Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Wajah-wajah berkelahi

Ekspresi wajah punya kaitan dgn 42 otot wajah keadaan otot berhubungan langsung dengan temperatur pada otak. ada 50 pola senyum, memiliki kondisi psikologis yang khas senyum berkaitan dengan pusat intelektual

15 September 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DIA memang bukan Ida Iasha pemain film yang rajin memainkan senyum. Yang hendak diceritakan ini pemeran utama Not I, drama absurd karya Samuel Beckett. Selesai pementasan tadi ia dilanda depresi berat. Karena jiwanya guncang, la memerlukan perawatan psikiatris. Si aktor semula dikira terlalu menghayati perannya: kemurungan yang mendalam sehingga mempengaruhi keadaan jiwanya. Tapi itu baru dugaan. Sedangkan penghayatan adalah situasi yang relatif dan sulit diukur. Kemudian bisakah kejadian di panggung teater absurd itu dijelaskan? Bisa. Apalagi hubungan ekspresi wajah dan emosi membuat keguncangan jiwa itu sudah ada penemuannya di bidang psikologi. Aktor tadi contohnya. Sejak Beckett melatih sampai penampilan di panggung, ia sudah diserbu depresi. Ia memanipulasi wajah terus-menerus murung. Wajah kusut inilah yang menimbulkan depresi. Drama Not I memang menekankan permainan ekspresi wajah, khususnya mulut yang memberondongkan kata-kata dalam frekuensi cepat. Hasil penelitian oleh Psikolog Robert Zajonc di Universitas Michigan, AS, menunjukkan bahwa ekspresi itu ada kaitan dengan aktivitas 42 otot wajah. Keadaan otot ini berhubungan langsung dengan temperatur dan aliran darah pada otak. Ekspresi tertentu (termasuk murung) bisa menaikkan temperatur. Dan naiknya suhu ini membuat senyawa serotonin terakumulasi di otak. Tingginya jumlah serotonin itu kemudian berubah jadi pangkal depresi. Sebenarnya, hubungan wajah dengan emosi sudah lama dipersoalkan. Bahkan Charles Darwin, pencetus teori evolusi itu, berpendapat bahwa ekspresi wajah merupakan sifat universal pada manusia. Dan ekspresi bukan saja cermin keadaan jiwa, malah menciptakan kondisi kejiwaan. Padangan Darwin itu tak meluas, karena para psikolog abad ke-19 menyangkal pendapatnya. Mereka merasa tak menemukan bukti bahwa ekspresi wajah mempengaruhi keadaan jiwa seseorang. Baru sekitar sepuluh tahun silam pandangan Darwin kembali terdengar. Apalagi para peneliti menemukan bukti: wajah itu mempengaruhi keadaan jiwa melalui aktivitas senyawa-senyawa dalam otak. Bukti tersebut pertama kali, 1983, ditemukan Paul Ekman dari Univesitas California, San Francisco. Ekspresi wajah, kata psikolog itu, ada kaitannya dengan detak jantung, suhu kulit, aktivitas kelenjar keringat, dan kondisi otot. Dan mengubah-ubah ekspresi wajah, katanya, segera pula mengubah kondisi tubuh. Setelah bertahun-tahun meneliti, Ekman juga menemukan 50 pola senyum dan lia ekspresi wajah paling bermakna. Di antara itu semua masing-masing memiliki kondisi psikologis yang khas. Dan kondisi ini mempengaruhi pola pikiran. Seyuman lebar, misalnya, bahkan bisa berkaitan dengan pikiran positif. Ekman sudah mencobakan penemuannya pada pasangan suami-istri yang ada masalah. Ternyata bila terjadi perselisihan tajam, adu argumentasi tak lagi dijadikan ukuran. Masing-masing bersikeras dan bertahan pada kebenaran sendiri. Dan yang memperhitungkan kemungkinan perkawinan bisa diselamatkan atau tidak adalah pola ekspresi wajah ketika mereka bertengkar. Bila dalam pertengkaran suami-istri wajah ikut "berkelahi", biasanya perkawinan tak bisa diselamatkan lagi. Sebaliknya, adu pendapat dengan ekspresi tenang, dan diselingi senyum, meredam tengkar. Kondisi wajah senyum lazimnya berkaitan dengan pikiran positif. Zajonc juga menemukan dampak fisik wajah yang tersenyum. Saat seseorang senyum, kontraksi otot tertentu membuat arah mengalir ke areal sinus, pembuluh darah utama. Bersamaan dengan itu senyum juga mengubah ritme pernapasan. Kedua kondisi ini mempengaruhi aktivitas hipothalamus, atau pusat intelektual dan suhu tubuh yang dikendalikan saraf. Pengaruhnya suhu itu turun, khususnya temperatur pada otak. Ketika suhu turun, muncul perasaan yang menyenangkan. Inilah yang ditemukan Zajonc pada sukarelawan yang ditelitinya. Dan ia yakin, munculnya perasaan ini akibat ada akitivitas berbagai senyawa otak. "Kita belum bisa memastikan neurotransmiter yang mana," katanya. Dalam percobaan tadi ia juga menemukan perasaan senang itu ditandai dengan naiknya jumlah senyawa otak endorphins. Fungsi senyawa yang dikenal sebagai morfin tubuh ini memang mengendalikan perasaan yang menyenangkan. Kata Zajonc, ekspresi wajah bukan satu-satunya penyebab terjadinya perubahan emosi, tapi ada penyebab yang lain. Ia berteori pula. Katanya, ekspresi wajah berpengaruh besar -- barangkali malah utama -- dalam menimbulkan perubahaan emosi. Dasar teori ini kedua-duanya bisa berubah cepat. Tapi Zajonc belum menemukan bahwa ekspresi wajah dan gejolak emosi bisa mengubah perasaan. "Emosi adalah keadaan sesaat yang mudah berubah, dan perasaan merupakan keadaan yang lebih panjang," katanya. Perasaan duka misalnya masih terasa, bahkan intens, setelah ledakan emosi yang diikuti tangisan itu berlalu. Walau demikian, ekspresi memiliki dampak pada perasaan. Dan senyum ketika dalam keadaan duka mengurangi tekanan perasaan yang tak menyenangkan. Mempertimbangkan interaksi ekspresi wajah dengan emosi, para psikolog melihat kemungkinan membangun metode terapi lewat manipulasi wajah. Ini bukan hanya mengendalikan senyum, malahan menguasai 42 otot wajah melalui latihan. Makanya, untuk mengendalikan diri ketika dalam keadaan berang, seseorang tak perlu susah-susah menekan emosi yang mau meledak. "Cobalah, mula-mula dengan tersenyum," kata Ekman. Emosi yang menyesakkan dada dengan sendirinya mengurangi tekanannya. Jim Supangkat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus