GOL yang menentukan kemenangan Indonesia itu dibuat Ricky Jacob di menit ke-44 babak kedua. Satu menit kemudian, jam pada papan skor di Stadion Utama Senayan menunjukkan waktu 45 menit berakhir. Wasit FII A, Chan Tam Sun pun meniup peluit panjang. Pertandingan usai. Skor 2-1 untuk kemenangan Indonesia. Ketika itulah bintang kenamaan Singapura Fandi Ahmad medekati wasit yang sedang berjalan menuju pinggir lapangan. Sambil membuka bajunya yang basah oleh peluh, Fandi menuduh wasit asal Hong Kong itu mengakhiri pertandingan sebelum waktunya. Yang dimaksud Fandi adalah tidak dihitungnya injuy time, yaitu waktu yang terbuang akibat berbagai kejadian yang menyebabkan pertandingan terhenti. Biasanya, kalau itu terjadi - misalnya pemain berkelahi - wasit menyetop jalan jamnya, sehingga waktu terbuang itu tak turut dihitung. "Mestinya pertandingan itu masih diperpanjang lima menit lagi," kata Fandi. Tapi Chan Tam Sun tak mengacuhkannya. Malah, sebuah kartu kuning diacungkannya pada pemain itu. Setelah itu, seperti kemudian diakui Fandi, "Saya tak bisa lagi menahan marah, dan mengeluarkan katakata kasar." Akibatnya, Chan mengeluarkan kartu merah buat Fandi. Fandi dikenal sebagai pemain yang sportif. Mengapa ia jadi galak? "Wasit itu sudah keterlaluan ingin memenangkan Indonesia," jawabnya. Fandi mengaku masih bisa menahan perasaan ketika gol yang dibikinnya di menit ke-42 tidak disahkan wasit. "Tapi begitu Indonesia menang, dan pertandingan dihabiskannya, saya tak bisa menahan marah," katanya. Kartu merah itu bisa berakibat Fandi tak bisa memperkuat timnya dalam pertarungan melawan Jepang di Singapura. Juli mendatang. Namun, bolehkah wasit menghukum pemain dengan kartu, setelah pertandingan berakhir? Bekas wasit FIFA, Jopie de Fretcs, yang pernah memimpin pertandingan kejuaraan Piala Dunia Yunior Coca-Cola di Arab Saudi, 1985, mengatakan, "Sesudah peluit akhir dibunyikan, baik kartu kuning maupun merah tidak berlaku lagi. sekalipun wasit dan pemain masih di lapangan. Itu peraturan FIFA." Anehnya, Syamsuddin Hadade, ketua komisi perwasitan PSSI, membenarkan tindakan Chan Tam Sun. Entah berpedoman peraturan dari mana, Syamsuddin berkata, "Selama wasit masih di lapangan, belum keluar garis atau masuk bilik, kartu itu masih sah Padahal, Peter Velappan, 51, ketua komisi pertandingan yang ditunjuk FIFA mengawasi pertandingan pra-Olimpiade grup II Asia Timur itu, mengatakan, "Memang apa yang dilakukan wasit itu tidak benar." Velappan, yang tinggal di Kuala Lumpur, menyaksikan langsung pertandingan di Senayan itu. Menjawab pertanyaan TEMPO, Velappan mengatakan tak mengerti mengapa wasit bertindak begitu. Padahal, sejak dua tahun yang lalu FIFA sudah membuat surat edaran untuk para wasit, agar tidak menggunakan kartu di luar waktu 2 kali 45 menit dan perpanjangan waktu pertandingan. Bila ada insiden di luar pertandingan, wasit harus melaporkannya kepada komisi disiplin FIFA. Velappan tak mau mengomentari kasus injury time yang jadi pangkal insiden, begitu juga tentang gol Fandi yang tak diakui wasit. "Apa pun yang terjadi, hasil pertandingan toh tak bisa lagi diubah," katanya. Meski kartu merah wasit itu tak sah, belum tentu Fandi bisa bermain melawan Jepang. Wasit Chan Tam Sun, 28 April lalu, mengirimkan laporan kepada FIFA. Isinya berupa protes Fandi yang berekor kata-kata keji yang ditujukan pemain itu kepadanya. ' Secara terpisah, saya juga mengirim laporan, berdasarkan fakta yang saya temukan," kata Velappan, yang juga Sekjen Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), tangan FIFA untuk Asia. Maka, FIFA-lah yang akan menentukan hukuman pada Fandi. "Bisa saja dia tak dibolehkan main di Singapura nanti, selain mendapat peringatan keras," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini