Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Deregulasi terbuka

Menpora akbar tandjung meresmikan 12 sekolah sepak bola indonesia muda di sekitar jawa tengah. masih dibutuhkan puluhan sekolah sepak bola. pssi sedang menyusun buku panduan. peranan klub diperbesar.

15 September 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Deregulasi di Sepak Bola? UNTUK membenahi persepakbolaan di Indonesia sudah saatnya menoleh kembali pada pembinaan di tingkat terendah. Apa yang diperbuat kelompok Summa dengan klubnya di Dili tentu usaha yang patut dihargai. Dan kebetulan pula, Ahad pekan lalu di Purwokerto, Jawa Tengah, Menpora Ir. Akbar Tanjung, yang didampingi Ketua Umum PSSI Kardono, meresmikan 12 Sekolah Sepak Bola Indonesia Muda. Sekolah-sekolah ini tersebar di beberapa kota di wilayah Jawa Tengah dan berada dalam pembinaan Komisariat Daerah Indonesia Muda (IM) Ja-Teng. Menurut Ketua Umum IM Dimas Wahab, dalam waktu dekat sekolah sepak bola ini bertambah menjadi 20 buah di Jawa-Tengah Sekolah serupa juga akan didirikan di cabang-cabang Indonesia Muda di seluruh Indonesia. "Kalau sepak bola Indonesia ingin maju, pembinaan harus dilakukan sejak usia dini," kata Dimas Wahab. Akbar Tandjung menyambut baik sekolah sepak bola ini. Sepak bola, menurut Menteri, adalah olahraga yang paling populer di Indonesia sehingga emosi masyarakat sering terbawa oleh maju mundurnya kesebelasan nasional. Masalahnya, bagaimana bisa membentuk kesebelasan nasional yang tangguh kalau bibit-bibit dari bawah tidak disemai. "Adanya sekolah-sekolah sepak bola termasuk yang diselenggarakan oleh Indonesia Muda ini sesuai dengan program pemerintah dalam pengembangan olahraga," kata Akbar Tandjung. Sekolah sepak bola IM ini dibina oleh cabang-cabang IM di wilayah masing-masing. Siswanya terbagi dalam dua kelompok: usia 8 sampai 12 tahun dan usia 13 sampai I5 tahun. Setelah lewat usia 15 tahun, mereka bisa memasuki klub IM. "Tapi bisa pula diambil klub-klub di luar I-M, atau nantinya diambil klub Galatama. Bagi IM tidak ada persoalan," kata Dimas. "Sudah banyak pemain nasional yang berasal dari IM." Indonesia Muda adalah sebuah perkumpulan yang tua, berdiri 1930 di saat-saat pergerakan. Perkumpulan ini tak cuma mengurusi bola, tetapi juga olahraga lainnya, seperti basket dan voli. Di luar olahraga, IM juga bergerak di bidang kesenian. Pada awal berdirinya Galatama, ada IM Galatama. Namun, kehadiran IM Galatama itu tak berumur panjang. Menurut Dimas, IM lebih merasa cocok berkiprah untuk membina "anak-anak gawang". Di usia dini itulah pembinaan yang kurang. Selama ini, katanya, orang terlalu mudah untuk masuk klub atau bahkan masuk Galatama tanpa mendapat pengetahuan yang benar tentang bola. Siswa-siswa IM tidak diasramakan. Pelatih diambil dari pemain klub IM (amatir) atau bekas pemain IM. Latihan berlangsung tiga kali seminggu dan setiap siswa membayar uang sekolah sekitar Rp 1.000 sebulan. Kebutuhan lain, seperti honor pelatih, sewa lapangan, beli bola, sampai kostum, disediakan oleh pengurus Cabang IM setempat. "Untuk menghindari kejenuhan, diadakan pertandingan antarsekolah IM," kata Dimas. PSSI juga punya sekolah sepak bola. Lalu, P dan K punya diklat di beberapa tempat. Menurut Kardono, masih dibutuhkan puluhan lagi sekolah sepak bola di Indonesia. Supaya semua sekolah sama kurikulumnya, PSSI saat ini sedang menyusun semacam buku panduan. Seirama dengan pembinaan dari bawah ini, kata Kardono, peranan klub diperbesar. Kompetisi antarklub ditingkatkan. "Jika perlu, perserikatan yang tidak menjalankan kompetisi antarklub tak diberi hak suara dalam kongres PSSI," ujar Kardono. Kini, menurut Kardono, di kalangan pengurus PSSI sudah ada pemikiran bahwa perserikatan tak perlu punya kesebelasan. Yang berkompetisi sampai tingkat nasional adalah klub-klub. Dengan demikian, pembina klub punya kebanggaan dan jerih payahnya diakui secara nasional. "Semua masukan ini akan dibicarakan dalam SPP (Sidang Pengurus Paripurna) mendatang," kata Kardono. Boleh disebut ini semacam deregulasi di bidang sepak bola -- kalau memang jalan. Dan kalau semuanya sepakat. Putu Setia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus