HANYA perlu 4 ronde buatnya untuk memukul KO Lee Dong Choon. Petinju yang baru ditumbangkan Ellyas pical, pekan lalu, di ronde ke-10 itu, memang nenantangnya untuk suatu pertarungan perebutan gelar juara dunia kelas bantam yunior versi WBA, di Bangkok, beberapa bulan silam. Itulah salah satu contoh ketangguhan sang juara WBA, Khaosai Galaxy, yang kalau jadi, bakal dihadapi Pical. Tentu dalam pertarungan superfight. Sudah bertanding selama 30 kali, Galaxy -- nama aslinya Sura Saenkam, 27 -- mencatat 29 kali kemenangan, dan sekali kalah selama kariernya sebagai petinju bayaran. Dan semua kemenangan itu, 26 kali di antaranya dengan KO. Hebatnya, semuanya tak pernah lebih dari tujuh ronde. Lahir di Provinsi Petchabun, sebuah kawasan pertanian di bagian utara Muangthai, Sura adalah satu dari anak kembar Saenkam, petani penanam buah-buahan dan juga padi. Keluarga ini memang dibesarkan di antara dua kaki Gunung Khaosai (Gunung Utara) dan Khaokor (Gunung Selatan). Menariknya, ayah mereka sama sekali tak menyukai olah raga tinju. Amat berbeda dengan sang ibu, Nyonya Saenkam, yang pecandu olah raga keras ini. Adalah sang ibu pula, sejak kedua anak kembarnya berusia 11 tahun, yang mendorong kedua putranya itu berlatih tinju. Dan ketika kedua anak kembar itu berusia 16 tahun, sebelum menarik napas terakhir, ibu peminat adu jotos ini pula yang sempat membisikkan pesan yang hingga kini membakar semangat kedua anaknya "Jadilah kalian juaraku, kebanggaan keluarga dan bangsa kita dalam tinju." Maka, tak tertahan lagi, kedua kakak beradik ini pun menerjunkan diri dalam boxing. Tapi, ada persetujuan di antara mereka, tidak akan saling pukul di ring. Maka, Sura memilih nama Khaosai dalam kelas bantam yunior, dan kakaknya, yang kini jadi juara bantam nasional, mengambil nama Khaokor sebagai nama baru mereka di arena -- sesuai dengan nama kedua gunung di kampungnya. Setelah sebelumnya pernah jadi juara nasional amatir, Galaxy, tinggi 155 cm dan berat 52 kg, beralih profesi ke tinju bayaran. Terkenal sebagai petinju yang memiliki pukulan kiri yang keras -- jadi seperti Pical juga -- karier Galaxy melesat di tinju bayaran ini. Pada 1984 ia pertama kali menantang juara dunia WBA di kelasnya dan secara sensasional merebut gelar itu setelah menumbangkan dengan KO, sang juara Eusebio Espinal dari Dominika. Kini, telah 4 kali Galaxy, bujangan yang kini sedang pacaran dengan seorang gadis cantik di Bangkok, mempertahankan gelarnya. Selain Lee, penantang yang sudah di-KO-kannya ialah Rafael Orono dari Venezuela, Edgar Monserat dari Panama, dan bulan lalu Israel Contreras dari Venezuela. Lawan terakhir ini ditumbangkannya di ronde ke-5 pertandingan di Pulau Curacao, Amerika Tengah, dan inilah pertandingan pertamanya di luar Muangthai. Baru saja membangunkan rumah buat orangtuanya di kampungnya, Galaxy, terbilang petinju alim. Dia tak suka minum, judi, dan main cewek. Kelemahannya, kurang bisa mengontrol kegemarannya makan, terutama udang besar, kesukaannya. Akibatnya, dia selalu harus kerja keras menurunkan bobot badannya, jika mau naik ring. Rajin berlatih, 4 hingga 5 jam sehari di sasananya, petinju yang punya latar belakang kehidupan ekonomi mirip Pical ini bertarif sekitar US$ 100.000 dalam beberapa pertarungannya di WBA. Dengan sejumlah kemiripan itu -- Galaxy juga petinju pujian di negerinya -- sungguh menarik melihat kedua juara ini bertarung nanti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini