Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Memancing Kredit Bank Swasta

Bank dunia akan bekerja sama dengan bank-bank swasta internasional dan lembaga keuangan non bank, untuk membiayai proyek-proyek di negara berkembang. (eb)

29 Januari 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MASA ini betul-betul sulit bagi negara kurang maju (LDC). Mereka masih memerlukan banyak dana untuk pembangunannya. Di satu pihak penghasilan dari komoditi ekspornya berkurang karena masih adanya resesi. Di lain pihak dana yang diperlukan, baik yang berasal bantuan luar negeri negara maju maupun dari lembaga keuangan dan bank komersial, makin berkurang. Tapi kalau rencana Bank Dunia tentang pembiayaan bersama (co-financing) menjadi kenyataan, dana yang diperlukan untuk negara kurang maju (LDC) akan tersedia lebih banyak. Pembiayaan bersama tersebut akan berupa pemberian kredit untuk suatu proyek di LDC yang dananya disediakan secara bersama oleh Bank Dunia dan bank-bank komersial swasta. Sebenarnya pembiayaan bersama ini bukan hal yang baru karena sudah dirintis sejak 1973. Tapi sekarang usaha tersebut hendak lebih digalakkan, terutama sesudah A.W. Clausen, bekas Presiden Bank of America diangkat menjadi Presiden Bank Dunia. Bank of America merupakan bank swasta pertama yang melakukan pembiayaan bersama dengan Bank Dunia. "Saya rasa minat saya terhadap pembiayaan bersama berasal dari proyek yang pertama tadi. Saya menyukainya baik sebagai eksekutif bank komersial maupun sebagai eksekutif bank pembangunan," kata Clausen dalam suatu wawancara bulanan Asian Finance, pertengahan bulan ini. Sejak 1973 sudah ada 574 buah proyek di LDC yang dibiayai bersama oleh Bank Dunia dan bank swasta dengan nilai US$ 129 milyar. Sebagian besar dana ini tertuju ke proyek pertanian, perhubungan dan energi di negara berkembang. Sekalipun demikian menurut Clausen, jumlah ini masih bisa ditingkatkan lagi, mengingat masih adanya kebutuhan yang besar dari negara kurang maju. Menurut perkiraannya, harga komoditi non-minyak yang diekspor negara kurang maju pada 1990-an secara riil akan lebih rendah dari tingkat harga 1981. Bank Dunia mengusulkan untuk memperbesar pinjamannya kepada negara kurang maju menjadi US$ 60 mily ar untuk periode 1982-1986. Tapi Clausen skeptis usulnya ini akan diterima oleh kelompok negara industri anggota Bank Dunia, karena mereka sendiri sekarang harus mengetatkan anggaran belanjanya. Untuk memenuhi kekurangannya ini, Bank Dunia tak bisa berbuat lain kecuali mengajak bank-bank swasta untuk secara bersama membiayai proyek-proyek di negara kurang maju. Bagi bank komersial yang ambil bagian dalam pinjaman bersama dengan Bank Dunia beberapa keuntungan akan bisa dinikmati. Mereka bisa memanfaatkan keahlian dan pengalaman Bank Dunia dalam menangani proyek-proyek. Dalam bidang ini staf Bank Dunia jelas lebih profesional dan lebih berpengalaman dalam melakukan evaluasi kelayakan suatu proyek di suatu negara yang mungkin tak banyak diketahui oleh bank swasta. Risiko pinjaman dengan demikian bisa dinilai lebih realistis, di samping kalau terjadi risiko kebangkrutan suatu negara, risiko ini bisa ditanggung secara bersama dengan Bank Dunia. Di samping itu, dengan kekuasaannya yang besar, Bank Dunia ada dalam posisi untuk menyarankan beleid ekonomi negara yang bersangkutan, yang kalau dipenuhi bisa mengurangi risiko pinjaman itu sendiri. Di lain pihak, betapa kuatnya bank swasta, dia tak mungkin bisa "mendikte" kebijaksanaan ekonomi suatu negara. Ada kekhawatiran Bank Dunia: pengalaman pahit yang kini masih diderita Meksiko, Brazil dan Argentina untuk membayar kembali utang-utangnya kepada bank-bank komersial. Maka bank komersial menjadi jera untuk memberi pinjaman kepada negara-negara kurang maju. Tapi uluran tangan Bank Dunia diharapkan bisa mengurangi kekhawatiran bank-bank komersial itu sendiri. Di samping itu, ajakan Bank Dunia tersebut akan bisa menarik beberapa bank komersial yang kecil untuk ikut dalam pembiayaan bersama Bank Dunia. Dan ini untungnya sudah terjadi. Tiga buah bank swasta India misalnya sudah ikut ambil bagian dalam pembiayaan bersama atas beberapa proyek di Rumania, Brazil dan Filipina. Untuk lebih meningkatkan peserta pembiayaan bersama ini, Bank Dunia masih berusaha untuk mengajak lembaga keuangan bukan bank di AS, seperti perusahaan asuransi dan yayasan dana pensiun. Lembaga-lembaga ini umumnya konservatif dalam menanamkan modalnya. Mereka tak pernah menengok negara kurang maju sebagai tempat penanaman modalnya. Mereka selamanya menanamkan dananya di bursa saham dengan membeli saham-saham perusahaan yang bonafide untuk memperoleh hasil yang besar. Tapi Frank Vibert, eksekutif Bank Dunia yang banyak menangani proyek pembiayaan bersama ini mengakui: "kecuali di Jepang kami belum berhasil menarik lembaga-lembaga ini ikut proyek pembiayaan bersama." Dulu di Bank Dunia ada sebuah seksi yang khusus menangani partisipasi lembaga-lembaga nonbank ini pada proyek-proyek Bank Dunia. Tapi seksi tersebut entah kenapa, ditutup baru-baru ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus