Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Tak Ada Zamrud Di Udara

Perusahaan penerbangan PT. Aoa Zamrud Aviation terancam gulung tikar. Tiga pesawatnya dc-3 tak bisa terbang karena kerusakan mesin.

13 Desember 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PAPAN nama perusahaan penerbangan ItU masih terpampang di gedung bertingkat 3 di Jalan Wahidin No. 1, Denpasar. Padahal pintu depan dan jendelajendelanya sudah terkunci sejak 2 bulan yang lalu. Beberapa tamu yang masih punya bisnis di situ nampak masuk dari pintu belakang. Ruangan di dalam gelap. Sekitar 10 orang pegawai ngobrol di ruangan tamu. Mereka kelihatannya hanya ingin membunuh waktu. "Sudah dua bulan kami tak menerima gaji," kata seorang pegawan Memang sudah 2 bulan perusahaan penerbangan PT AOA Zamrud Aviation Corporation yang berpangkalan di Denpasar menghentikan kegiatan. Zamrud yang menghubungkan kota-kota di Bali, NTT dan NTB belakangan ini hanya mengurus pengembalian tiket pesawat bernilai Rp 3,4 juta yang telanjur dijual sejak Oktober. Pokok pangkal terbengkalainya pelayanan penerbangan itu disebabkan 3 buah pesawat DC 3 milik perusahaan tersebut tak bisa mengudara akibat kerusakan mesin. Sedangkan suku cadang yang diperlukan untuk perbaikan tak ada di pasar. Dua di antara tiga pesawat bermesir dua itu terkapar di Sumbawa. Sebuah mesin kanannya saja yang masih hidup Sedangkan yang satu lagi cuma mesin klri. Daripada dua-duanya tak bisa terbang, ada rencana untuk memindahkan saja mesin pesawat yang satu ke pesawat y ang lain. Tapi niat ini tak terlaksana karena satu di antara pesawat itu disewa dari perusahaan penerbangan Sempati. Yang punya rupanya tak setuju. Memang sudah sejak lama pesawat buatan McDonnell Douglas Corporation tahun 1942 itu sering rewel dan mogok. Suku cadangnya yang asli sulit ditemukan di pasar. "Biasanya didatangkan dari pabrik. Tapi belakangan ini dari pabrik pun sudah tak pernah datang," cerita seorang tehnisi Zamrud kepada wartawan TEMPO, I Nengah Wedja. Yang tersedia di pasar buatan Pulogadung atau Surabaya. Mutunya? Kalau yang asli bisa dipakai sampai 1000 jam terbang, maka buatan lokal hanya beltahan 100 sampai 300 jam terbang. Itu berarti pesawat lebih sering di-overhaul (turun mesin). Suatu keadaan yang mengancam kelangsungan hidup Zamrud. Ongkos sekali turun mesin kabarnya mencapai Rp 8 juta. Padahal keuntungannya, seperti diucapkan Direktur Zamrud, Djoeber Affandi "pas-pasan saja." Pada bengkel pesawat Jaemco di Surabaya, menurut sebuah sumber, Zamrud masih punya utang Rp 73 juta untuk biaya overhaul. Terhentinya penerbangan Zamrud milik Tri Ubaya Cakti itu mengakibatkan tertundanya pengiriman pos dan barang kiriman lain. Muatan itu terpaksa menunggu diangkut pesawat Twin Otter milik MNA yang kapasitasnya lebih kecil dari DC 3. Menurut kabar dalam sebulan ini pesawat tua itu akan terbang kembali, untuk mempertahankan izin operasi. Tapi sebenarnya pihak Ditjen Perhubungan Udara sendiri sudah mengusulkan agar pesawat DC 3 itu tidak diterbangkan lagi. "Sebab bukan lagi masalah laik atau tidak. Tapi biayanya yang amat tinggi. Bahan bakar avigasnya amat sulit didapat,' kata Ir. D. Sartono, pejabat Kasubdit Kelaikan Udara kepada Mustha'fa Helmy dari TEMPO . Sendok-garpu Tapi apa boleh buat Zamrud hanya punya pesawat model begitu. Terkadang untuk menghidupkan mesinnya penumpang membantu secara beramai-ramai menarik tali untuk menghidupkan balingbaling pesawat. Enam pesawat DC3 yang lain, yang dibeli tahun 1969 ketika perusahaan itu berdiri, sudah dijual sebagai barang rongsokan. Badan pesawat yang berbobot 7 ton dan terbuat dari aluminium dijual kepada pemilik industri alat dapur. Satunya berharga Rp 2 juu. Dari sini bangkai pesawat itu diolah menjadi sendok-garpu dan panci. "Pesawat-pesawat itu sudah kehabisan jam terbang dan tak mungkin bisa terbang lagi. Seandainya bisa, akan memakan biaya. Perusahaan akan rugi besar . . . " kata Djoeber Affandi. Sang direktur melontarkan rencananya untuk memperbaharui armada yang ada dengan F 27. Pesawat yang dianggap bisa mendekati kemampuan DC 3. Hemat bahan bakar dan tinggi tingkat keselamatannya. "Tapi harus menunggu tahun 1981, karena biayanya yang besar. Atau mungkin mencarter pesawat milik perusahaan lain," katanya. Sementara itu di kalangan karyawan sendiri beredar kabar si Zamrud akan merger dengan Sempati Air Transpor, perusahaan penerbangan yang juga dikelola Tr Ubaya Cakti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus