Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Jengkelnya Atlet

Ian Imang memutuskan untuk mengundurkan diri, kecewa tidak mendapat perhatian dari dari PASI, gagal ke hawai karena tidak dapat izin di tempat ia bekerja.

13 Desember 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"SAYA masih memendam rasa kecewa," kata Yan Imang. Di sebuah rumah tanpa listrik, di pinggir rel keretaapi dekat Senayan, Jakarta, pelari maraton itu akhir pekan lalu melontarkan kekecewaannya. Sebelumnya, ia gagal menjuarai Maraton Nasional 1980. Sedang pengurus Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) menuntut supaya ia memecahkan rekor Gurnam Singh yang diciptakan tahun 1962. Walaupun tidak memecahkan rekor, Ali Sofyan Siregar malah jadi juara dalam perlombaan 23 November itu. Kekecewaannya makin bertambah karena kepergiannya ke Hawai dibatalkan. Di Hawai, seyogianya ia mengikuti maraton internasional hari Minggu lalu. "Saya gagal memecahkan rekor itu, hukan kesalahan saya sendiri," katanya lagi pada Max Wangkar dari TEMPO di bawah cahaya suram lampu teplok di rumah atlet klub Indonesia Muda (IM) itu. Pengurus PASI dituduhnya ikut bersalah . "Hendaknya PASI turut memperhatikan atlet kalau menuntut atlet supaya berprestasi . . . Menjelang maraton lalu saya cuma mendapat izin satu hari libur. Bagaimana saya bisa berprestasi hebat. Gurnam Sinh dulu dipersiapkan dua tahun . . . Keembang yang ditanam tak akan tumbuh baik kalau tak disiram Siram . " "Siraman" PASI memang tak dinikmatinya. Bahkan PASI dianggapnya lalai menguruskan izin Pertamina, tempat ia bekerja, supaya bisa pergi ke Hawai . Tapi itu diluar wewenang PASI, demikian Ketua umum Bob Hasan. Rencana ke Hawai itu datang dari Pemda DKI, penyelenggara Proklamathon 1980 yang dimenangkan Yan Imang. "Sayang, Yan tidak mendapat izin libur," kata seorang rekannya dari bagian personalia Pertamina. Kegagalan itu membuat Yan Iman, menurut suratkabar Kompas, telah memutuskan mengundurkan diri. Berita itu tidak disangkalnya, namun ia menentang tulisan di situ bahwa seakan-akan ada masalah antara dirinya dengan pelatihnya, M. Asro. "Pak Asro sudah banyak membantu saya," katanya. Tak Banyak Menuntut Adalah John Sondakh, yang bermula menangani Yan Imang ketika baru mulai menjadi atlet Jawa Timur di Atletik Club '75 (AC '75). Tapi pelatih Sondakh mengakui keberhasilan Yan Imang berkat asuhan Asro. "Dulu ketika Yan masih mahasiswa STO, ia masih kalah dari Amang Mulahela. Tapi wataknya baik, dan tidak banyak menuntut." Selesai PON 1977, ia pindah ke Jakarta dengan alasan ingin memperbaiki nasib hidupnya. Sebetulnya atlet kelahiran Alabai, Pulau Alor (NTT) itu sudah diusahakan bekerja di pabrik gelas Kedurus, Surabaya. Pindah ke Jakarta Ia menganggur dan bertemu dengan pelatih klub atletik Maesa, M. Asro, teman Sondakh juga. Di sini Yan Imang mulai mendapat nama dengan menjuarai Proklamathon 1978. Namun kejuaraan ini dipandang oleh beberapa pengasuh atletik telah mencemarkan watak para atlet. Yan Imang memperoleh hadiah sepeda motor, misalnya. "Kalau tidak ada perangsang hadiah, tentu saja kami tidak banyak berusaha," katanya. Ia memang merebut lagi hadiah sepeda motor pada Proklamathon 1979. Proklamathon 1980 yang ulenghadiahkan tiket (yang dibatalkan itu) ke Hawai juga direbutnya. "Motivasi yang ada sekarang, memang harus dicari gantinya," kata Asro. "Soal hadiah bagi seorang yang telah berprestasi --apalagi di tingkat internasional membawa bangsa Indonesia pasti akan ada. Tapi janganlah hadiah ItU dijadikan motivasi " Asro menandaskan bahwa atletik adalah olahraga yang benar-benar amalir. "Anak-anak datang berlatih pada saya atas kemauan sendiri. Mereka saya wajibkan membayar Rp 100 sebulan. Itu sebagai tanda ikatan saja. Kalau mereka mau pergi, tidak akan saya tahan. Tidak ada kontrak khusus." Dengan klub IM, Yan Imang tidak melihat ada masalah. Bersama Asro, ia pindah dari Maesa ke klub IM untuk mendapatkan pengurus yang lebih banyak mencurahkan perhatian. Buktinya, Ketua IM menyalurkan mereka bekerja di Pertamina. "Kalau PASI masih membutuhkan, saya bersedia berlatih kembali, asal ada perhatian lebih baik. Kalau tidak, saya akan beralih ke olahraga lain," kata Yan Imang. Akhir pekan lalu ia memang sudah ikut Lomba Gerak Jalan dan Lari Beregu yang diadakan Pertamina untuk memeriahkan HUT perusahaan minyak nasional itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus