PREDIKAT tradisional ternyata bukan jaminan. Pencak silat
sebagai olahraga dan seni beladiri khas Indonesia belum diakui
secara bulat. Mengapa? "Sampai sekarang belum ada pencak silat
nasional," kata Syahrunisa, suhu perguruan Karate-do Tangan
Kosong (Tako).
Musyawarah nasional Tako di Medan baru-baru ini mengemukakan
gagasan untuk menciptakan olahraga dan seni beladiri
berkepribadian Indonesia. Bentuknya? "Boleh jadi perwujudan
pencak silat dan karate," kata Ketua Tako, Dr Suhardiman SE.
Tako, anggota Federasi Olahraga Karate-do Indonesia (FORKI),
memang telah membaurkan pencak silat dan karate dalam perguruan
mereka. Perbandingannya 25-75. "Itu bukan hal baru," kata Ketua
Dewan Guru Institut Karate-do Indonesia (Inkai), drs. Sabeth
Muchsin. "Di Inkai sudah terjadi seperti itu." Ia mengambil
contoh pada diri Advent Bangun (Dan III) yang mengawali karir
dari perguruan silat Beringin Sakti.
Bahkan jauh sebelum Tako melontarkan ide, menurut Sabeth, tahun
1970 telah ada pernyataan bersama IPSI, PERKEMI, dan PORKI untuk
saling tukar-menukar informasi mengenai teknis maupun
organisastoris dari ketiga cabang olahraga beladiri tersebut. Ia
berpendapat, hendaknya setiap cabang mempertahankan kekhasan
sendiri. Misalnya, dari pencak silat yang harus dipertahankan
adalah 'kembangan'nya, dan pada karate adalah 'teknik analisa
bagian tubuh'. "Saya sendiri tertarik sekali dengan 'kembangan'
dari pencak silat, lanjut Sabeth. "Di kemudian hari, saya
bermaksud untuk memasukkannya ke dalam karate."
Tapi Sabeth menolak bentuk perpaduan unsur semacam itu sebagai
khas Indonesia sebagaimana dilansir Tako. "Indonesia-nya sampai
di mana?" tanya Sabeth. "Saya malah kuatir hal itu akan
membentuk aliran baru yang menjauhkan diri dari standarisasi."
Ia mengusulkan supaya diadakan saling tukar-menukar informasi
saja, sebagaimana tertuang dalam kesepakatan tahun 1970. "Yang
terang, pencak silat sudah lebih maju daripada karate. Mereka
telah mengadakan pertandingan antar daerah tanpa mempersoalkan
aliran," tambahnya.
Bagi Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), keinginan Tako itu
tampak tidak terlalu mengejutkan. Karena di tahun 1973, Kung Fu,
silat Tionghoa sudah masuk mereka. "Sebenarnya proses penyatuan
semacam itu sudah banyak," kata Sekjen IPSI, Harsoyo. "Bahkan
pernah ada perguruan Jusika Perisai Putih." Jusika adalah bentuk
gabungan dari jujitsu, pencak silat, dan karate. Tak jelas
bagaimana kelanjutannya sekarang.
Aba-Aba
Harsoyo tidak mengatakan beladiri gabungan itu sebagai khas
Indonesia. Mengapa? "Biasanya yang terjadi standarisasinya
(teknik) dari luar negeri, sedang pengisian (tenaga dalam) dari
pencak silat," ujar Harsoyo.
Kini, untuk bentuk gabungan, IPSI sudah mempunyai persyaratan
tertentu. Antara lain, demikian Harsoyo, nama dan aba-aba
bentuk baru harus berkepribadian Indonesia, tidak berafiliasi
dengan induk di luar negeri, dan ada proses naturalisasi secara
politis (misalnya, Pancasila, UUD '45).
Soal nama, aba-aba, dan persyaratan lainnya bagi Tako mungkin
tak ada persoalan. Suhardiman sendiri telah mengemukakan bahwa
gerakan dari olahraga beladiri yang dicita-citakannya akan
tetap mempergunakan istilah Indonesia.
Perguruan pencak silat yang menyambut ide Tako sudah ada. Buyung
Ramli, pimpinan pencak silat Kramat Kwitang (Jakarta) mengatakan
bahwa dari usaha Tako itu diharapkan suatu saat nanti olahraga
beladiri gabungan itu bisa diekspor ke luar negeri. Juga Jadi
Widjaja dari perkumpulan Cakar Elang berpendapat demikian.
"Kalau sudah benar-benar universil, tentu negara-negara lain pun
akan tertarik," katanya.
Mengapa Tako begitu antusias? Syahrunisa melihat perkembangan
baru dalam berbagai olahraga beladiri belakangan ini. Ia
mengambil contoh pada Judo yang sekarang ini lebih merupakan
bentuk olahraga saja, kurang unsur beladirinya. Ia memperkirakan
karate di masa depan akan demikian pula halnya. "Karena itu Tako
harus mempertahankan dan mengembangkan ilmu beladiri serta
olahraga sekaligus, dan bernafaskan nasional," katanya. Tako
memperkirakan bentuk baru itu akan digemari masyarakat dalam 5
tahun mendatang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini