ELLYAS Pical makin bergaya. Setelah menang, ia kini kelihatan bersemangat untuk menjadi juara dunia sejati, sesudah menghajar KO di ronde ke-10 penantangnya, Lee Dong Choon dari Korea Selatan, Rabu malam pekan lalu, di Istora Senayan, Jakarta. Adalah manajernya, Dali Sofari, 40, yang punya rencana juga mengusahakan dia bisa merebut gelar lain yang lebih terhormat: juara dunia versi World Boxing Association (WBA). Pical adalah juara kelas bantam yunior versi International Boxing Federation (IBF). Sedangkn pemegang gelar juara kelas serupa di wadah tinju WBA adalah Khaosai Galaxy, dari Muangthai, sejak 1984. "Saya sudah bertemu dan menawarkan rencana itu, tapi masih berpikir-pikir karena manajer Galaxy minta US$ 160.000 (sekitar Rp 260 juta)," tutur Dali kepada Toriq Hadad dari TEMPO. Rencana besar ini diterima Pical dengan gayanya yang khas. "Beta tak peduli, lawan siapa saja boleh. Dan main di Indonesia atau di luar juga boleh. Asal bayaran cocok beta mau," kata juara dunia yang sedang jadi pujaan itu. Dan dengan lantang pula dia kemudian mengumumkan besar bayaran yang dimintanya untuk pertandingan lanjutan nanti. "Kalau promotornya Pak Anton (Sihotang) Rp 200 juta, kalau Boy Bolang beta minta bayar dengan dolar, ya, 200.000 dolar, deh," ujar Pical sambil tertawa 5 lebar, ketika ditemui Rudy Novrinto dari TEMPO Minggu pekan lalu. Pical agaknya tengah menikmati masa kejayaannya. Ini memang masa terbaik buat dia untuk mengumpulkan duit. Selain Rp 100 juta bersih, sebagai penyedia biaya pertandingan sebesar 30%, ia masih akan menerima tambahan sebesar persentase itu dari hasil laba penyelenggaraan pertandingan yang menurut, Anton seluruhnya sekitar Rp 100 juta. Uang sudah mengalir. Juara IBF juga sudah, sejak Mei tahun lalu digenggam kendati pernah lepas sekali Februari lalu, ketika dikalahkan Cesar Polanco dari Dominika. Maka, "Memang rasanya sudah saatnya Pical dicarikan lawan di luar IBF. Dan mengingat umur dan kondisi yang sedang fit sekarang ini, makin cepat pertandingan lawan Galaxy dilakukan makin baik," ujar pelatih Pical, Khairus Sahel. Pelatih ini juga bersemangat menghadapkan Pical dengan Galaxy. Namun, dari segi dana, rencana ini tak enteng. Itulah sebabnya Dali kalau jadi nanti, akan memilih Stadion Utama Senayan sebagai tempat pertandingan. Jika betul bisa dilaksanakan nanti, inilah agaknya pertandingan terbesar yang pernah diselenggarakan di sini, sejak pertarungan antara Thomas Americo dan dunia kelas welter ringan World Boxing Council (WBC), Saoul Mamby, 29 Agustus 1981 di Jakarta. "Sabar saja, kemungkinan itu sedang kami jajaki," kata Anton Sihotang. Komisi Tinju Indonesia (KTI) sendiri tak keberatan. "Sekarang ini, Elly bebas dihadapkan dengan siapa dan di mana saja. Cuma, mempertemukan juara dua wadah tinju dunia itu bukan perkara gampang," kata Ketua I KTI M. Anwar pada Yusroni Henridewanto dari TEMPO. Maklum, masing-masing wadah itu punya peraturan yang berbeda. Misalnya, yang dicemaskan Anton Sihotang adanya ketentuan IBF "kalau kalah, gelar Elly bakal dicopot". Tak dijelaskan Anton kapan ketentuan baru itu mulai berlaku. Toh, harapan untuk pertarungan bergengsi ini tetap terkuak karena kubu Galaxy sendiri ternyata amat antusias pada rencana pertandingan antarjuara (superfight) itu. "Sebelumnya kami memang minta US$ 160.000. Tapi kalau pihak Pical bersedia US$ 100.000 saja, kami mau," kata pelatih Galaxy, Phong Thawornwiwathbuth, pada koresponden TEMPO di Bangkok, Yuli Ismartono. Pada prinsipnya, katanya, mereka setuju dan siap. "Hanya soal bayarannya saja, dan untuk itu kami menunggu jawaban mereka," ujar Phong, serius. Galaxy sendiri sedang pulang ke kampungnya di Provinsi Petchabun, bagian utara Muangthai, Senin pekan ini. Menurut Phong, manajer Galaxy, Niwat Laosuwanwat, kini juga sedang berunding dengan manajer petinju Columbia, Sugar Rolas, untuk suatu pertandingan perebutan gelar di Miami, AS. Dia tak mau menyebutkan burapa besarnya tawaran dari Columbia itu. "Jika dengan Pical gagal, rasanya, Khaosai akan ke Miami," tukas Phong. Banyak orang, tak ayal, berharap rencana pertandingan besar ini bisa dilaksanakan. Sebab, kapan lagi -- kalau ada duit dan memang mampu, serta mumpung Pical sedang tegar -- rencana merebut salah satu gelar juara dunia sejati (WBA) mau dilaksanakan. Hingga, tak urung, harapan tampaknya kini tercurah pada Anton Sihotang, promotor kelahiran Balige, Sumatera Utara, yang harus dicatat sebagai promotor kedua, setelah Boy Bolang yang bisa meraup laba dari suatu penyelenggaraan pertandingan tinju dunia. Apakah promotor baru ini masih akan menyiapkan pertandingan buat Pical untuk gelar WBA? Masih harus ditunggu. Marah Sakti, Laporan Biro Jakarta & Bangkok
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini