Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Bidak bidak si jan

Jan timman dari belanda keluar sebagai juara. ronny gunawan dari indonesia meraih gelar master internasional. pecatur luar negeri unggul di turnamen grandmaster indonesia ii. (or)

17 Desember 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERTANDINGAN masih bersisa satu babak, ketika Jan Timman memastikan dirinya menjadi juara. Dalam partai tunda turnamen catur 21 babak yang dimainkan minggu lalu, ia menahan remis Andras Adorjan, dari Amerika Serikat, untuk menambah nilainya menjadi 15, 1« angka lebih tinggi dan lawan yang menguntitnya, pecatur Uni Soviet, Arthur Yusupov. Ini berarti, babak terakhir Turnamen Catur Grandmaster Indonesia II, yang berlangsung sejak 12 November dan berakhir Senin malam lalu itu, tak berpengaruh lagi terhadap posisinya. Ia tetap berhak membawa pulang piala Nyonya Tien Soeharto. Bagi Timman, yang menggembirakan tentu bukan cuma piala itu. Hadiah uang Rp 10 juta plus Rp 10 ribu kali jumlah angka kemenangannya mungkin lebih nenghibur dirinya. Sebab, sebagai pemain profesional yang tak punya pekerjaan lain, ia mengejar hadiah-hadiah seperti itulah. Suksesnya di arena pertandingan internasional menentukan pula penghasilan buat kehidupannya. Namun, suksesnya dl pertandingan tingkat dunia itu bukan tanpa modal. Pecatur Belanda ini sudah mengenal catur sejak usia 9 tahun. Karier profesionalnya mulai pada turnamen AVRO, tahun 1973. Walau ia menduduki urutan bawah, bakatnya segera tercium Profesor Max Euwe. Bekas juara dunia dan ketua FIDE dari Belanda ini bersedia mencarikan dana bagi Timman, agar bisa mcngikuti turnamen internasional sebanyak mungkin, untuk menambah pengalaman dan kematangan bermain. Namun, tahun berikutnya, prestasi Timman ternyata tak begitu menggembirakan. Bahkan, pada tahun 1975, sebagai juara Belanda, dalam turnamen IBM, ia hanya menempati urutan ke-11 dari 16 peserta. Baru setahun kemudian prestasinya naik. Ia berhasil masuk 20 besar dunia dengan menduduki urutan ke-16. Untuk meningkatkan prestasinya, tahun 1978, para penyokongnya membentuk panitia khusus pengumpul dana. Tujuannya, menjadikan dia juara dunia. Panitia ini diketuai oleh, lagi-lagi, Max Euwe. Hasilnya, walau tak sampai mengangkatnya pada posisi setinggi yang diharapkan, cukup lumayan. Dalam tahun itu juga, pada turnamen di Hoogoven, Negeri Belanda, Timman menempati urutan keempat, di bawah Korchnoi, Portisch, dan Andersson. Korchnoi dan Portisch waktu itu sudah merupakan pemain urutan ke-2 dan ke-3 dalam daftar FIDE, di bawah Karpov. Di turnamen di Bugojno, masih pada tahun yang sama, ia berhasil menempati posisi ketiga, di bawah Karpov dan Spassky, tetapi masih unggul atas pemain dunia lainnya, seperti Ljubojevic dan Portisch. Kemenangan-kemenangan ini membuat posisinya dalam daftar pemain terkuat FIDE, tahun 1978, naik ke urutan kelima. Puncak prestasi dicapainya tahun 1982, ketika ia menduduki urutan kedua dunia, dengan rating 2655, dan hanya diungguli Karpov. Sedangkan di bawahnya, tercatat sejumlah nama besar dunia, seperti Korchnoi, Spassky, dan Portisch. Belum lagi gelar juara dunia sempat diraihnya, prestasinya lebih dulu melorot lagi. Sehingga, tahun ini ia hanya menduduki urutan ke-11, dengan rating 2605, di bawah nama-nama yang dulu pernah dikalahkannya, seperti Ljubojevic dan Andersson. Sampai saat ini, pecatur ganteng dengan istri keturunan Negro dan dua anak itu tak bisa menhitun lai berapa turnamen yang telah diikutinya. "Dalam setahun saja bisa puluhan kali," ujarnya kepada TEMPO. Dari turnamen-turnamen itulah ia hidup. "Saya benar-benar tak punya peker)aan lam kecuali catur," tutur Timman. Kesempatan untuk ikut turnamen sebanyak ini, sayangnya, tak dipunyai pecaturpecatur Indonesia. Sehingga, mereka tak bisa benar-benar menjadi profesional dan sulit menang melawan pecatur asing. Ini terbukti dalam Turnamen Grandmaster Indonesia II yang baru saja selesai itu. Dari lima pecatur Indonesia yang ikut, hanya Ronny Gunawan yang mencatat prestasi. Lainnya berada pada urutan terbawah. Ronny, dalam turnamen ini, berhasil meraih gelar Master Internasional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus