Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Itu-itu Juga Ke Pyongyang

Tim tenis meja Indonesia akan dikirim ke kejuaraan tenis meja dunia di Pyongyang. Indonesia pesimis tim tersebut akan mendapat kemenangan karena belum ada pemain unggul. (or)

24 Februari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIM Indonesia akan dicoba lagi dalam Kejuaraan Tenismeja Dunia di Pyongyang, April. Tapi juara sulit diharapkan. Regunya sudah dipersiapkan melalui kejuaraan nasional di Bandung dua pekan lalu -- tampak tak akan banyak beda dengan tim yang turun dalam Kejuaraan Tenismeja Dunia di Birmingham, Maret 1977. Di bagian putera, diperkirakan pemain inti akan terdiri dari Gunawan Suteja, Faisal Rachman, Sinyo Supit, Empie Wuisan, dengan cadangan Tony Maringgih, dan Hartono Herliem. Di bagian puteri, mungkin tampil Beatrix Pietersz, Carla Tejasukmana, Liliana Wibisono, Ambar Maladi, serta pemain pengganti Karnelia. "Nama-nama itu belum resmi," kata Sekjen Persatuan Tenismeja Seluruh Indonesia (PTMSI), Willy Warokka. "Pilihan lain memang tak ada. Karena dalam kejuaraan nasional kemarin, mereka masih membuktikan diri sebagai yan terbaik. " Di Birmingham, kedua regu nasional itu terlempar dari Divisi I ke Divisi II. Bagaimana di Pyongyang? "Agak berat, memang," tambah Warokka. "Apalagi untuk tim puteri." Rasa pesimisnya itu terutama dikaitkan dengan kebijaksanaan KONI Pusat yang tak akan mengirimkan lagi atlit Indonesia untuk berlatih di luar negeri. "Berlatih di dalam negeri bukan tidak bisa," kata anggota Komisi Teknik PTMSI. Ahmad Jaya. "Cuma kita tidak bisa mengukur kekuatan Sebab lawan yang dihadapi adalah rekan sendiri." Ketika mengikuti Asian Games 1978 i Bangkok, latihan di luar negeri itu ditawarkan olch manajer tim tenismeja Korea Utara, Sim Goh II. Jika PTM menerima, Pyongyang akan menampung, selama 2 bulan. "Jangan pikirkan biaya," kata Sim seperti dituturkan kembali oleh Warokka. Pekan silam, Kedutaan Besar Korea Utara di Jakarta meralat sedikit. Kesediaan mereka menampung tim Indonesia berlatih cuma 20 hari. "Kurang manfaatnya, kalau cuma 20 hari saja," ucap Warokka. KONI Pusat memikul sisanya? "Bukan kita tidak mau," kata Ketua Harian KONI Pusat, D. Soeprajogi. "Duitnya yang tak ada." Untuk mempersiapkan 18 cabang olahraga, termasuk tenismeja, ke SEA Games X di Jakarta, pemerintah hanya menyediakan biaya Rp 500 juta. Namun PTMSI kini menunggu kedatangan pelatih dari Jepang, M. Aikawa. Ia dikontrak untuk menangani tim nasional sampai SEA Games September nanti. Kebolehannya diakui sesudah mengasuh Mitsuru Kohno, juara dunia 1977. Turun Kelas Vntuk pergi ke Birmingham, regu Indonesia dilatih di Senta, Yugoslavia di bawah asuhan Selbella. Waktu itu diperkirakan Indonesia akan masuk dalam kelompok 10 besar Divisi I. Tapi kenyataannya kedua regu, putera dan puteri, terlempar ke luar, dan menempati urutan 16 dan 17. "Untuk bisa masuk Divisi I lagi, minimal kita harus menjadi ruuner up Divisi II," lanjut Warokka. Menurut ketentuan, tim yang berhak menempati Divisi I adalah regu yang sampai tempat ke-14. Kedudukan terbaik yang pernah dicapai Indonesia adalah di Sarajevo, Yugoslavia, 1973. Waktu itu tim putera menempati urutan ke-11, dan regu puteri di nomor 13. Di Calcutta, 2 tahun kemudian, keduanya tergeser ke urutan 13 dan 15. Di Birmingham, keduanya terlempar ke Divisi II. Dalam Kejuaraan Asian Table Tennis Union (ATTU) di Kuala Lumpur, Nopember 1978, tim Indonesia menduduki tempat ke-5 (putera) dan ke-7 (puteri) di antara 26 negara peserta. Prestasi tersebut belum mungkin dijaminkan untuk Pyongyang. Tim nasional masih bertahan dengan pemain-pemain lama. Sekolah Lanjutan Pertama dan Atas khusus untuk olahragawan di Ragunan, Jakarta, tampak belum mampu mencetak pemain unggul. Buktinya, dalam kejuaraan nasional di Bandung, tak satu pun di antara 7 pelajar Ragunan yang tampil sebagai juara. Pembina cabang tenismeja di SMP/SMA Ragunan, nyonya Sutirta, mengatakan para pelajarnya kurang mendapat pengalaman bertanding. "Tahun 1978, bahkan tak ada pertandingan sama sekali," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus