Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Untung, ada Frans dan Yuli

Prestasi beberapa atlet atletik indonesia menurun. dalam kejuaraan atletik asia vii di singapura, tak satu pun atlet mampu merebut medali emas. mereka hanya membawa pulang 1 perak dan 1 perunggu.

1 Agustus 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ATLETIK Indonesia ternyata masih belum mampu bersaing di tingkat Asia. Turun dengan 21 orang atlet dalam Kejuaraan Atletik Asia VII di Singapura, yang berakhir pekan lalu, tak satu pun atlet Indonesia mampu merebut medali emas. Mereka hanya membawa pulang 1 perak dan 1 perunggu. Padahal, 7 dari 21 orang atlet yang diterjunkan dalam kejuaraan ini telah berlatih di Jerman Barat selama tiga bulan. Purnomo, 24 tahun, gagal maju ke final di nomor andalannya 100 meter, dan hanya menempati urutan ketiga di semifinal, dengan catatan waktu 10,67 detik. Ia cedera otot paha sewaktu lari di semifinal, tiga meter menjelang finish. Menurunnya prestasi Purnomo sebenarnya sudah bisa dilihat dari persiapannya yang minim selama mengikuti latihan di Pelatnas sejak awal tahun ini. Karyawan Bank Bumi Daya ini setelah Asian Games sibuk menyelesaikan kuliahnya di Akademi Perbanas. Tidak jarang dia absen latihan karena alasan sepele, seperti gerimis atau hujan, meski teman-temannya tetap berlatih. Tidak heran kalau dalam SEA Games XIV mendatang pelatihnya, Bambang Wahjudi, hanya menargetkan memperoleh medali perak di nomor 200 m. Ini atas dasar latihan yang dilakukannya selama di Pelatnas. Dia lebih banyak berlatih jogging dibandingkan latihan daya tahan kecepatan. Tampaknya, Purnomo waswas karena dapat dilampaui oleh atlet yunior asal Sumatera Utara, Mardi, 19 tahun. Akibatnya, Purnomo sering menghindar jika harus berlatih bersama-sama Mardi walau pelatihnya berbeda. Prestasi Mardi memang sedang menanjak. Keunggulannya bisa dilihat dari hasil latihan daya tahan. Contohnya untuk jarak 40 m Purnomo butuh waktu 4,5 detik, sedangkan Mardi hanya 4,10. Begitu juga untuk jarak 60 m, Purnomo 6,95 detik dan Mardi 6,89. Sayangnya, di final 100 m, Mardi hanya berada urutan ke-4, dengan catatan waktu 10,60 detik. Padahal, selama latihan di Jerman Barat, dia sudah mampu mencapai 10.43 detik. Eduard Nabunome, yang diharapkan mampu menyumbangkan medali di nomor 10.000 m, juga tampil mengecewakan. Muncul pada hari pertama, Edu -- panggilan akrabnya -- hanya mampu bertahan sampai putaran ke-13 dari 25 putaran. Setelah itu, Edu mulai tercecer di urutan keenam sampai akhir pertandingan dengan catatan waktu 31:52.05. Ini terpaut jauh dibandingkan rekor nasional yang diciptakannya di Asian Games X Seoul, 29:50.59. "Tenaga saya habis. Biasanya kecepatan setiap putaran 71-73 detik, tapi setelah putaran ke-13 turun menjadi 80 detik," ujar Edu setibanya di Tanah Air. Turunnya daya tahan Edu agaknya disebabkan karena dua minggu sebelum berangkat ke Singapura dia mengikuti lomba Maraton Bogor yang menempuh jarak 17 km. Ia memang berhasil menjadi juara pertama. "Seharusnya, Edu tidak perlu pergi ke Bogor, kecuali sekadar partisipasi sembari latihan daya tahan. Itu pun tidak boleh sejauh jarak yang diperlombakan. Sebab, untuk pemulihan kondisi setelah berlomba sejauh 17 km diperlukan waktu minimal tiga minggu," tutur Paulus Pesurnay dari Komisi Litbang PB PASI. Untung, ada Frans Mahuse dan Yuliana Effendi, yang menyelamatkan muka Indonesia. Mereka meraih medali perak dan perunggu di nomor lempar lembing dan lempar cakram. Frans Mahuse, yang ikut berlatih di Jerman Barat, mampu melempar sejauh 72,3C m, hanya terpaut 32 cm dari peraih medali emas dari Jepang. Sedangkan Yuliana hanya mampu melempar sejauh 43,94 m. Jika melihat posisi di ASEAN, Indonesia masih di bawah Filipina, yang mampu merebut 2 emas melalui Lidya de Vega dan Malaysia dengan 2 perak dan 2 perunggu. PASI agaknya sudah dapat menebak apakah bisa mengulangi prestasi di SEA Games XIII, Bangkok, 1985, dengan merebut 9 emas. Dalam SEA Games mendatang PB PASI menargetkan 14 emas bagi kontingen Indonesia. R.N.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus