Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Gebrakan <font color=#6699CC>Si Buldoser</font>

Juragan baru di Manchester City obral janji, menjadikan klub itu juara Liga Champions dalam tiga tahun. Soal fulus, ibarat tak ada nomor serinya.

15 September 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIGA puluh tahun bukanlah waktu yang sebentar. Namun Kevin Parker mau bersabar. Selama itu pula dia menunggu klub kesayangannya, Manchester City, membawa pulang sebuah trofi ke Eastland, Inggris, markas klub ini. Namun harapan itu tak pernah terwujud. ”Kita percaya itu bisa terjadi kalau ada bos baru di sini, yang mau merogoh kantongnya dalam-dalam,” katanya. Gelar yang membanggakan terakhir adalah Piala Liga, itu pun sudah 32 tahun silam.

Pada awal bulan ini, langkah pertama dari keinginannya terkabul sudah. Kegirangan itu bukan hanya milik Kevin, yang menjadi ketua pendukung klub Biru Langit itu, tapi juga semua Citizens—sebutan pendukung klub ini. Awal September lalu, investor yang diidam-idamkan itu muncul. Mereka adalah kelompok usaha Abu Dhabi United Group (ADUG). Kongsi orang kaya dari daratan Emirat Arab itu menghamburkan uang 210 juta pound sterling untuk membeli klub tersebut dari pemilik lama: Thaksin Shinawatra, bekas Perdana Menteri Thailand yang kena kasus dugaan korupsi di negerinya. Jumlah itu hampir setara dengan Rp 3,5 triliun.

Tak cukup dengan itu, pada saat penutupan batas akhir transfer pemain, Manchester City berhasil membuat para petinggi Chelsea pucat bukan main. Robinho, pemain yang diminta khusus Felipe Scolari—manajer baru klub itu—malah lepas ke Manchester City. Pun demikian dengan Dimitar Berbatov, yang hampir saja mereka dapatkan. Semua langsung bengong. Bukan saja Scolari yang menggaruk-garuk kumisnya, Robinho pun kaget tak menyangka.

Itulah drama yang terjadi pada awal perputaran kompetisi Liga Inggris musim ini. Kejadian ini mirip dengan peristiwa lima tahun silam, tatkala Roman Abramovich, juragan minyak asal Rusia, membeli klub Chelsea. Langkah persekutuan orang kaya dari Emirat Arab itu pun mengejutkan. ”Kami ingin hal yang terjadi di Chelsea bisa juga terjadi di sini,” kata Sulaiman al-Fahim, juru bicara kelompok usaha Abu Dhabi itu.

Tak dinyana tak diduga, semua begitu cepat terjadi dan mengejutkan. Persis seperti mercon yang meleduk pada malam yang sunyi. Sebelumnya, para juragan dari Emirat Arab ini mengaku tertarik pada Arsenal dan Newcastle United. Namun mereka malah menjadi pemilik Manchester City. Alasannya, klub ini membuat mereka memiliki ambisi yang besar.

Al-Fahim lantas sesumbar. Menurut dia, pada masa transfer window tahun baru nanti, konsorsium ini menyediakan uang 540 juta pound sterling atau hampir Rp 9 triliun untuk membeli bintang-bintang sepak bola andal masa kini. Disebut antara lain Cristiano Ronaldo (Manchester United), David Villa (Valencia), Fernando Torres (Liverpool), dan playmaker Cesc Fabregas, yang bermain di Arsenal. Dengan skuad seperti itu, cukup tiga tahun saja Manchester City bisa menjadi juara Liga Champions atau penguasa di Eropa. ”Cita-cita kami sederhana saja, menjadikan Manchester City klub terbesar di Liga Primer,” katanya. Salah satu faktor yang tak bisa dimungkiri, ya, berkat uang yang superjumbo itu.

Tak pelak, kiprah Abu Dhabi United Group membuat klub lain dag-dig-dug. Seperti banyak diketahui, setahun setelah dibeli Roman Abramovich, Chelsea langsung menjadi juara Liga Primer. ”Saya selalu merasa seperti buldoser. Jika saya sudah punya kemauan, apa pun harus terjadi, tak peduli ada mobil di depan. Apa pun yang menghalangi jalan harus dihancurkan. Maaf, saya harus melakukan itu,” kata Al-Fahim.

Tentu dia tidak sedang main gertak. Dia punya modal, yakni uang yang bisa diibaratkan tak ada nomor serinya. Seorang kalangan dekatnya menguatkan hal itu. ”Uang 200 juta pound, sih, tidak ada artinya buat mereka. Sebelumnya, mereka mengumumkan tengah membangun sebuah proyek senilai 34 miliar pound sterling (lebih dari Rp 565 triliun) di Dubai,” demikian menurut sumber tadi.

Sejatinya Sulaiman al-Fahim, yang baru berusia 31 tahun, memang dikenal doyan publisitas. Namun dia hanyalah orang yang diplot menjadi juru bicara. Sebenarnya dia juga orang kaya—dia pemilik Hydra Properties, kelompok real estate yang punya banyak proyek besar. Namun tentu saja dia berani banyak bicara karena memiliki orang-orang lebih kaya di belakangnya. Mau tahu siapa saja mereka?

Ini dia. Abu Dhabi United Group adalah perusahaan yang khusus dibuat untuk melakukan transaksi pembelian klub ini, disokong sepenuhnya oleh Royal Group, perusahaan investasi milik keluarga Al-Nahyan. Mereka juga tercatat sebagai pemilik Hydra Properties. Al-Nahyan adalah keluarga Kesultanan Abu Dhabi yang paling kaya di antara kerajaan atau emirat yang membentuk negeri Uni Emirat Arab ini. Kekayaan mereka, yang ditaksir mencapai 444 miliar pound sterling, datang dari minyak dan gas. Berapa besar angka itu dalam rupiah? Lebih dari Rp 7.390 triliun. Masya Allah!

Salah satu motornya adalah Syekh Mansur bin Zayed al-Nahyan. Mansur, yang masuk menjadi skuad kabinet di negeri itu, dikenal sebagai orang yang memiliki pengaruh besar di kawasan Teluk. Walaupun secara pribadi tidak diketahui persis jumlah kekayaannya, diyakini bahwa dia merupakan salah satu miliuner di negeri itu. Perkawinannya dengan anak perempuan Syekh Mohammad—penguasa Dubai yang telah lama mengincar Liverpool FC melalui perusahaan Dubai International Capital—membuatnya makin berkibar.

Nah, itu pula sebabnya, melihat modal yang mereka punya, banyak orang yang tak ragu lagi bila para emir ini akan sungguh-sungguh dalam mewujudkan kemauan mereka. ”Mereka membeli klub Inggris karena mereka menyukai permainan sepak bola di sana,” ujar seorang pengamat.

Namun, di samping mengejar prestasi di lapangan, sesungguhnya usaha ini tak beranjak dari soal bisnis. Bila tanah air mereka bisa dikenal di seluruh dunia, bisnis pun bisa lebih mudah dikendalikan. Satu yang sudah kelihatan adalah penyelenggaraan Formula Satu di sana. Abu Dhabi tengah membangun posisinya sebagai pusat olahraga dan kebudayaan di Timur Tengah.

Nah, menguasai Manchester City adalah termasuk jalan untuk mencapainya. ”Liga sepak bola Inggris merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Dengan begitu, lebih mudah bagi kami memperkenalkan negeri kami,” kata Al-Fahim.

Apa pun tujuan para emir itu, yang ikut senang tentu saja para Citizens. Bagi mereka, masuknya pemodal baru—seperti halnya Thaksin Shinawatra tahun lalu—merupakan harapan besar untuk sejajar dengan rival abadi mereka, Manchester United.

Kevin Parker salah satunya. Dia sudah tak sabar lagi. Pada Ahad lalu, tatkala bertarung melawan Chelsea, selain memberikan semangat kepada timnya, mereka mengenakan sorban putih layaknya para juragan minyak dari Tanah Gurun. Marhaban..., ya, buldoser.

Irfan Budiman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus