SIDANG para menteri 13 negara penghasil minyak anggota OPEC di
Karakas berakhir tanpa mencapai persepakatan mengenai harga
patokan baru untuk minyak bumi. Dengan begitu pasaran minyak
dunia dibiarkan bergerak bebas dengan harga resmi OPEC yang
sekarang berkisar antara $ 24 sampai $ 30 per barrel. Harga itu
nampaknya akan mengambang sampai Maret atau April 1980, ketika
para menteri minyak anggota OPEC akan mengadakan sidang lanjutan
di Taif, Arab Saudi. Berikut ini laporan Fikri Jufri dari
Karakas:
Ali Khalifa Al-Sabah, 35, menteri perminyakan Kuwait yang
ganteng itu tampak loyo ketika keluar dari lift Hotel Tamanaco
menjelang jam 12 malam tanggal 19 Desember. Dia mengelak
berbicara dengan pers yang sejak pagi menunggu. "Tunggu saja
besok pagi," katanya.
Setengah jam kemudian rekannya dari Qatar, Menteri Minyak Abdul
Aziz bin Khalifa Al-Thani, nampak bergegas menuju pintu keluar
hotel, diikuti para pembantu dan ajudannya. "Setiap kemungkinan
bisa terjadi sekarang," cetusnya tanpa penjelasan. Pagi-pagi
buta ia meninggalkan Karakas dengan pesawat Jet pribadi.
Indonesia Tak Setuju
Mereka rupanya kecewa dengan keputusan sidang. Selama tak kurang
dari 14 jam, mulai pagi sampai larut malam segenap ketua
delegasi berbincang-bincang di kamar suite 966, ruangan paling
besar di tingkat paling atas hotel itu. Penghuni suite istimewa
itu siapa lagi kalau bukan Menteri Perminyakan Arab Saudi, Sheik
Zaki Yamani.
Dalam perundingan tertutup itu pembicaraan berlangsung dalam
"suasana persaudaraan". Artinya pembicaraan lepas, sebagaimana
diceritakan oleh seorang anggota delegasi. "Termasuk Menteri
Perminyakan Iran, Ali Akhbar Moinfar yang tadinya ngotot tak
mau sidang tertutup." Kabarnya Moinfar dan rekan-rekan banyak
tertawa. (lihat box)
Sidang membicarakan 4 macam usul. Pertama, usul Arab Saudi agar
patokan harga Arabian Light Crude tetap dipertahankan $ 24 per
barrel. Kedua usul Nigeria agar mengikuti harga patokan $ 24,
tapi ditambah keluwesan yang memungkinkan kembalikan antara 10
sampai 15%. Ketiga, usul dari Libia supaya harga minyak itu
antara $ 24-$ 35. Keempat usul Iran yang ingin bertahan pada
harga $ 35. Tapi usul Ali Moinfar itu ditolak sidang karena
dianggap terlalu tinggi.
Persoalan berputar pada 3 hal ketika membicarakan keempat usul
itu. Pertama penentuan sistem harga tunggal dengan catatan Arab
Saudi bisa dibujuk untuk menerima harga patokan Arabian Light
Crude $ 26 per barrel ditambah diferensial yang normal. Dengan
kata lain ada tambahan harga di atas marker crude yang
didasarkan pada kualitas hasil produksi dan faktor pengangkutan.
Indonesia termasuk yang tidak menyetujui dipertahankannya sistem
harga, ganda atau sistem harga majemuk seperti yang berlaku
sampai sidang di Karakas. Kalau sistem harga majemuk ini yang
dianut maka basis marker crude yang $ 26 per barrel itu masih
bisa ditambah diferensial plus satu pungutan yang biasa dikenal
sebagai surcharge. Tapi bisa pula dengan $ 28 ditambah
diferensial tanpa surcharge.
Yang jadi masalah besar -- dan sampai ahir sidang tak mampu
dijelaskan -- adalah pengertian "diferensial yang normal" itu.
Seperti kata seorang anggota delegasi Uni Emirat Arab:
"Bagaimana sebenarnya hingga Aljazair dan Lybia misalnya bisa
mencapai-harga $ 30 per barrel." Masalah diferensial yang normal
itu memang erat hubungannya dengan harga akhir yang ditetapkan
oleh masing-masing anggota, terutama anggota seperti Lybya.
Untuk mencapai kesepakatan kartu berada di tangan Arab Saudi.
Kalau saja negara ini bersedia menaikkan marke crude dari $ 24
menjadi $ 26 per barrel, maka dengan diferensial yang normal dan
sedikit surcharge, negara-negara yang sudah terlanjur memasang
harga 630, sedikitnya bisa mempertahankannya.
Sore 19 Desember sebelum dimulainya rapat babak kedua, sebuah
komisi (antara lain terdiri dari para anggota Dewan Gubernur
OPEC dan Komisi Ekonomi) berusaha keras mengupas soal
diferensial yang muskil itu. Dan Sheil Zaki Yamani mengontak
Ryadh untuk memperoleh persetujuan. Di pihak Irak yang selama
konperensi menunjukkan sikap merendah tak ada persoalan. Kami
akan tunduk pada keputusan" kata Menteri Perminyakan Tayeh
Abdul Karim.
Oktober 1980 Baghdad akan menjadi tuan rumah KTT OPEC
berikutnya. Mungkin inilah sebabnya mengapa Irak bersikap
merendah.
Yang Santai Jadi Tegang
Agak di luar dugaan dalam sidang yang dilanjutkah di kamar
Yamani, Aljazair dan Lybia akhirnya menyetujui untuk menerima
perhitungan Sekretariat OPEC. Bahkan tak keberatan kalau
diferensial yang mereka pasang $ 5 itu dipotong separoh, menjadi
$ 2,5 per barrel. Namun berita dari Arab Saudi sebagaimana yang
disampaikan Yamani hanya menyetujui kenaikan Arabian Light
Crude menjadi $ 26 per barrel. Dan hanya mau menerima
diferensial tak lebih dari $ 1,47.
Suasana santai dalam sidang ia kabarnya berubah menjadi tegang.
Sidang terpanjang dalam sejarah OPEC yang sudah berusia 19 tahun
itu tidak mampu mencapai kata sepakat atau kompromi. Sidang
memutuskan untuk melakukan pertemuan istimewa di Taif, kota
sejuk di Arab Saudi sekitar Maret-April 1980 mendatang. Di sana
akan dilanjutkan pembicaraan mengenai soal-soal yang menyangkut
harga itu. Sidang pun menyambut gembira, ketika Indonesia setuju
menjadi tuan rumah pertemuan reguler OPEC akhir 1980. "Tak ada
tempat yang lebih tepat dari Bali," kata beberapa anggota.
Dengan tidak ditemukannya kesepa katan mengenai harga, banyak
pengamat khawatir harga minyak akan meningkat sebelum wakil
OPEC itu berkumpul kembali di Taif. Betul patokan harga yang
dianut adalah $ 24 per barrel, tapi jangan lupa konperensi juga
memperkenankan tiap negara anggota OPEC menentukan sendiri
diferensialnya di atas Arabian Light Crude.
Bagi Indonesia, sebagaimana dikatkan Menteri Pertambangan dan
Energi Subroto, yang memimpin delegasi Indonesia, "tak ada
persoalan." Seperti sudah diputuskan 17 Desember yang baru lalu,
diferensial untuk Indoneia ditetapkan $ 1,50 untuk jenis Minas
Crude dan $ 2 untuk Arjuna. Perubahan diferensial selanjutnya
bagi Indonesia, "tergantune dari perkembangan harga minyak
lain," kata Subroto di ruangan suite tingkat 8 Hotel Tamanaco.
Atau dalam kata-kata Wijarso, Dirjen Migas, juga angota dewan
gubernur OPEC, "tergantung dari keluwesan kita."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini