MINYAK pelumas produksi Pertamina dijajakan hampir di seluruh
pompa bensin. Namun biasanya tidak terlalu menguntungkan. "Tidak
banyak yang membeli di sini, "kata penjaga pompa bensin di Jalan
Dewi Sartika. Jakarta. Keadaan serupa juga dialami sebuah pompa
bensin di depan gedung DPR Senayan. "Tidak tentu. Kadang-kadang
beberapa hari tidak ada yang beli," kata seorang petugasnya di
sana. Tampaknya pasar untuk konsumen kecil tenang-tenang saja.
Konsumen besar biasanya langsung berhubungan dengan agen atau
penjual besar pula. Di sini permintaan terasa meningkat. Agen
Pertamina toko Lie Kok Soei di Jalan Ceylon misalnya menjual
rata-rata 1000 drum tiap minggu. Pemiliknya Abdi negara
memperkirakan dari langganannya 60% memakai pelumas Pertamina.
"Kecuali mutunya terjamin, bikinan Pertamina jauh lebih murah."
katanya pada A. Margana dari TEMPO.
Tapi akhir-akhir ini permintaan makin besar. Itu yang membuat
banyak agen Pertamina kewalahan. Karena, seperti kata
Abdinegara, "Pertamina tidak memberi saya jatah yang cukup."
Misalnya sebuah instansi Direktorat Jenderal pernah memesan 500
drum, tapi ia hanya berhasil berikan 50 drum saja.
Adakah Pertamina mengurangi jatah pelumas pada para penyalurnya?
Staf pemasaran Pertamina, ir Laksmana membantah. "Tidak benar,"
katanya tegas pada TEMPO, "malah penjualan minyak pelumas jauh
bertambah jika dibanding dengan sebelum Kenop-15." Ia melihat
adanya semacam "permintaan artifisial", permintaan yang dibuat-
buat. Ini terjadi karena konsumen tertentu takut minyak pelumas
akan menghilang dari pasaran, karena harga pelumas impor pasti
akan mengikuti harga dollar yang baru.
Dibuat-buat
Untuk melawan "permintaan artifisial" dari para spekulan itu,
Pertamin. tampaknya memasang kuda-kuda. Tak kurang dari Judo
Sumbono yang mengepalai pemasaran dalam negeri ikut memberi
keterangan. "Kalau ada konsumen yang biasanya membutuhkan 20
drum seminggu, kini minta 40 drum, tentu saja kita suruh
batasi," katanya. "Tapi kalau ada langganan yang merasa
dikurangi jatahnya dari yang ia biasa terima, langsung saja
hubungi Jalan Kramat Raya 29, kantor pemasaran untuk DKI Jaya,"
tambah Laksmana, "kami jamin persediaannya. "
Keadaan pasar minyak pelumas impor konsumen kecil memang sepi.
Ini di akui pimpinan PT Agung Jaya di Jalan Bekasi, Kohar Tedja,
yang mengageni pelumas Penzoil, produksi Amerika. Soalnya:
kenaikan bea masuk dan Kenop 15 mempengaruhi kenaikan harga.
Namun ia tetap berpegang pada harga lama Rp 850 sekaleng agar
bisa menjamin penjualan yang rata-rata meliputi 4000 peti per
bulan.
Dapat diramalkan arus permintaan akan beralih kepada produk
Pertamina yang sampai hari ini masih bertahan dengan harga lama
Rp 500 per kaleng. Sementara itu kemungkinan orang memalsukan
merek oli bukan tak mungkin. Itulah sebabnya keluar keputusan
Menteri Pertambangan dan Enerji Prof. Subroto sebagai tindak
lanjut Instruksi Presiden RI no. 1 tanggal 12 Januari, yang
menghendaki pengaturan kembali peredaran minyak pelumas dan
pengawasannya.
Mengenai pengadaan pelumas di dalam negeri Pertamina ditunjuk
sebagai penyelenggaranya. Sedang perusahaan swasta lainnya dapat
juga bertindak sebagai penyelenggara, tapi harus memenuhi
syarat-syarat yang ditetapkan bersama oleh Menteri Perdagangan
8 Koperasi dan Menteri Perindustrian.
Menteri Subroto tak lupa juga menunjuk Laboratorium Lemigas
bertindak sebagai pusat penelitian minyak pelumas. Dengan
demikian semua minyak pelumas yang dipasarkan di dalam negeri
tak luput dari pengawasan dan penelitlan mutu. "Ini sebagai
konsekwensi minyak pelumas diputuskan sebagai komoditi strategis
oleh Pemerintah," kara seorang pejabat Pertamina yang lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini