Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kulit tomat, isi ubi

Penelitian lembaga konsumen terhadap saos tomat. merek produksi dalam negeri tidak mengandung tomat melainkan pepaya, ubi & labu. zat warnanya bisa menimbulkan keracunan. (eb)

15 September 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DALAM lemari Lembaga Konsumen (LK) di Jalan Suryopranto (d/h Jaga Monyet), Jakarta Pusat, bertumpuk, "saos tomat, itu Penyedap makanan. Label yang ditempelkan pada kemasannya menarik. Seperti merek Delicius, Sedap Wangi Sari Wangi, Suka Wangi, Radja Tomato Cutsup, Sinar Sari, Sari Rasa, Harum Sari, Bahagia, Tiga Tomat dan sejumlah merek lainnya. Tapi kementerengan kemasannya itu tak sesuai dengan isinya. Maka LK memperingatkan "Hati-hatilah membeli saos tomat! Hampir semua merek tak mengandung tomat". Menurut standar perdagangan (SP nomer 67-1977): saos tomat adalah bubur kental berwarna merah dari daging buah tomat masak, diberi bumbu dan digunakan untuk penyedap makanan atau penambah selera makan. Dan saos tomat itu dianggap baik dan aman bagi konsumen bila mengandung asam benzoat (zat pengawet) tak lebih dari 0,1%. Selain itu dapat diberizat warna yang diizinkan Departemen Kesehatan. "Nyatanya banyak merek saos tomat yang tidak memenuhi persyaratan," kata Permadi SH, Sekretaris Yayasan Lembaga Konsumen. Bahkan berdasarkan penelitian dan hasil analisa LK Desember 1978, dari 24 merek yang diperdagangkan hanya 6 merek yang memenuhi persyaratan. Dan semuanya impor. Dua merek (Sumber Mas dan ACC) mengandung padatan tomat dalam jumlah kecil. Sisanya, 16 merek, semuanya produksi dalam negeri tak mengandung padatan tomat. Tapi menurut LK bahan baku pepaya, labu atu ubi. Padahal di dalam label jelas tertulis: Saos Tomat. LK juga menjumpai 15 merek memakai zat warna methand yellow, atau orange red dan rhodamin B. Atau campuran bahan lainnya yang tidak diizinkan Depkes. Dari percobaan yang dilakukan terhadap tikus, methanil yellow dan rhodamin B menunjukkan adanya gejala keracunan. Dari 24 merek itu, larutan 7 merek semuanya impor -- tidak mengandung zat pengawet (asam benzoat). Enam merek dalam negcri memenuhi batas persyaratan. Tapi 11 merek lainnya Tiga Tomat, Ching Yuan, Sakti Jaya, Delicius, Eagle, Sarirasa, Radja, Bahagia, ACC, Djuhi dan Sariwangi mengandung zat pengawet melebihi takaran yang diperbolehkan. Sedang yang mengandung jamur terlalu tinggi masing-masing terdapat dalam merek Sukawangi dan Bahagia. "Pemakaian zat warna atau zat pengawet yang berlebihan kalau terr Imbun lama, bisa menyerang hati dan organ tubuh lain," kata Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan Depkes, Dr. Midian Sirait. Dia mengakui banyak terjadi pelanggaran dalam penggunaan zat warna maupun zat pengawet makallan. Tapi pelanggaran itu tidak disiarkan kepada masyarakat, melainkan "langsung disampaikan kepada pihak produsen," katanya kepada Martin Aleida dari TEMPO Alasannya: pemerintah tidak hanya melindungi konsumen tapi juga memperhatikan produsen. Namun Sirait menilai kegiatan yang dilakukan oleh Lembaga Konsumen sangat membantu dalam melindungi konsumen. Penelitian oleh LK itu bekerja sama dengan Direktorat Standardisasi, Normalisasi dan Pengendalian Mutu Depdagkop selama satu tahun lebih. Pengujiannya dilakukan di laboratorium milik pemerintah sererti Balai Penelitian Kimia dan Sucofindo. Tapi sebelumnya sejak awal 1978 lalu LK dan Direktorat SNP & M Depdagkop turun langsung ke pasar membeli contoh saos tomat yang hernudian dianalisa. Mulai dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Banjarmasin dan Ujung Pandang. Namun sampai kini, Depdagkop "belum sampai melakukan pengawasan langsung terhadap barang-barang yang diperdagangkan di dalam negeri," kata Syukri Alimuddin, jurubicara Depdagkop. Yang dilakukan saat ini masih terbatas pada komoditi ekspor yang sudah ada standardnya. "Tapi diharapkan Pusat Pengendalian Mutu Barang Depdagkop yang di Ciracas sudah bisa berfungsi tahun ini," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus