Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MULUT Hector Cuper mengepul bak cerobong asap. Sebentar-sebentar rokok di sela jemarinya ia isap dalam-dalam, lalu ia semburkan asapnya ke udara. Pelatih Inter Milan ini tampak tak nyaman duduk di bangku cadangan. Sesekali ia melangkah ke garis tepi lapangan, memberikan arahan ke para pemainnya. Wajahnya tegang. Dahinya yang berkeringat berkerut. Inter kalah?
Tidak. Melawan Brescia dalam lanjutan Liga Italia Seri A di Stadion Mario Rigamonti, Brescia, dua pekan silam, klub asal kota mode Milan itu bermain imbang 2-2. Tapi mengapa tiupan peluit wasit Tiziano Pieri di akhir pertandingan terdengar bak seruling kematian baginya? Ini tak lain karena hasil imbang tadi membuat langkah pelatih asal Argentina itu terhenti. Hanya dalam hitungan jam, Cuper dipecat.
Presiden klub Massimo Moratti langsung menunjuk bekas pelatih Lazio dan AC Milan, Alberto Zaccheroni, sebagai pengganti. Moratti sangat berang dengan hasil imbang itu. Menurut dia, inilah keputusan terbaik untuk klub dan Cuper. "Jembatan antara pemain dan pelatih sudah putus," katanya.
Kesabaran Moratti rupanya sudah habis. Ia kecewa karena Inter tak kunjung menembus papan atas. Christian Vieri dan kawan-kawan terkapar di peringkat kedelapan klasemen sementara—setelah memetik dua kemenangan, tiga kali seri, dan sekali kalah. Target scudetto (juara) pun terancam. Gelar dambaan Moratti ini tak bisa diberikan Cuper selama dua musimnya di Inter.
Cuper bukanlah korban pertama di tengah kian ketatnya persaingan di Liga Italia. Hingga pertandingan ketujuh, sudah empat pelatih dipecat karena gagal mendongkrak prestasi timnya. Sebelumnya, Bologna memecat Francesco Guidolin. Kemudian Ancona mendepak Leonardo Menichini. Pekan lalu, giliran Empoli melepas pelatih Daniele Baldini. Ketiga klub ini terpuruk di peringkat bawah klasemen sementara.
Pemecatan Cuper tidak mendadak. Peringatan sudah dilontarkan sepekan sebelumnya, saat pasukan Nerazzurri, julukan Inter Milan, kalah memalukan 1-3 dalam derby paling panas melawan AC Milan di Stadion San Siro, Milan. Bahkan waktu itu beredar kabar Moratti sudah menyiapkan calon pengganti Cuper. Calon kuatnya adalah Zaccheroni dan Dino Zoff, kiper tim nasional Italia saat merebut Piala Dunia 1982. Tapi Cuper masih diberi kesempatan satu pertandingan lagi. Sial, dia gagal. Kecian.
Namun Cuper tidak sakit hati. Ia tetap berharap Inter bisa menggapai harapan. Soal masuknya Zaccheroni? "Tidak apa-apa. Saya berharap Zaccheroni sukses," katanya.
Lahir di Chabas, Argentina, 48 tahun silam, pria berpenampilan rapi itu bukanlah pelatih buruk. Malah ia terbilang bertangan dingin. Mengawali kariernya di klub Argentina, Huracan (1993), dua tahun kemudian ia pindah ke Lanus. Di klub lokal lainnya inilah ia berhasil menyuguhkan gelar Piala Conmebol (Federasi Sepak Bola Amerika Selatan) pada 1997. Tahun itu juga ia hijrah ke Eropa dan memilih melatih klub Liga Spanyol, Real Mallorca. Cuper membawa Mallorca menjadi runner-up Piala Spanyol pada 1998.
Setahun kemudian, mantan pemain belakang tim nasional Argentina itu pindah ke klub Spanyol lainnya, Valencia. Prestasinya bersama Valencia lumayan bagus: dua kali tampil di final Liga Champions, 2000 dan 2001. Ia pun menerima penghargaan bergengsi sebagai pelatih terbaik Eropa tahun 2000. Juni 2001, Cuper mencoba peruntungan di Italia dan dua tahun dikontrak Inter dengan nilai US$ 3,5 juta.
Sayang, sejak bergabung pada Juni 2001, Cuper belum memberikan gelar pada Inter. Musim lalu Inter menempati peringkat kedua klasemen akhir Liga Italia. Mereka sial di saat-saat terakhir, kalah bersaing dengan Juventus. Di Liga Champions 2003, Inter hanya sampai semifinal.
Adalah Ronaldo yang girang dengan pemecatan Cuper. Bintang sepak bola asal Brasil yang sejak pertengahan 2002 merumput di Real Madrid ini sudah lama kesal kepada Cuper. Selama di Inter, ia merasa sangat dirugikan sang pelatih, yang dituduhnya hendak menghancurkan dirinya. Ronaldo menuduh Cuper tak mendengarkan nasihat dokter selama ia menjalani pemulihan cedera lutut. Cuper tetap memaksa Ronaldo berlatih meski sedang tidak dalam kondisi fit. Salah satu alasan ia pindah ke Madrid adalah untuk menghindarinya. "Seharusnya Cuper meninggalkan Inter sejak dulu," kata Ronaldo, yang kini terkabul harapannya.
Sapto Yunus
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo