Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Timnas Indonesia akan menjamu Jepang dalam penyisihan Piala Dunia di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta pada 15 November 2024.
Sebanyak 22 dari 26 anggota timnas Jepang merumput di klub-klub Eropa.
Mereka semua merupakan produk asli akademi klub lokal Jepang, termasuk Takefusa Kubo yang kini bersinar di La Liga Spanyol bersama Real Sociedad.
CALVIN Verdonk tak sabar menanti pertandingan Indonesia versus Jepang. Ya, tim nasional Indonesia akan menjamu raksasa Asia itu di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, pada 15 November 2024, dalam putaran ketiga penyisihan Piala Dunia zona Asia Grup C.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Verdonk, bek kiri timnas Indonesia, bakal menghadapi Koki Ogawa, rekan satu klubnya di Eredivisie Belanda, NEC Nijmegen. Keduanya sering membicarakan pertandingan antarnegara ini. "Jepang punya banyak pemain top. Pertandingan nanti tentu sangat menyenangkan," kata Verdonk, 27 tahun, dikutip dari situs web ForzaNEC.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat rehat dari klub untuk membela negara masing-masing pada pekan lalu, Verdonk bertemu dengan Koki dan Ritsu Doan di Bandar Udara Schiphol, Amsterdam. Doan adalah pemain sayap kanan Jepang yang merumput bersama FC Freiburg di Bundesliga Jerman. Posisinya sama dengan Takefusa Kubo, bintang muda yang bersinar di Real Sociedad di La Liga Spanyol.
Dari hitung-hitungan posisi, Doan atau Kubo sangat mungkin berhadapan langsung dengan Verdonk dalam laga di Stadion GBK bulan depan. "Sambil bercanda, saya bilang ke Doan bahwa saya lebih suka bermain melawannya daripada Kubo," kata Verdonk.
Samurai Biru—begitu julukan timnas Jepang—memang menjadi ancaman bagi lawan-lawannya. Kubo, 23 tahun, telah membukukan lima gol dan sebelas assist dalam 39 pertandingannya untuk Jepang. Di level klub, dia menjadi motor yang menggerakkan Real Sociedad bertengger di posisi ke-6 La Liga Spanyol musim 2023/2024. Sebanyak 22 dari 26 anggota timnas Jepang menghuni klub-klub Eropa. Di antaranya Wataru Endo di Liverpool, Kaoru Mitoma di Brighton, dan Takumi Minamino di AS Monaco.
Laga Timnas Jepang melawan Arab Saudi dalam kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia di King Abdullah Sport City, Jeddah, Arab Saudi, 10 Oktober 2024. REUTERS/Stringer
Komposisi pemain itu, plus sejumlah faktor lain, membuat Jepang tak tergoyahkan sebagai tim terkuat Asia. Mereka menempati peringkat ke-15 dari 210 negara dalam daftar Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) serta bersaing dengan sederet tim kuat dunia, seperti Jerman dan Uruguay. Wajar banyak pengamat yakin Jepang akan menjadi lawan terkuat Indonesia di Grup C. "Berbeda dengan Australia dan Arab Saudi," kata Kesit Budi Handoyo, pengamat sepak bola, pada Kamis, 24 Oktober 2024.
Australia menempati peringkat ke-24 dan Arab Saudi di posisi ke-59. Indonesia menahan imbang Australia, 0-0, di Jakarta pada 10 September 2024 dan Arab Saudi, 1-1, di Jeddah, pada 6 September 2024. Dari empat pertandingan, Indonesia baru mengumpulkan 3 poin dari hasil tiga kali imbang, termasuk melawan Bahrain, dan kalah oleh Cina. Sementara itu, Jepang menjadi satu-satunya tim di Grup C yang belum terkalahkan. Mereka mendulang 10 poin dari tiga kemenangan dan satu seri.
Jepang hampir dipastikan lolos ke Piala Dunia 2026 di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. Mereka tak pernah absen dari pesta sepak bola terbesar sejagat itu sejak Piala Dunia 1998 di Prancis.
Kesit mengatakan kekuatan timnas Jepang bersumber dari kompetisi dan klub-klub lokalnya. Kompetisi di sana bergulir secara profesional dengan pembinaan yang terpadu. "Kompetisi di tingkat elite dan kompetisi tingkat akar rumput sejalan," katanya.
Jepang tergolong baru dalam pengelolaan liga sepak bola profesional. J.League baru bergulir pada 1993, hanya lima tahun sebelum debut timnas mereka di Piala Dunia. Ironisnya, Kesit melanjutkan, sebelum J.League berlangsung, pengurus federasi sepak bola Jepang pernah belajar mengelola kompetisi ke Galatama di Indonesia.
Pengamat sepak bola Ronny Pangemanan mengatakan, saat awal bergulir, J.League diramaikan oleh kehadiran bintang-bintang Eropa. Misalnya Dragan Stojković, gelandang Yugoslavia yang sebelumnya memperkuat Marseille. Saat hijrah ke Nagoya Grampus Eight pada 1994, dia berusia 29 tahun. Stojkovic menjadi pemain terbaik J.League pada tahun berikutnya.
Ada juga Leonardo Araujo, yang meninggalkan Sao Paulo di Brasil untuk membela Kashima Antlers pada 1994. Saat itu dia baru 25 tahun. Dua tahun kemudian, Leonardo pindah ke Paris Saint-Germain, lalu ke AC Milan. Pada 1996, Vissel Kobe mendatangkan penyerang kenamaan asal Denmark, Michael Laudrup, dari Real Madrid. "J.League mengundang banyak pemain hebat untuk mengangkat liga mereka ke standar yang lebih tinggi," kata Ronny.
Pemain bintang membuat liga lebih bergairah. Namun masing-masing klub tidak melupakan akademi mereka. Pembinaan pemain sejak usia dini, Kesit melanjutkan, membuat Jepang tak pernah kehabisan bibit muda.
Bakat dan keahlian tersebut mereka padukan dengan semangat dan stamina tinggi di lapangan hijau. Walhasil, penonton menyaksikan kecepatan berlari mereka relatif tak mengendur meski di ujung pertandingan. Contohnya, saat timnas Jepang menundukkan Jerman, 2-1, di Piala Dunia 2022 di Qatar. Wataru Endo dkk tertinggal sejak menit ke-33, kalah jauh dalam penguasaan bola, dan gawangnya terus dibombardir Jerman. Namun mereka bisa membalikkan keadaan lewat gol dua pemain pengganti, Ritsu Doan pada menit ke-75 dan Takuma Asano pada menit ke-83. Semangat samurai seperti itu yang akan hadir di Stadion GBK melawan anak-anak asuh pelatih Shin Tae-yong pada 15 November mendatang.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo