Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Gara-Gara Sepatu Pinjaman ? Gara-Gara Sepatu Pinjaman

Liem Swie King gagal mencapai tempat terhormat pada kejuaraan dunia malmoe. Ia dibabat pemain Swedia Thomas Kihlstroem, dengan tiga set pada pertandingan ketiga. Sepatu pinjaman dipersalahkan.

14 Mei 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI kamar pakaian stadion bulutangkis Wembley. London akhir Maret lalu, Liem Swie King yang baru saja dikalahkan oleh finalis All England asal Denmark, Fleming Delfs tampak dirundung kesedihan yang dalam. Tekadnya untuk mengikuti jejak Hendra Kartanegara (d/h Tan You Hok) dan Rudy Hartono gagal, sudall."(agal di sini (maksudnya: di All England) toh tidak apa-apa King. Asalkan kau mampu membuktikan diri sebagai juara dunia di Malmoe nanti", hibur Tjuntjun. King sama sekali tidak menimpali omongan Tjuntjun itu. Tapi niat untuk menebus kekalahannya di tangan Delfs tersebut kelihatan telah menjadi tekad yang padu dalam dirinya. Di hall C. Senayan ia berlatih lebih tekun dibandingkan masa persiapan sebelumnya. Pelatih Rudy Hartono tak jarang menghadapkan King dengan 2 lawan sekaligus guna mempertinggi daya refleksnya. Juga faktor-faktor psikologis yang mungkin akan menahan kemajuan King diatasi dengan mendatangkan ayahnya, Ng Thian Po ke Jakarta untuk mendampinginya. King adalah anak bungsu yang manja dan dekat dengan ayahnya. Sepatu Pinjaman Semua persiapan untuk mengorbitkan King memang berjalan seperti yang direncanakan. Tapi sesampainya di Malmoe muncul faktor kecil yang tak diperhitungkan. "Scpatu King sobek ketika latihan di lapangan karpet", tulis wartawan Kompas, Valens Doy, pekan lalu. Dalam pertandingan awal, masalah penggantian sepatu memang tidak kelihatan merepotkan King. Ia berhasil masuk ke ronde perdelapan final dengan menyisihkan David Eddy (Ingeris) pada kedudukan 15-1 dan 15-6, serta Peter Cooper (Australia) dalam angka 15 -7 dan 15-8. Langkah kemenangan King itu ternyata mulai dirongrong oleh sepatu pinjaman dari Basn, ketika ia berhadapan dengan pemain Swedia, Thomas Kihlstroem dalam pertandingan ketiga. King yang sebelumnya bermain gesit mengunci ketrampilan lawan, tak ayal keteteran melayani serbuan kilat Kihlstroem. Ia ketinggalan 0-8 begitu Kihlstroem mengawali permainan. King terpaksa mengakui keunggulan lawan di set pertama tersebut dengan angka 11 - 15. Dalam permainan lanjutan, sekalipun Kihlstroem kembali meninggalkan King 5-0 di awal ronde, kendali pertarungan tidak lagi dipegang pemain Swedia itu sepenuhnya. King perlahan bangkit dan mulai rnenemui bentuk kebolehannya kembali. Ia berhasil mengunci ketrampilan Kihlstroem, juara ganda All England 197 yang berpasangan dengan B. Frohman, dengan angka kemenangan 15-9. Set kedua itu diakhiri King dalam waktu 16 menit - 3 menit lebih lama dari pertarungan set pertama. Melepuh Memasuki set penentuan dengan nasehat dan petunjuk yang diberikan non playing captain, Rudy Hartono untuk mematahkan perlawanan Kihlstroem ternyata bekal tersebut tidak mencakupi bagaimana cara King mengatasi rongrongan sepatu baru yang dipakainya. Sepatu pinjaman Basri tersebut lebih besar ' angka dari ukuran yang biasa dipakai King - ukuran normal kaki King adalah nomor 71 Cangguan itu tak ayal membuat kaki kanannya melepuh dan luka pada kelingkingnya. Semula dicoba King untuk bertahan. Tapi pada kedudukan 12-11 untuk keunggulan dirinya, ia tampak sudah tak tahan lagi. Ia meminta izin pada wasit untuk ke luar lapangan membuka sepatunya, dan sekaligus berniat untuk membalut lukanya. Namun izin yang diberikan ternyata cukup pendek. King dipanggil kembali untuk melanjutkan pertandingan sebelum dr. Rachmad yang membantu tim secara sukarela sempat menolongnya kabarnya dr. Rachmad ketika itu sedang ke WC. Melanjutkan permainan dalam situasi yang tidak menguntungkan, King tampak makin grogi sewaktu wasit menyatakan kesalahan pada dirinya ketika mencegat serve pendek dari Kihlstroem. Sejak itu permainannya kian tak terkontrol. Berkali-kali ia mengembalikan bola Kihlstroem dengan ragu-ragu. Sehinga akhirnya kemenangan ditutup Kihlstroem dengan angka 12-15. Menurut Rudy Hartono, keputusan wasit yang menyatakan diri King di pihak yang salah merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dirinya dalam merebut angka-angka kritis. "King sangat sensitif terhadap hal-hal demikian", kata Rudy Hartono. Tapi pasal sikap sensitif atau tidak itulah merupakan unsur kematangan seorang juara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus