TIM PSSI yang sering pulang dengan kekalahan dari berbagai
turnamen di Iuar negeri tampaknya sukar untuk bisa diandalkan
lagi. Setidaknya, demikian anggapan kalangan Galatama. "Umumnya,
pemain PSSI dipilih berdasarkan pengamatan 1 atau 2 kali
pertandingan saja. Juga penanganannya kurang sungguh-sungguh,"
tuding Acub Zainal, Ketua Komisi Galatama. "Bagaimana bisa
diharapkan berprestasi?"
Kenyataan itu mendorong Acub untuk melahirkan kesebelasan
gabungan antar klub Galatama. "Pemain, pelatih, dan manajer tim
nantinya dipilih berdasarkan pengamatan komisi. Dan akan dilatih
secara profesional, tidal seperti sekarang ini," lanjutnya.
"Kalau kesbelasan gabungan itu memang kuat seyogyanya
dikukuhkan saja oleh PSSI."
Apakah perlu ada tim nasional 'tandingan'? Acub mengaku
gagasannya tidak bertujuan sejauh itu.
Keinginan itu pagi-pagi sudah ditendang oleh Ketua Bidang
Kompetisi PSSI, Maulwi Saelan. Ia mengatakan hal itu menyalahi
secara organisatoris. "Galatama itu 'kan klub," alasannya. Ia
tetap berpegang bahwa penunjukan pemain, pelatih dan manajer tim
merupakan wewenang PSSI. "Nanti kalau bond-bond juga mau
membentuk tim abungan sendiri, 'kan repot jadinya."
Acub masih punya jawaban terha p keberatan Saelan. Menurut
pengetahuannya, tidak ada larangan PSSI mengenai pembentukan tim
Galatama gabungan. "Toh, tim gabungan itu hanya untuk
pertandingan persahabatan saja," ucap Acub.
Gagasannya ditopang oleh sebagian klub anggota Galatama.
"Jangan tempuh pembentukan tim nasional hanya oleh PSSI,s'
komentar Ketua klub Cahaya Kita, Kaslan Rosidi. Alasannya, PSSI
selama ini sering pilih kasih dalam menentukan pemain. "Bahkan
ada pemain yang hanya dicoba 1 kali saja langsung dipilih." Ia
tidak mengemukakan contoh. Tapi, itu ada benarnya. Misalnya,
Tinus Heipon dan Gusnul Yakin memasuki barisan PSSI Utama yang
dipersiapkan bagi SEA Games X setelah mereka hanya satu kali
dicoba bermain di dalam tim.
Kaslan berpendapat penunjukan pemain cara demikian sukar
dipertanggungjawabkan. "Untuk menilai stamina mereka, diperlukan
suatu turnamen. Sedang karakter pemain tidak mungkin dilihat
dari 1 atau 2 kali penampilan saja," katanya. Ia mengharapkan
PSSI dapat menyetujui pembentukan tim Galatama gabungan.
PSSI perlu disorot juga dalam menempatkan pengasuh, seperti
penunjukan A. E. Mangindaan sebagai manajer tim PSSI Utama.
Kepemimpinannya menjadi persoalan setelah antara dia dan
sebagian pemain terlibat 'perang dingin' --tak saling tegor.
Keadaan ini baru saja terungkap. Mengapa?
'Perang dingin' itu antara lain disebabkan oleh 'ditahannya'
uang saku mereka oleh Mangindaan. "Alasan dia, takut uang itu
hilang," sela seorang pemain. "Apa dikira kita masih anak
kecil." Juga di suatu akhir pekan baru-baru ini para pemain
hanya disangoni Rp 650 untuk bermalam panjang di bioskop.
Lantaran jumlah itu dianggap tak mencukupi, para pemain
menghabiskan waktu dengan ber-kongkow-kongkow saja di halaman
Hotel Salak, Bogor -- tempat mereka menginap. Mangindaan, karena
alasan kesehatan, sejak akhir Agustus mengundurkan diri, dan
diganti oleh drs. Rais, juga anggota pengurus PSSI.
Lepas dari soal sepele demikian, pelatih Tunas Inti, Sinyo
Aliandu menilai gagasan tim Galatama gabungan ini agak 'aneh'.
"Di Inggeris atau Belanda tak pernah ada kesebelasan semacam
ini," katanya. Ia tetap berprinsip kesebelasan naional harus
dibentuk oleh PSSI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini