KETIKA Rudy Hartono, 28 tahun, memasuki pelatnas untuk
mempersiapkan diri ke turnamen All England, bulan Nopember lalu
penggemar bulutangkis memandang kehadirannya dengan penuh
harapan. Tapi dari serangkaian pertandingan percobaan yang
dilakukannya, muncul suatu ganjalan yang memberi warna lain pada
permainannya. Ketrampilannya rampak mulai dirongrong oleh
usianya.
Lihatlah catatan angka-angka yang diraihnya berikut ini. Di
gedung C Senayan, Jakarta dalam pertandingan melawan Liem Swie
King tanggal 9 Pebruari ia menyerah dengan selisih angka yang
cukup menyolok: 15-8 dan 15-8. Dalam eksibisi di Istora Senayan,
10 hari kemudian kegagalan kembali merundung dirinya. Ia hanya
mampu menahan King dalam kedudukan sama 12-15 dan 17-15--set
ketiga tidak dimainkan.
Di Bandung, tanggal 25 Pebruari menghadapi lie Sumirat, ia pun
tak kurang keteteran. Ia cuma berhasil meraih set pertama 18-16
untuk kemudian terpaksa mengakui kelincahan lie dengan angka
9-15. Set penentuan juga tak dilanjutkan.
Dulu Tak Begini
Dari beberapa penampilan utama itu, kelemahan Rudy yang tampak
menonjol sejak ia menggantung raket pertengahan 1976 silam
adalah di segi pertahanan. Jika dulu ia mampu menutup
lobang-lobang kelemahan tersebut dengan kecepatan gerak kini ia
tampak sering mati langkah menghadapi penempatan bola yang tajam
dari lawan.
Dalam mengatur penyerangan, keadaannya pun serupa. Permainan di
depan net dari Rudy yang dulu begitu terpuji karena pengembalian
bolanya yang tipis, sekarang kelihatan sedikit menebal. Sehingga
tidak jarang pembalikan vang demikian menjadi bumerang baginya.
Idem dito dengan over head smashnya. Kelebihan tersisa dan yang
diandalkannya agaknya tak lebih dari pengalaman juara semata.
Rudy bukan tak menyadari kekurangan itu. "Persiapannya terlalu
pendek," jawabnya. Ia menambahkan, sedikitnya ia membutuhkan
waktu 1 tahun latihan teratur untuk pemulihan kondisinya.
Mengingat usia dan lamanya ia absen dari kegiatan bulutangkis.
Pengakuan Juara All England 8 kali itu tampak jujur. Meski
secara fisik ia telah mencapai berat idealnya 68 kg (sebelumnya
71 kg) untuk tinggi badan 179 cm, namun hal itu belum menolong
banyak bagi kekuatannya. Ini tampak jelas ketika ia melakukan
sit-up sebanyak 75 kali hitungan di gedung C, pekan lalu. Dosis
latihan itu ternyata menimbulkan keluhan. Perut sebelah kirinya
mendenyut kencang. "Dulu-dulu tak begini," ujar Rudy.
Adakah Rudy yang tengah menanti kelahiran putera pertamanya
pekan ini mampu membikin kejutan lagi di All England? "Saya
harap begitu. Tapi rasanya berat," demikian pengakuan Rudy.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini