RALLY Paris-Dakar yang penuh ancaman maut dimulai dari kaul
seorang petualang. Ketika mengikuti rally Abijan-Nice tahun
1978, Thierry Sabine hilang, si petualang itu tersesat di Gurun
Sahara. Motor yang dikendarai orang Prancis berusia 33 tahun itu
kehabisan bahan bakar dan ia tak tentu rimbanya selama 6 hari.
Ia berjalan berpuluh-puluh kilometer di bawah terik matahari
untuk kembali ke dunia yang baru ia tinggalkan. Malam dia tak
bisa bergerak karena dinginnya gurun pasir. Memasuki hari
ke-empat Sabine sudah hampir putus asa. Di tengah-tengah lautan
pasir yang menjemukan itu, dia sempat bersumpah dalam hati:
"Kalau saya berhasil keluar hidup-hidup dari tempat ini, saya
akan menyelenggarakan suatu rally besar menyeberangi gurun pasir
ini."
Sabine akhirnya selamat. Dan tahun ini cita-citanya tentang
sebuah rally yang bukan saja berat, tetapi juga terpanjang dan
paling berbahaya sudah memasuki tahun kelima. Lomba ini unik.
Karena tidak hanya mobil yang ambil bagian. Juga sepeda motor
dan truk. Wanita juga ikut -- kecuali untuk kategori truk.
Karena cewek-cewek rupanya kurang tertarik dengan jenis
kendaraan pembawa barang ini.
Tahun ini pembalap Belgia, Jacky Ickx yang berpasangan dengan
bintang film Prancis, Claude Brasseur, muncul sehagai juara
kategori mobil. Sedangkan juara sepeda motor, dipegang juara
tahun 1981, Hubert Auriol dari Prancis.
Rally menempuh jarak 10.259 km melintasi Gurun Sahara, melewati
negara yang pernah jadi koloni Prancis seperti Aljazair, Mali,
Volta Hulu, Mauritania dan berakhir di Dakar (Senegal), menuntut
ketahanan fisik dan mental. Bahaya kelelahan, sakit, kecelakaan
dan rontoknya mesin merupakan tantangan dalam rally yang penuh
petualangan ini. Belum lagi dihitung maut yang mengancam
sepanjang jalan yang penuh pasir dan semak-semak. Terkadang yang
harus dilewati tidak saja daratan yang pernah dilalui kendaraan,
tapi juga lautan pasir yang sama sekali belum dilalui manusia.
Tahun lalu rally yang kejam ini menelan tiga korban. Seorang
pembalap dari Belanda, seorang wartawan Prancis dan seorang anak
Mali yang tersambar kendaraan peserta. Putra PM Inggris, Mark
Thatcher ketika itu juga hampir hilang. Setelah pencarian
besar-besaran dengan helikopter dan mengerahkan tentara
Aljazair, mujur anak muda itu berhasil ditemukan.
Tetapi orang tak kapok-kapok. Ketika peserta dilepas dari Palais
de Chaillot, dekat menara Eiffel, Paris, 1 Januari yang lalu,
tercatat 671 orang yang siap menempuh perlombaan yang berakhir
20 hari kemudian di Dakar, di pantai barat Afrika. Meliputi 119
motor 516 mobil dan 36 truk. Terdapat 25 orang peserta wanita.
Di antaranya 10 orang menunggang motor. Para petualang itu
berasal dari Prancis, Amerika Serikat, Jepang, Jerman Barat,
Belanda. Belgia, Inggris, Italia, Swiss, Spanyol, dan Portugal.
Tapi tak seorang pun dar Afrika.
Selain yang serius untuk memenangkan perlombaan ada pula peserta
santai. Terlihat 5 pasangan suami-istri. Juga seorang kakek
berusia 69 tahun, Marcel Hugueny dari Prancis. Dia duduk
memegang setir ditemani anak laki-lakinya yang berusia 34
tahun.
Tahun lalu kakek ini juga turut dan sampai di finish dengan
tangan patah. "Untuk saya rally Paris-Dakar ini semacam
perjalanan liburan. Saya memang ingin melihat alam semesta dalam
suatu petualangan yang penuh tantangan. Dengan rally ini saya
bebas keluar masuk berbagai negara tanpa memikirkan pajak
ini-itu," kata si kakek.
Tahun ini jumlah kecelakaan lebih kecil. Panitia yang dipimpin
pencetus ide rally ini, Thierry Sabine, rupanya sudah belajar
banyak dari pengalaman sebelumnya. Dia memperketat peraturan.
Barisan penyelamat juga diperbesar. Biaya penyelenggaraan
mencapai sekitar Rp 700 juta. Ini meliputi pengerahan 3
helikopter, 4 pesawat DC-3, 6 pesawat lebih kecil, 4 truk dan 8
mobil pensuplai kebutuhan peserta yang bergabung dalam tim
pertolongan.
Namun begitu, masih jatuh juga korban. Penunggang sepeda motor
dari Prancis, Jean-Noel Pineau meninggal setelah bertabrakan 15
Januari di Volta Hulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini