DEPARTEMEN Perdagangan RI, jika ada perrnohonan, biasanya
mencatat kehadiran sesuatu agen tunggal. Sesudah mencatatkan
diri, agen tunggal bersangkutan tentu mengharapkan pengakuan.
Ternyata tidak otomatis demikian. Terutama sekali para agen
tunggal mesin-tik mengalaminya. Apa yang terjadi? Widi Yarmanto
dari TEMPO berbicara dengan mereka. Berikut ini laporannya:
Pabrik Olivetti di Italia, misalnya, telah menunjuk PT Abadi
Kurnia Murni sebagai agen tunggalnya. Seharusnya perusahaan itu
saja yang berhak mengimpor Olivetti. Tapi di Glodok dan Pasar
Pagi, Jakarta, banyak dijumpainya Olivetti yang nyatanya diimpor
oleh pihak lain. Para pembeli tentu tidak bisa membedakannya dan
mungkin tidak pula perduli apakah diimpor oleh PT Abadi atau
bukan. Kebetulan pihak lain bisa menjual lebih murah, mungkin
selisih Rp 2000 per mesin, dibanding harga Olivetti yang dijual
PT Abadi. "Kami terpaksa bersaing dengan sesama mesin Olivetti,"
kata manajer Thomas Wangsa. Ini masalah besar bagi agen tunggal
rersebut yang nmenjual sebanyak 23 jenis Olivetti, termasuk
mesin-tik listrik dan kalkulator.
PT Djaya Pirusa mengageni merek Triumph dan Adler berasal
Jerman. "Si.pa membeli Triumph, ia memilih mutu," kata manajer
Hendra Cansa dari agen tunggal itu. Mungkin bermutu tapi belum
terkenal. Dan mungkin karena belum terkenal pula, seperti diakui
manajer ini, PT Djaya Pirusa belum disaingi oleh orang Glodok.
MBM Corp. mengageni mesin Royal yang sudah lama dikenal di
negeri ini. Manajer penjualannya, Anton Eikema, mengatakan
"Melawan harga Royal di Glodok dan Pasar Pagi memang sulit. Di
sana Royal dijual orang 10 - 15% di bawah harga patokan MBM
Corp. Ini memang cukup memukul."
Lain lagi suara dari PT Guna Elektro yang mengageni Olympia.
Pabriknya di Jerman mengatur sedemikian rupa hingga "ekspor
liar" vang biasanya dari Hongkong dan Singapura ke Indonesia
akan tidak gampang. "Dan dealer kami di sini pasti mengadu kalau
ada Olympia yang serinya bukan keluaran kami," kata Ny Iskandar
dari divisi penjualan Guna Elektro.
Dari segi harga memang "agen liar" di Glodok dan Pasar Pagi
menang. Tapi para pembeli akan dirugikan bila terjadi kerusakan
mesin. Adalah hanya agen tunggal resmi yang selalu menyediakan
after sales service, yaitu pelayanan reparasi dan onderdil
sesudah penjualan.Pelayanan demikian sangat diutamakan mereka
sebagai bagian dari persaingan mereka.
"Kalau mesin yang rusak itu dibeli via kami, reparasinya
terjamin dan onderdilnya pun lebih murah," kata orang PT Abadi.
Orang MBM Corp. berkata pula "Kami memberi garansi 6 bulan,
malah ada juga jaminan satu tahun. Lab kami lengkap dan mampu
mereparasi."
Terdapat juga merek lain yang beredar di Indoncsia seperti
Brother, Underwood, Remington, Optima, Citizen dan lain-lain.
Tidak diketahui bagaimana urutan posisi mereka masing-masing di
pasaran lokal. Jika ditanya, semua agen tunggal selalu
meraba-raba tentang berapa besarnya pasaran mesin-tik di
Indonesia. Maklum, ada "impor liar" dan penyelundupan. Namun
pemerintah beserta perusahaan negara dikenal menjadi pembeli
terbesar. Penjualan ke sektor swasta hanya 30%, demikian
taksiran agen tunggal mesin-tik umumnya.
Bisnis mesin-tik ini jelas makin cerah. Buktinya PT Djaya
Pirusa, walaupun disebutnya masih "merangkak" dengan Triumph,
toh mengatakan "makin hari makin bertambah saja permintaan."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini