Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Guan Melawan Goliat Golf

Bocah dari Guangzhou ini mencatatkan diri sebagai pegolf termuda dalam sejarah Turnamen Master. Prestasinya pun tak mengecewakan.

5 Mei 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Guan Tianlang harus selalu mendongakkan kepala saat berbicara dengan para pegolf pesaingnya. Maklum, bocah 14 tahun 5 bulan 17 hari itu mesti berhadapan dengan para pria dewasa dalam Turnamen Master di Augusta National Golf Club, Georgia, Amerika Serikat, tiga pekan lalu. Tinggi Guan yang kurang dari 170 sentimeter hanya mencapai bahu para jagoan di padang rumput tersebut.

Bukan hanya itu. Dibanding para pesaingnya, lengan anak-anaknya juga terlihat jauh lebih kecil. Dan itu mempengaruhi kekuatan pukulannya. Pada saat tampil empat hari di Augusta itu, jarak terjauh lentingan bola yang ia sabet adalah 235 yard.

Tapi hari itu ia menorehkan rekor fantastis. Bocah asal Cina ini menjadi pegolf termuda sepanjang sejarah penyelenggaraan Turnamen Master, kejuaraan golf paling bergengsi di dunia. Sebelumnya, rekor itu milik pegolf Italia, Matteo Manassero, yang mencetaknya saat tampil di British Open pada 2010. Kala itu, usia Manassero 16 tahun 2 bulan.

Guan juga lebih unggul daripada Tiger Woods. Legenda ini tampil dalam Turnamen Master pertama kali saat usianya mendekati kepala dua. "Dia (Guan) bahkan belum lahir ketika aku meraih gelar master pertamaku," kata Woods, yang memetik gelar master pertamanya pada 1997. Fred Couple, salah satu peserta di Turnamen Master itu, bahkan layak menjadi kakeknya.

Maka tak mengherankan bila selama turnamen Guan membetot perhatian banyak kalangan. CNN bahkan menjuluki Turnamen Master kali ini dengan tagline: "A Boy Against Men". Di Inggris, The Guardian dan The Independent punya sebutan khusus untuknya: The Kid. "Kami akan selalu menyebutnya demikian," tulis The Guardian.

Tak sekadar memicu sensasi soal usia, penampilan Guan di padang golf layak diacungi jempol. Di padang yang memiliki 18 hole dengan total 72 par—jumlah pukulan standar untuk memasukkan bola—Guan membukukan 73 pukulan alias hanya 1 pukulan di atas par pada hari pertama. Hasil ini membuatnya menyodok ke peringkat ke-43 dari 93 peserta.

Para pegolf senior yang semula memandang sebelah mata mulai kecele. Kemampuan bocah itu ternyata melampaui usianya. Di akhir laga, ia mencetak 300 pukulan atau 12 pukulan di atas par. Guan mencapai finis di peringkat ke-58. Bukan pencapaian yang buruk untuk anak baru gede seperti dia.

Turnamen ini akhirnya dimenangi pegolf Australia, Adam Scott, dengan 9 pukulan di bawah par. Ia diikuti secara berturut oleh Angle Cabrera, Jason Day, dan Tiger Woods di peringkat keempat. Kejuaraan ini memang masih milik para kampiun yang sudah lama malang-melintang di padang golf.

Toh, nama Guan hampir dipastikan menancap di benak komunitas golf internasional. "Dia bermain seperti pegolf veteran," kata Ben Daniel Crenshaw, pemain gaek asal Texas. Guan memang tampil bak pegolf kawakan. Pembawaannya sangat tenang. Ia terlihat cuek saja dengan nama besar lawannya—para pegolf kaliber dunia itu. Ia juga tak terganggu oleh cuaca berangin dan sesekali gerimis di sana.

Bahkan, saking tenangnya, ia dituduh memperlambat lomba. Panitia pun memberinya sanksi berupa pengurangan satu pukulan. "Dengan kondisi cuaca seperti ini, saya tak bisa mengayunkan tongkat sebelum pasti arah anginnya," ujar Guan membela diri. "Tapi saya sangat menikmati­ turnamen ini."

Ia memang berhak menikmati pertarungan melawan para pegolf jempolan itu. Ia layak berada di sana setelah sukses menjadi pemenang Asia-Pacific Amateur Championship 2012 di Thailand.

Guan mengenal golf sejak berusia empat tahun. Ayahnya, Guan Han Wen, adalah seorang dokter. Sedangkan ibunya, Liu Hongyu, seorang arsitek. Keduanya punya hobi bermain golf. Setiap akhir pekan, suami-istri itu berlatih golf di Lion Lake Country Club di Qingyuan, Guangdong, Cina.

Langly—panggilan Guan—diajak ­serta. Meski masih balita, Guan sudah menjadi anggota tetap di padang golf itu. Di sana Guan tak sekadar menonton, tapi ikut berlatih di lapangan. "Orang tuanya sangat mendukung anak itu," kata David ­Townend, Direktur Operasional Lion Lake Country Club.

Menyadari bakat besar anaknya, Han Wen dan Liu Hongyu memutuskan berhenti bekerja. Keduanya berbagi tugas. Han Wen mengurus segala hal yang berkaitan dengan keperluan golf anaknya, dari latihan hingga turnamen. Sedangkan Hongyu memastikan kebutuhan sehari-hari mereka terpenuhi.

Guan sendiri, selain berlatih, sehari-hari tetap pergi ke sekolah. Ia terdaftar di sekolah Zhixin di Guangzhou. Di dalam tasnya, selain buku, tersimpan belly putter, stik khusus untuk memasukkan bola ke lubang. Setiap hari, seusai sekolah, Han Wen akan menjemputnya. Bapak-anak ini lalu menuju Lion Lake Country Club, sekitar satu jam perjalanan dari Guangzhou. Di sana mereka berlatih hingga malam.

"Dia berlatih sangat keras. Anda bisa melihatnya hampir setiap hari di sini," kata Townend. "Guan sangat berbakat dan dia beruntung memiliki orang tua dan lingkungan yang sangat mendukungnya. Semua orang di sini bangga kepadanya."

Bakat Guan terus digosok. Saat berusia 6 tahun, ia berlatih khusus kepada instruktur golf di Guangzhou, Danny Webb. Perpaduan bakat dan ketekunan Guan membuat Webb menebak: "Dia akan menjadi orang Cina pertama yang menjadi juara dalam Turnamen Master."

Webb tak asal ngoceh. Catatan prestasi Guan menunjukkan keyakinan Webb. Guan adalah pemenang termuda dalam turnamen China Amateur Futures Tour 2010. Saat itu usianya baru 11 tahun. Setahun kemudian, ia kembali merebut gelar China Amateur Tour.

Pada tahun yang sama ia juga memenangi Callaway Junior World Golf Championships di San Diego untuk kelompok usia 11-12 tahun. Setahun kemudian, saat usianya beranjak 13 tahun, Guan tampil di European Tour Volvo China Open dan mencatatkan diri sebagai pegolf termuda yang pernah tampil di lomba tersebut. Saat itu, usianya 13 tahun 173 hari.

Bermain dalam Turnamen Master, bagi Guan, seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Toh, ia tetap merasa tahu diri untuk tak ngelunjak berambisi jadi juara di sana. "Saya memang tidak ingin terburu-buru. Masih terlalu dini. Masih banyak yang harus saya perbaiki."

Han Wen pun, meski mendukung penuh karier golf anaknya, tak ingin anaknya langsung terjun ke profesional. Han meminta anaknya menamatkan sekolahnya dulu.

Alhasil, Guan masih harus membagi waktu antara sekolah dan golf. Cukup berat, terutama ketika harus mengikuti turnamen. Tapi, dari dua dunia itu, ia belajar satu hal: fokus. Dan nyatanya ia bisa menjalani dua dunianya itu sama baiknya. "Saya hampir tidak percaya melihat anak seusia itu bisa membagi fokus tanpa mengurai setiap detail salah satunya," kata Townend.

Tapi ia harus percaya! Sebab, Guan sendiri juga yakin mampu melakukan hal semacam itu.

Dwi Riyanto Agustiar (Guardian, Daily Mail, China Daily, Reuters)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus