Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Masih tetap tanpa emas

Atlet indonesia hanya menempati urutan kedelapan pada kejuaraan atletik yunior asia. prestasi sebagian atlet merosot. mardi, 18, calon pengganti purnomo. li tao rrc pemecah rekor asia.

13 Desember 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ATLETIK Indonesia ternyata masih sekadar kegiatan ramai-ramai. Belum melangkah ke titik prestasi. Apalagi untuk tingkat Asia. Buktinya, turun dengan jumlah atlet terbanyak, 53 orang, tak satu pun atlet Indonesia bisa merebut medali emas di Kejuaraan Atletik Yunior Asia yang berakhir Minggu pekan lalu di Stadion Madya, Jakarta. Ini berarti anak-anak yunior yang dibesarkan Bob Hasan, Ketua Umum PB PASI, dengan dana bermilyar rupiah sejak 1979 itu -- tahun ini saja, menurut Bob, PASI sudah menghabiskan dana Rp 4 milyar -- mengulang prestasi kakak-kakak mereka di Kejuaraan Atletik Asia VI, September tahun lalu, di tempat yang sama. Untunglah, ada sedikit kelebihan anak-anak yunior ini. Yakni bisa mendapat lebih satu perunggu (mereka merebut 2 perak dan 3 perunggu, sedangkan anak-anak senior hanya merebut 2 perak dan 2 perunggu) dalam perolehan medali. Toh, "Saya tak kecewa, karena mereka memang diturunkan tanpa target merebut medali emas, kecuali mencari pengalaman. Lagi pula, dibandingkan dengan atlet ASEAN, atlet kita 'kan masih di atas," ujar Bob Hasan kepada Rudy Novrianto dari TEMPO. Memang betul. Dalam peringkat, dari 21 negeri peserta, Indonesia menempati urutan kedelapan. Di atas India, Kuwait, Bahrain, Singapura, Malaysia, dan Filipina, Muangthai, Brunei, Oman, Hong Kong, serta Palestina, yang tak meraih sebiji medali pun. Tapi, itu tak berarti prestasi atlet yunior ini sudah memadai. Sebab, sebenarnya jika dilihat, katakan dari sudut penajaman prestasi, sebagian atlet malah melorot prestasi mereka di kejuaraan yang diselenggarakan dengan dana sekitar Rp 500 juta itu. Contohnya Ira Soeselisa, pemegang rekor nasional lompat jauh putri. Ia pernah membuat lompatan 5,81 meter dalam kejuaraan nasional. Tapi di kejuaraan ini cuma berhasil melompat 5,22 meter. Demikian juga Henny Diah, pelari 400 meter putri. Anak ini pernah mencapai waktu 58 hingga 59 detik. Tapi di kejuaraan kali ini hanya mencatat waktu 62 detik. "Ini berarti pembinaan di daerah belum berjalan seperti diharapkan," kata Jotje Gosal, Ketua Bidang Teknik PASI. Dia tak menjelaskan apa yang tak beres dalam pembinaan di daerah itu. Namun, daerah toh tetap bisa menyumbangkan sesuatu di kejuaraan kali ini. Paling tidak ada muka baru untuk nomor lari bergengsi 100 meter putra yaitu, dengan tampilnya Mardi, 18, asal Medan, Sumatera Utara. Anak ini meraih perunggu di nomor lari ini. Tapi catatan waktunya bagus. Ketika merebut perunggu, dia mengambil waktu 10,53 detik. Malah sebelumnya di semifinal ia sempat mengejutkan karena bisa melampaui rekor Purnomo, tatkala mampu menyelesaikan lomba 10,33 detik, atau seperseratus detik lebih tajam dari rekor Purnomo di Kejuaraan Atletik Asia VI. Sayang, karena angin bertiup kencang, catatan waktu ini tak diakui. Walau begitu, para pelatih Indonesia boleh sedikit berlega hati, karena satu calon pengganti Purnomo sudah mulai tampak. Pada nomor ini Li Tao, 18, asal Provinsi Sichuan, RRC, juga mengukir prestasi yang cukup mengejutkan. Yakni memenangkan emas dengan waktu 10,26 detik. 0,02 detik lebih cepat dari rekor senior Kejuaraan Atletik Asia, atas nama Zheng Cheng. Padahal, ketika memecahkan rekor itu tahun lalu, Cheng adalah atlet yang memecahkan rekor Asia yang sudah bertahan sekitar 16 tahun. Bertubuh jangkung, tinggi 176 cm, berat sekitar 63 kg, Li, baru menekuni atletik sejak 4 tahun lalu. Ia memang spesialis lari jarah pendek 100 dan 200 meter. Dan tampil sebagai contoh sukses pembinaan atletih RRC -- juara umum kejuaraan kali ini. M.S., Laporan Ahmed Soeriawidjaja (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus