AKHIRNYA ratu tenis dunia, Martina Navratilova, datang juga. Ia
tiba di Jakarta disertai bekas ratu tenis dunia Billic Jean
King, Kathy Jordan, dan Pam Shriver dari Melbourne seusai
mengikuti Kejuaraan Australia Terbuka. Martina, juara Wimbledon
1983, Selasa lalu melakukan pertandingan ekshibisi melawan
petenis . tua yang masih alot, Billie Jean King. Sementara itu,
Pam Shriver - pasangan Martina dalam partai ganda- melawan Kathy
Jordan, lawan Martina di final kejuaraan Australia itu, malam
sebelumnya.
Ekshibisi "Revlon Tennis Classic" yang disponsori PT Rudi
Soetadi dan Multi Bintang ini seharusnya diadakan 23 November
lalu. Pertandingan ini terpaksa diundur karena Andrea Jaeger,
calon lawan Martina, mendadak sakit. Padahal, karcis yang
berharga dari Rp 10.000 sampai Rp 60.000 itu sudah terjual 70% .
"Saya yakin, kalau waktu itu pertandingan jadi dilaksanakan,
pasti penuh dan keuntungan akan banyak dipetik," kata ketua umum
PB Pelti, Jonosewojo. Hampir 30 persen karcis yang terjual waktu
itu sempat diminta kembali uangnya.
Dalam kaitan ini, pemainlah yang banyak diuntungkan sekalipun
panitia memperoleh untung juga dari usaha menjual pertandingan
itu. Aspek bisnis dalam pertandingan inilah yang belakangan
menonjol di kalangan tenis profesional. Sudah lama dikabarkan,
para pemain petenis top dunia menerima "uang di bawah meja" dari
panitia pertandingan. Bulan Juni lalu, petenis Argentina,
Guillermo Vilas, diganjar hukuman satu tahun tak boleh main dan
denda sekitar Rp 20 juta oleh Badan Internasional Tenis
Profesional Pria (MIPTC) karena menerima "uang jaminan untuk
muncul" (TEMPO, 18 Juni).
Pemain tenis pro memang dibenarkan menerima uang sponsor, tetapi
dilarang menerima uang jaminan untuk tampil. Sebab, asosiasi
petenis profesional sudah mengontrak mereka untuk muncul dalam
berbagai turnamen. "Pertandingan tenis sudah tak murni lagi,"
kata Philippe Chatrier, ketua Federasi Tens Internasional
(ITF).
"Permainan kotor" ini memang sering terjadi dalam
pertandingan-pertandingan ekshibisi, semacam pertandingan yang
dilakukan Martina di Jakarta. Menurut Michael Mewshaw, yang
mengutip ucapan Marshall Harper, seorang pengurus Badan Tenis
Profesional (Pro Tennis Council), dalam bukunya Short Circuit
mengatakan, "Seluruh pertandingan ekshibisi sudah diatur
sebelumnya." Hal ini diakui sumber TEMPO, salah seorang pengurus
Pelti. "Biasanya, pialang pertandingan sudah mengatur jalannya
pertandingan lebih dulu. Mereka bisa menentukan pihak mana yang
menang dan siapa yang harus kalah," katanya. Soal pembayaran,
kata sumber tadi, tergantung rangking pemain. "Biasanya,
berkisar 80:20 hingga 60:20."
Pun Martina mengakui, pertandingan-pertandingan ekshibisi banyak
mendatangkan uang. "Cukup besar hasilnya dibanding pertandingan
kejuaraan biasa," kata petenis bertampang keras ini kepada TEMPO
beberapa saat sesudah tiba di Jakarta.
"Kami datang ke mari memang untuk bermain tenis sebagai sebuah
pertunjukan," kata Martina, yang baru saja menggondol Rp 75 juta
sebagai juara pertama tunggal putri di Kejuaraan Australia
Terbuka. Sedangkan Jonosewojo sendiri menyebut kedatangan para
petenis ini "sekadar untuk mengisi waktu dan mengaso." Dan untuk
menggaet puluhan juta rupiah tanpa harus banyak keluar keringat,
tentunya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini