Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Daya Juang Serena

"Saya tidak memiliki apa-apa untuk kalah."

30 Januari 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MELBOURNE - Serena Williams tidak ingin segera pensiun setelah meraih gelar juara tunggal putri tenis Grand Slam yang ke-23 kalinya pada Australia Terbuka, Sabtu lalu.

Setelah mengalahkan kakaknya, Venus Williams, 6-4, 6-4, pada babak final di lapangan keras Rod Laver Arena, Melbourne Park, Serena menggambarkan dirinya sebagai orang tiga puluh tahunan yang menyenangkan.

"Saya selalu mengatakan tidak memiliki apa-apa untuk kalah dan saya serius kali ini," kata Serena setelah kembali menjadi petenis nomor satu dunia seusai menjuarai Australia Terbuka 2017.

Kemenangan pada Sabtu lalu juga membuat Serena melampaui rekor bekas petenis putri Jerman, Steffi Graf, yang menjuarai 22 turnamen Grand Slam di era terbuka. Petenis Amerika Serikat berusia 35 tahun itu sekarang mengoleksi 23 trofi turnamen Grand Slam.

Era terbuka dalam pertandingan tenis dimulai pada 1968. Sebelumnya, hanya petenis berstatus amatir yang bisa mengikuti seri turnamen akbar tersebut.

Untuk kesekian kalinya, Serena membuktikan bahwa ia selalu mampu mencuat pada saat yang tepat.

Ketika tinggal membutuhkan satu gelar Grand Slam lagi untuk melampaui rekor Graf yang sudah bertahan 18 tahun tersebut, misalnya, ia bisa tampil sangat berbeda dibanding tahun lalu.

Pada September tahun lalu, Serena secara mengejutkan dikalahkan oleh petenis muda dari Republik Cek, Karolina Pliskova, pada babak semifinal Grand Slam Amerika Serikat Terbuka.

Saat itu juga posisinya sebagai petenis wanita nomor satu dunia diambil alih oleh Angelique Kerber dari Jerman, yang kemudian memenangi Amerika Serikat Terbuka 2016.

Serena kemudian absen dari sejumlah turnamen, termasuk kejuaraan khusus bagi delapan pemain putri terbaik selama satu tahun, yaitu WTA Finals 2016 di Singapura. Ia harus memulihkan cederanya.

Serena kemudian bertunangan dengan pengusaha situs web media sosial, Alexis Ohanian, menjelang akhir tahun lalu. Petenis dengan pukulan forehand tangan kanan itu lantas diprediksi akan segera pensiun setelah mencatat rekor sebagai petenis wanita tertua yang menduduki puncak peringkat dunia Asosiasi Tenis Wanita (WTA).

Tanda-tanda Serena akan segera surut juga tampak ketika ia tampil lagi sejak September tahun lalu pada turnamen pemanasan di Auckland, Selandia Baru, awal tahun ini. Pada babak pertama, ia langsung kalah.

Begitu tiba di Melbourne pada awal Februari ini, Serena segera "dihujani" pertanyaan oleh para wartawan tentang kapan ia menikah dengan Ohanian. Pertanyaan yang terkesan ingin menegaskan bahwa ia sebentar lagi akan surut dari kompetisi tenis dunia.

Serena tak mau menjawab pertanyaan tentang masa depannya dengan Ohanian. Dia kembali mengucapkan hal itu setelah memenangi Australia Terbuka 2017 ini.

Jadi menikah atau tidak, Serena masih ingin terus berada di lapangan dalam kondisi apa pun. Ketahanannya untuk terus berkompetisi inilah yang melatih nalurinya untuk memelihara prestasinya di atas rata-rata.

Setidaknya dalam empat tahun terakhir, Serena membuktikan kemampuannya mengatur penampilan. Ada masa-masa ia kalah dan mesti keluar dari peringkat pertama dunia, tapi kemudian juara lagi dan kembali menjadi ratu tenis dunia.

Kembalinya Williams bersaudara berhadapan dalam babak final sebuah seri Grand Slam pada awal tahun ini ikut menegaskan ketahanan petenis berusia 35 dan 36 tahun tersebut merawat kekuatan mereka.

Salah satu kunci Serena, juga Venus, untuk bisa melakukan hal tersebut adalah daya juang yang luar biasa.

Hal itu tampak dari ucapan pertama kali yang keluar dari mulut Serena setelah mengalahkan kakak sekaligus idolanya, Venus. "Kamu berjuang!" ujar Serena setelah meraih poin terakhirnya pada babak final Australia Terbuka, Sabtu lalu.

Mental pejuang Serena dan Venus sudah ditempa sejak mengalami hidup yang sulit pada masa kecilnya di Compton, California. Bukan cuma tingkat kriminalitas tinggi yang mereka temui di sana, tapi juga penghinaan atas warna kulit mereka.

Serena dan kakaknya harus berlatih tenis, yang mereka kenal sejak berusia tiga tahun, puluhan kilometer dari tempat tinggal mereka. Setelah itu, mereka pindah ke West Palm Beach, Florida, saat Serena berusia 9 tahun.

Kemauan keras Serena untuk tidak gampang menyerah terhadap keadaan yang menekannya itu terasah sejak kecil. Hal itu termasuk kengototannya untuk tidak kalah melawan Venus saat berlatih pada masa remaja.

"Begitulah adik saya," kata Venus kepada publik di Rod Laver Arena saat penyerahan trofi sebagai runner-up Australia Terbuka 2017. "Kemenangan kamu selalu menjadi kemenangan saya."

Serena belum mau berhenti dan rekor baru menanti di hadapannya. Di deretan kursi penonton buat tamu-tamu penting di Rod Laver Arena, Sabtu lalu, duduk Margaret Court. Perempuan Australia berusia 72 tahun itu adalah pemegang rekor peraih trofi Grand Slam terbanyak di semua era, yaitu 24 kali.

Serena bukan hanya berpeluang besar menyamai prestasi Court. Ia bisa lebih dari itu, menjadi petenis wanita terhebat sepanjang masa dengan 25 gelar Grand Slam! MAILONLINE | TIMES | WASHINGTON POST | HARI PRASETYO


Rekor Putri Grand Slam
  AustraliaPrancisWimbledonAmerika SerikatTotal
Margaret Court1153524
Serena Williams737623
Steffi Graf467522

Keterangan:
Ada empat seri turnamen Grand Slam dalam satu tahun, yaitu Australia Terbuka, Prancis Terbuka, Wimbledon, dan Amerika Serikat Terbuka.
Margaret Court menjadi juara Grand Slam terbanyak pada era amatir, yaitu sebelum 1968, sampai era terbuka pada 1973.

Koleksi Uang Williams Bersaudara

Serena dan Venus telah meraup hadiah 95.987.224 pound sterling atau sekitar Rp 1,6 triliun sepanjang kariernya sebagai petenis profesional. Serena meraup 87 juta pound dan Venus 28 juta pound.
Dalam Australia Terbuka 2017, Serena meraih hadiah juara 2,24 juta pound dan Venus sebagai peringkat kedua sebesar 1,15 juta pound.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus