USAHA mendudukkan KRC tanpa berdampingan dengan Taiwan
dalam Federasi Bulutangkis Internasional (IBF) nasih tak
menentu. Sidang IBF di Haarlem, Negeri Belanda pertengahan
Pebruari lalu cuma menghasilkan kesepakatan menguanti Wyatt
Ruling (kebijaksanaan Wyatt) dengan mengharuskan Taiwan
menghilangkan predikat Republic China guna kelangungan
keanggotaannya. Wyatt Ruling adalah kebijaksanaan yang
disampaikan oleh bekas Presiden IBF, Stuart Wyatt da lam sidang
tahunan organisasi di Bangkok, Juni 1976 lampau. Inti dari
kebijaksanaan itu adalah mewajibkan RRC maupun Taiwan mengajukan
aplikasi baru pada IBF.
Usul baru yang disepakati (setelah Wyatt Ruling gagal) di
Haarlem itu tak lain untuk menahan RRC dan para pendukungnya
melahirkan organisasi tandingan. Karena keputusan final mengenai
permasalahan keanggotaan 2 Cina yang berseteru itu baru akan
diambil dalam sidang IBF di Auckland, Selandia Baru bulan Mei
depan.
13 Negara Sepakat
Jalan penyelesaian yang disepakati di Haarlem itu ternyata tak
dipandang sebelah mata oleh klik pendukung RRC. Ketika drs.
Sudirman, Wakil Presiden Konfedrasi Bulutangkis Asia (ABC)
mencoba mengemukakan permasalahan RRC. tersebut pada pertemuan
tak formil BC di Hongkong, hari Jumat 24 Pebruari kemarin usul
itu ternyata ditentang keras oleh India, RRC, Srilangka, dan
Hongkong. "Kami tidak ingin mempersoalkan masalah Cina lagi,"
tanggap mereka.
Esok paginya, 13 negara Asia-Afrika (RRC, Hongkong, Nepal,
Pilipina, Pakistan, Singapura, Kenya, Muangthai, Nigeria,
Brunei, Korea Utara, Bangladesh, dan Korea Selatan) ditambah
dengan 5 negara peninjau (Swedia, Yugoslavia, Austria, Perancis
dan Meksiko) memang tak lagi membicarakan soal keanggotaan KRC
di IBF. Tapi langsung bersidang membicarakan pembentukan
Federasi Bulutangkis Dunia (WBF). Tanpa kehadiran Indonesia dan
Jepang-kedua negara ini hadir untuk sidang ABC rapat yang
diadakan kelompok pendukung RRC itu dengan cepat menemui titik
kesepakatan. Bahkan mereka sekaligus berhasil memilih pimpinan
WBI Presiden, Marsekal Dawee dari Muangthai dan Sekjen, Teh Gin
Sooy dari Malaysia.
Kesepakatan yang dilahirkan 13 negara Asia-Afrika itu, siangnya
disampaikan resmi kepada peserta sidang ABC-pertemuan ini
dihadiri juga oleh Indonesia dan Jepang. Badan resmi
perbulutangkisan Asia itu dengan gembira menyambut kelahiran
wadah baru tersebut, serta merta menyatakan diri bergabung ke
dalamnya dan keluar dari IBF. Sudirman yan menyiapkan pidato
guna mencegah perpecahan dunia bulutangkis itu tak ayal
membatalkan penyampaiannya. Menurut dia, pidato yang sudah
disiapkan dari Jakarta tersebut tak ada gunanya lagi dibacakan
karena WBF terbentuk.
Tapi bukan berarti Sudirman tidak menyatakan pendirian. Kepada
sidang ia mengatakan "Tuan-tuan telah memilih jalan WBF.
Sedangkan kami (Indonesia) akan tetap melalui IBF. Marilah kita
lihat siapa yang akan lebih berhasil membina dunia bulutangkis
di masa-masa mendatang."
Pilihan telah ditentukan Indonesia memang. Tapi bagaimana PBSI
menghadapi kenyataan dengan keanggotaan ABC? Dalam pertemuan
dengan Komite Luar Negeri KONI Pusat di ruang kerja Ketua Harian
KONI Pusat, Suprayogi hari Jumat, 3 Maret siang Sudirman
mengemukakan pendapat agar Indonesia menarik diri saja di
ABG. Mengingat adanya kaitan ABC dan WBF. Sikap tegas
itu pada prinsipnya tampak disetujui pertemuan. Hanya saja
KONI Pusat meminta keputusan itu jangan terlalu cepat
direalisir. Kecuali pengunduran diri Sudirman sebagai
Wakil Presiden ABC. "Mbok kalian tunggu saja keputusan di
Auckland," kata Suprayogi kepada Sudirman mengomentari
keinginan PBSI keluar dari ABC.
Sidang tahunan IBF di Auckland, Mei nanti sekalipun tidak
akan membahas pendirian Indonesia terhadap ABC, namun titik
tolak pembicaraan jelas akan terfokus pada masalah RIC dan
Taiwan. Adakah ERC akan berhasil mendapatkan keanggotaan IBF
tanpa berdampingan dengan Taiwan? Kelihatan bukan sesuatu yang
mustahil lagi. Ini tercermin dari suara yang akan dibawa
Indonesia ke sidang tersebut. "Taiwan pakai Republic of China
atau tidak harus dikeluarkan dari IBF," kata Sudirman .
Sikap baru yang diambil Sudirman (dalam pertemuan di Haarlem,
wakil Indonesia mengusulkan agar Taiwan mau menghilangkan
predikat Republic of China) agaknya tak terlepas dari kelahiran
WBF itu sendiri. Formulasi keinginan ini kabarnya juga disokong
oleh IBF demi menjaga keutuhan organisasi.
Mungkinkah RRC mau bergabung ke dalam IBF sementara mereka
sendiri merupakan salah satu sponsor pendirian WBF? "Kalau sudah
demikian saya berani tarohan bahwa RRC akan berfikir sepuluh
kali untuk mempertahankan WBF," ujar Sudirman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini