TIM balap sepeda Indonesia untuk SEA Games X tampak kurang
beruntung. Mereka tidak diperkenankan oleh Komandan Pelatnas,
Mohamad Anwar untuk mengikuti perebutan Piala Kadapol Jawa Timur
di Surabaya, sebagai ajang pengukur kekuatan, bulan lalu.
Mengapa? "Di Jawa Timur, jalanan (maksudnya, arena pertandingan)
penuh variasi," katanya. "Ini akan membahayakan tim kita," Ia
juga menambahkan faktor penyebab lain, seperti kurangnya
persiapan, dan ketiadaan biaya.
Larangan itu dijamin Anwar tak akan merugikan tim. "Peserta di
turnamen Piala Kadapol itu tingkatnya masih di bawah tim
pelatnas. Dus, bukan musuh serius," tambahnya. "Jadi, apa
ruginya? "
Di mata pelatih dan para pembalap, banyak ruginya. "Try out
(pertandingan percobaan) itu penting sekali artinya," kata
pelatih Sapari. "Sebab dengan itu saya bisa mengadakan evaluasi
terhadap kemajuan anak-anak." Ia beranggapan, bila penilaian
dilakukan berdasarkan hasil latihan sehari-hari saja kurang
memuaskan. "Semangat dan konsentrasi dalam bertanding berbeda
dengan waktu latihan," lanjutnya.
Sekjen KONI Pusat, M.F. Siregar tak kurang terkesima sewaktu
mendengar adanya larangan bagi tim pelatnas mengikuti
pertandingan Piala Kadapol itu. Ia juga beranggapan bahwa
kesempatan mengikuti berbagai kejuaraan adalah hal yang penting.
Ia menilai faktor medan tak akan merugikan tim. "Kalau perlu,
try out di sawah-sawah diikuti," katanya.
Pembalap Johny, juga lainnya kelihatan agak kesal pula atas
larangan Anwar. "Try out itu banyak manfaatnya," pengakuan
Johny. "Makin sering seorang pembalap mengikuti pertandingan,
secara otomatis stamina, kelincahan dan kecepatannya akan
meningkat. " Keuntungan lain, menurutnya, kebosanan di pelatnas
bisa dihilangkan. Ia bersama Rudy Gumulya telah menyampaikan
keinginan kepada Anwar untuk berangkat ke Jawa Timur dengan
biaya sendiri. Tapi ditolak.
Tak hanya itu yang membuat tim balap sepeda kecewa. Sapari
menyebutkan bahwa anak asuhannya juga dirongrong oleh langkanya
peralatan yang diberikan, serta pendeknya waktu untuk berlatih.
"Kita perlu rantai, ban, serta velg untuk latihan, tapi belum
juga didrop. Padahal alat-alat itu sangat dibutuhkan," katanya.
Ia menambahkan bahwa peralatan itu sudah lama dimintanya kepada
Komandan Pelatnas SEA Games X. Tentang waktu, tim balap sepeda
cuma berkesempatan latihan selama 3 bulan -- kurang 30 hari dari
yang diinginkan.
Dalam SEA Games IX di Kuala Lumpur, 1977 tim Indonesia merupakan
musuh yang tangguh. Bagaimana tahun ini? Sapari kelihatan agak
pesimis. Mengapa? "Jika persiapan latihan masih seperti ini
juga, ya repot," katanya. Pembalap yang akan diandalkan untuk
menghadapi saingan dari Muangthai adalah kwartet Sutiyono,
Johny, Rudy Gumulya dan Dasrizal.
Untuk SEA Games X, pelatnas sudah mulai sejak Juni, tim balap
sepeda Indonesia didampingi pula oleh pelatih dari Uni Soviet,
Zeneya Galavanon, terdiri dari 12 pembalap, menganggap
kehadirannya cukup berfaedah. Terutama dalam peningkatan teknis.
Tapi, Anwar menganggar kehadirannya sebagai salah satu faktor
munculnya larangan mengikuti kejuaraan Piala Kadapol lalu. "Jika
tim berangkat ke Jawa Timur, pelatih Rusia itu tentu akan ikut
pula. Dia bisa selidik ini dan itu di sana," kata Anwar. Ia
rupanya memperhitungkan juga faktor "sekuriti".
Kalau pelatih Uni Soviet dianggal penghalang, bahkan sejenis
mata-mata, mengapa ia masih dipakai? "Tanya saja pada Ketua
KONI," tambah Anwar. Menurut Sekjen Komite Olympiade Indonesia,
Soeworo, setiap pelatih asing yang datang telah dimintakan
clearance dari pemerintah. Ini artinya, Galavanon bisa
dipercaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini