Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Meracik gado-gado ke singapura

Persiapan tim sepak bola ke sea games XII di Singapura, mengundang perdebatan. Indonesia akan muncul dengan pemain campuran antara pratama dan liga utama. jika perlu, pemain liga diamatirkan kembali. (or)

29 Januari 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUDAH bisa diduga, persiapan tim sepak bola ke SEA Games XII di Singapura awal Juni mendatang banyak mengundang perdebatan. Sejak awal 1982 kesebelasan Pratama sebenarnya sudah dipersiapkan untuk pesta olah raga Asia Tenggara itu. Namun setelah pengurus PSSI mengamati mutu kesebelasan asuhan Bernd Fischer itu, Oktober lalu diputuskan untuk menyingkirkan Pratama. Dengan gagalnya Pratama itu kandaslah cita-cita Ketua Umum PSSI, Syarnubi Said yang sejak semula menghendaki tim itu yang mewakili Indonesia ke SEA Games. Akhirnya dicari jalan keluar untuk mengobati borok tim nasional dengan memilih pemain campuran antara Pratama dan Liga Utama. Untuk memilih pemain dari dua tim yang amatir dan profesional itu, Desember lalu didatangkan Brazil All Stars untuk berhadapan dengan Liga Selection yang pemain-pemainnya dari klubkluh Liga. Kemudian pertengahan Januari diundang Hallelujah dari Korea-Selatan untuk bertanding dengan Liga Selection, Pratama dan campuran dari keduanya. Dari uji coba itu dalam minggu ini juga akan ditentukan nama-nama pemain yang mendapat kehormatan memperkuat tim nasional. Dengan tim campuran antara Pratama dan pemain-pemain pilihan dari klub-klub Liga itu, barangkali PSSI akan menghadapi persoalan lain yang bisa memporak-porandakan rencana yang ada. Soalnya, sejak pertengahan 1982 Lembaga Sepakbola Utama (Galatama) dengan tegas menyatakan diri non-amatir dengan otonomi penuh dan berubah nama menjadi Liga Sepak Bola Utama (Liga Utama). Siapa tahu kedudukan pro dari beberapa anggota tim nasional itu dipertanyakan lawan. Sebab tuan rumah Singapura sendiri, akan kehilangan bintangnya Fandi Ahmad yang sudah jad pemain profesional. PSSI barangkali akan berlindung pada FIFA yang belakangan ini berusaha untuk memperbolehkan pemain pro ambil bagian dalam Olympiade. "Untuk menghadapi kemungkinan itu, kalau perlu setelah kompetisi Liga Utama berakhir April mendatang, para pemain yang kita perlukan ditransfer lagi ke perserikatan," kata Suparjo Pontjowinoto, Ketua Harian PSSI merangkap pimpinan proyek tim SEA Games. Kalau memang itu yang terjadi, tentu diperlukan masa peralihan sehingga pemain pro tadi surut statusnya menjadi amatir kembali. Tetapi masalah pelik lainnya muncul pula. Sudah dijadwalkan latihan bersama antara pemain Pratama dan Liga itu pada hari Rabu tiap minggu. Tetapi akan menjadi sulit juga menepati jadwal itu agar tidak bertabrakan dengan hari-hari kompetisi Liga Utama yang masih berjalan. Hasil latihan bersama jangka pendek seperti yang terlihat pada pemunculan campuran Pratama-Liga, ketika berhadapan dengan Hallelujah, ternyata belum begitu menggembirakan. Hasil draw 1-1 tanggal 19 Januari itu digambarkan pelatih Fischer sebagai "pemunculan terbaik". Agaknya ini kata-kata dari seorang "bapak" yang perlu membesarkan hati anak-anaknya. Tim campuran amatir-pro itu, yang oleh banyak kalangan disebutkan sebagai tim bayangan SEA Games, muncul dengan kerja sama yang tersendat-sendat. Masing-masing individu memang bermain sebaik-baiknya, seperti ditunjukkan Hadi Ismanto, Dede Sulaiman dan Didi Darmadi. Tetapi sebagai satu tim mereka belum menampilkan permainan yang padu. Gagalnya Hadi Ismanto pada babak pertama menjebol gawang Hallelujah dengan sundulannya, merupakan contoh nyata. Hadi memaksakan diri melompat dan menyundul kendatipun posisinya tidak memungkinkan. Bola memang kena disambarnya. Tapi tak bertenaga dan hilang arah. Sebab bola semacam itu seharusnya menjadi "makanan" pemain yang datang melapis di belakang Hadi. Pergunjingan sekitar tim nasional ini ramai juga. Dari Medan, tokoh sepak bola, pengasuh Mercu Buana, Kamaruddin Panggabean, menyentil dengan pedas: "Saya benar-benar terkejut bah. Malah bingung . . . bingung. Mau ke mana sebenarnya PSSI kita ini mau dibawa," ujarnya. Dia kesal terhadap pemilihan 20 ofisial untuk tim SEA Games. "Itu namanya lebih banyak pengurus daripada yang diurus. Apakah kita ini ingin pamer pengurus atau mengejar prestasi," ucapnya sengit. Kamaruddin tidak keberatan empat pelatih (Fischer, Suwardi Arlan, Iswadi Idris dan Arrie Kussoy) menangani tim. Tetapi sudah lama beredar ketidakpercayaan orang terhadap kemampuan Fischer yang menerima bayaran Rp 3,5 juta per bulan itu. "Pembinaan Fischer selama ini nol," kata bekas pemain nasional Sucipto Suntoro. Gagal dengan Pratama dan gagal pula dengan PSSI Utama di SEA Games Manila tahun 1981. Pimpinan PSSI sendiri tetap mempertahankan pelatih asal Jerman Barat itu. "Ilmunya cukup luas dan dia punya dedikasi. Susahnya mencari pelatih sekarang, orang terlalu takut jatuh nama, gampang cuci tangan, sedangkan Fischer tampaknya tak akan kehilangan apa-apa kalaupun gagal," ulas Sutiono J. Alis, Sekretaris Umum PSSI. Menurut Sutiono kegagalan selama ini bukan karena Fischer, tapi memang pemain yang kurang. "Rata-rata pemain sekarang bisa main bola, tapi tak ada yang berbakat," tambah bekas pemain nasional Anjas Asmara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus