdir. la mengerek harga setinggi US$ 38,21 untuk setiap barrel ekspor minyak. Menurut Belkacem Nabi, Menteri Energi Aljazair yang menjadi Ketua OPEC, harga minyak itu sebenarnya adalah US$ 35,21 per barrel. Dan yang US$ 3 per barrel adalah pungutan untuk biaya eksplorasi. Unsur biaya eksplorasi tersebut tidak terkena dalam kesepakatan harga maksimum US$ 37 per barrel. Artinya, Aljazair bisa saja menaikkan harga minyaknya sampai maksimum US$ 37 tiap barrel, plus US$ 3 untuk biaya eksplorasi, menjadi US$ 40 sebarrel. Akan halnya Iran, Menteri Perminyakan Ali Akbar Moinfar dikabarkan merasa "cukup puas" dengan keputusan sidang yang kembali menetapkan "solidaritas OPEC", katanya. Dan Iran diperkirakan akan tetap menjual harga patokan minyak mereka dengan US$ 35 per barrel. Tapi harap dicatat dengan harga yang setinggi itu Iran pernah ditolak sebentar oleh konsumen di Jepang. Belum tentu juga negara-negara lain akan menjual minyaknya sejalan dengan keputusan di Aljir itu, disertai tambahan harga karena perbedaan mutu dan jarak (differetials) antara US$ 1 sampai US$ 5 per barrel. Itu sebabnya untuk menjaga stabilitas harga, Ali Moinfar mengusulkan agar produksi OPEC dipertahankan pada tingkat 1978, yakni 26,5 juta barrel tiap hari. Itu berarti produksi Arab Saudi perlu dikurangi dengan 1 juta barrel tiap hari dari tingkatnya yang sekarang 9,5 juta barrel sehari. Bisa dipastikan usul baik itu tak akan dianut. Sebelum sidang Menteri Yamani pernah bilang, Arab Saudi bersedia menekan produksi asal saja para anggota lain suka mengerem harga. Suatu hal yang ternyata tak digubris oleh sidang. Indonesia, yang kini mengekspor satU juta barrel lebih setiap hari, diduga dalam hari-hari ini akan menyesuaikan harga patokan Minas Crude tidak lebih rendah dari harga patokan yang disetujui sidang. Dengan kata lain, minimal bertambah dengan US$ 1,50 per barrel untuk Minas. Artinya ini suatu tambahan penghasilan lagi di luar APBN 1980/1981, yang memroyeksikan kenaikan harga minyak Indonesia tak akan melampaui US$ 30 per barrel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus