Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Jengkelnya judoka

Raymond rachili, 23, judoka yang diandalkan untuk meraih medali emas, dicoret dari tim judo indonesia untuk sea games x, karena meninggalkan pelatnas sebagai protes atas pelaksanaan seleksi tim putri, adiknya.(or)

15 September 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JUDOKA Raymond Rochili, diakui terkuat, yang diharapkan dan diandalkan untuk meraih medali emas. Dia pula yang mengecewakan tim judo Indonesia untuk SEA Games X. Sesudah libur Idulfitri (22 s/d 27 Agustus), dia tidak kembali lagi ke pelatnas sampai batas waktu 4 hari tambahan untuknya habis, dia dianggap minggat dan namanya dicoret. Mengapa? Raymond, 23 tahun, menuduh seleksi telah dilaksanakan secara tidak adil. Adiknya, Sylvia, walaupun mencatat 2 kali menang dan 1 kali kalah atas Elly Amalia telah terpental dari pelatnas. Raymond merasa tersinggung sekali karenanya. "Pemilihan atlit tidak mutlak ditentukan oleh kemenangan dalam seleksi semata," kata pelatih Tony Atmadjaja. "Juga ketajaman teknik, disiplin, dan hasil tes fisik ikut menentukan" Ia menilai bahwa Elly lebih memenuhi persyaratan ketimbang Sylvia. Raymond maupun Sylvia mengaku tidak mengetahui adanya kriteria tambahan itu. Penjelasan sebenarnya telah diberikan. Tapi kedua kakak-beradik itu tak berada di sana. Dua hari setelah batas libur habis sang pelatih mengirim surat peringatan kepada Raymond. Pemberitahuan itu tak dihiraukannya. "Saya tidak bersedia untuk kembali, selama PB tidak mau menanggapi himbauan sayat" cerita Raymond Dia malah menuntut agar Pengurus Besar Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI) minta maaf atas keteledoran dalam seleksi yang lalu. "Ini bukan urusan PB," kata Sekjen PJSI, H.W.S. Mochdie seper}i diceritakan kembali oleh Raymond kepada TEMPO. Ia dan ayahnya kemudian datang ke Sekretariat PJSI untuk menanyakan duduk perkara seleksi sebenarnya tapi mereka tidak diterima. Setelah batas waktu kelonggaran bagi Raymond habis, dan ia tetap tak muncul, para pembina di pelatnas mencoret namanya. Tapi keesokan harinya Raymond kelihatan berada lagi di tengah judoka yang lain. Menyesal? "Sama sekali tidak," jawab Raymond. Ia menyebut kehadirannya di pelatnas bukan lantaran ingin menebus kesalahannya, melainkan "semata-mata hanya untuk ikut mensukseskan SEA Games X." Raymond diterima menjadi lawan berlatih bagi tim. Tapi "saya tidak mengubah keputusan pencoretan Raymond," ujar Tony. Cukup Sportif Raymond, judoka kelas bebas, semula diharapkan bisa meraih 2 medali utama dari target 3 emas, 1 perak dan 3 perunggu. Tony menyesalkan tindakan anak asuhannya itu. Tempat Raymond di dalam tim digantikan oleh judoka Rudy Rapar. Raymond pernah membuktikan prestasi di gelanggang internasional. Dalam SEA Games 1977 di Kuala Lumpur, ia merenggut 1 medali emas untuk kelas berat dan 1 perunggu dari kelas bebas. Di tingkat nasional, ia hampir tak ada tandingan ia hanya pernah kalah 1 kali atas 'Beruang Sumatera Utara', S. Siregar dalam PON VIII (1973). Anak ke-2 dari 8 bersaudara (4 di antaranya meninggal) dalam keluarga Rochili, Raymond mengenal olahraga judo sejak berumur 10 tahun. "Ayah yang menyuruh saya latihan judo," katanya "Mungkin karena beliau melihat badan saya ini besar." ia--tinggi 184 cm dan berat kini 92 kg --antara lain pernah mendapat bimbingan Prof. Makino (almarhum) dari Institut Judo Jakarta Raya. Pelatih yang juga ikut menanganinya sebelum namanya dicoret dari tim SEA Games X, selain Tony, juga Tsueno Sengoku dari Jepang. Tentang keputusannya untuk menarik diri dari pelatnas, menurut Raymond, sama sekali tidak bertentangan dengan semangat judo. "Keputusan itu berdasarkan prinsip, dan saya anggap cukup sportif," katanya. Raymond kini mahasiswa Fakultas Teknik jurusan Elektro pada Universitas Trisakti, Jakarta, dan sedang menunggu kenaikan ke tingkat 3. Dan tetap judoka?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus