Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Gara-gara Gajah Mada ?

Di kejuaraan bulu tangkis indonesia terbuka, morten frost hansen protes dengan menghentikan pertandingan di set ke-2 ketika melawan lius pongoh, karena shuttle cock gajah mada dinilai lambat & labil.

1 Agustus 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETINGGALAN 8-11 dari Lius Pongoh di set kedua, Morten Frost Hansen tampak mendongkol. Rupanya, pemain unggulan kedua dalam Kejuaraan Bulu Tangkis Indonesia Terbuka ini kesal terhadap shuttle cock (kok) Gajah Mada yang dipergunakan. Kok itu dinilainya sangat lambat dan larinya tidak stabil, sehingga smash dan drive-nya sering menyangkut atau keluar. Maka, Morten pun protes. Ia meminta kepada wasit untuk mencoba semua kok. Tetapi permintaannya ditolak oleh Julius Tetelepta, Wakil Wasit Kehormatan, karena pertandingan sudah berjalan. Morten hanya diperbolehkan mencoba 3-4 kok saja. Merasa keinginannya tidak terpenuhi, Morten langsung menyalami wasit, mengemasi raketnya, dan meninggalkan arena pertandingan, diiringi teriakan penonton Istora Senayan. Kejadian pekan lalu itu merupakan yang pertama kali dalam sejarah penyelenggaraan Kejuaraan Bulu Tangkis Indonesia Terbuka, sejak diselenggarakan enam tahun silam. Siapa yang salah? Dalam Pertemuan Teknik, semua peserta sebetulnya sudah setuju bahwa kok yang dipergunakan adalah merk Gajah Mada buatan Tegal, Jawa Tengah. Kok itu pun sudah dites di depan wakil IBF, Jeff Robson. Para pemain juga sudah mencobanya. Sebenarnya, bukan hanya Morten yang protes terhadap kok yang dipakai. "Bolanya lambat dan larinya melenceng, sehingga agak sulit mengontrol pukulan," kata Chen I Niang, pelatih putri tim Cina asal Solo. Hal itu juga dibenarkan oleh Christian Hadinata. Sampai saat ini IBF memang belum mempunyai standar khusus bagi kok yang dipergunakan dalam pertandingan internasional. Menurut Tom Bacher, selama ini IBF hanya melihat dari berat kok saja, dari 78, 79, 80, sampai 81 grain. Semakin besar grain-nya, semakin cepat lajunya. "Saya berharap agar pabrik lebih menyeleksi kok-kok yang akan dipergunakan untuk pertandingan internasional, demi masa depan kejuaraan ini," kata Bacher, yang kini menjabat pimpinan Komite Bisnis IBF. Pihak pabrik menolak tudingan itu. Menurut Ny. Setiyoso, Wakil Pimpinan CV Gajah Mada, uji kualitas selalu dilakukan untuk menjaga mutu kok Gajah Mada, meski masih secara tradisional. Untuk Kejuaraan Indonesia Terbuka tahun ini, semula panitia memesan ukuran 78 grain, tapi kemudian diubah ukuran 79 grain. "Karena waktunya mepet sekali, permintaan panitia tidak semuanya terpenuhi," ujar Ny. Setiyoso. Jadi, akibat salah memesan?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus