DAUD Paraibabo, 18 tahun, di arena Kejuaraan Atletik Nasional di
Jakarta pertengahan Juni lalu tak masuk hitungan Atlit lempar
lembing dari Irian Jaya ini cuma mencapai kejauhan 52,38 m,
tanpa menghasilkan medali. Ia menempati urutan ke-4. Tapi dalam
Invitasi Atletik Pelajar, juga di Jakarta, pekan lalu lemparan
Paraibabo mencengangkan. Lembingnya menancap di jarak 55 m --
prestasi baru POPSI. Rekannya, Herman Dambujai semula melempar
terjauh: 51,20 m (1977).
"Anak ini punya potensi," komentar pelatih nasional, Steve
Thenu. "Posturnya memungkinkan. Di samping itu, ia punya
kecepatan."
Paraibabo sejak 1978 memasuki nomor lempar lembing. Tapi dunia
itu bukan asing bagi dirinya. "Di kampung, saya sudah sering
mempergunakan tombak untuk mencari ikan," katanya. Ia dilahirkan
dalam lingkungan keluarga nelayan di Biak.
Latar belakang kehidupan Paraibabo itu dimanfaatkan dengan baik
oleh Neju Pattinaya, Kepala Sekolah Guru Olahraga (SGO),
Jayapura. Tombak buluh yang biasa dipergunakan oleh Paraibabo
digantinya dengan lembing olahraga. Ternyata dalam tempo
setahun, berlatih 3 kali seminggu, anak asuhannya telah terpilih
memperkuat tim atletik Irian Jaya. "Tanpa Pak Pattinaya, saya
mungkin bukan apa-apa," kata Paraibabo, siswa kelas 3 SGO.
Paraibabo -- tinggi 166 cm dan berat badan 71 kg -- diandaikan
untuk meraih medali emas dalam Kejuaraan Atletik Pelajar ASEAN
di Singapura akhir Juli ini. Lemparannya sehari-hari kini sudah
bergerak sekitar 56 m sampai 57 m.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini