TAK tampak tanda-tanda kakinya cedera. Gerak kakinya malah tampak enteng. Dan dengan kondisi seperti itu, Senin pekan ini, Icuk Sugiarto, 24, seperti mengamuk: melalap lawan tandingnya Lius Pongoh, 25, dua set langsung, dalam latihan di Gedung Bulu Tangkis, Senayan, Jakarta. Juara dunia 1983 ini agaknya mau menunjukkan kini dialah -- kendati ia tak jadi dikirim ke Kejuaraan Antarmaster dimulai Rabu pekan ini di London -- pemain tunggal tertangguh di Pelatnas. "Yah, saya memang kecewa. Di Seoul saya dikatakan akan berangkat, tapi kemudian di Jakarta tidak," kata ayah seorang anak itu, sambil melap keringat di wajahnya. "Saya kesal, karena merasa diombang-ambingkan," katanya lagi terus terang. Toh, pemain asal Solo ini bagusnya, tak ngambek dan mogok main seperti yang dilakukannya ketika bertanding melawan pemain Korea, Park Sung Bae, di Seoul bulan lalu. Ia bahkan tetap serius berlatih di hari ketika lima rekannya -- Eddy Kurniawan, Eddy Hartono, Hadibowo, Imelda Kurniawan, dan Rosiana Tendean -- beranjak dari Pelatnas menuju London. Kelima pemain ini akhirnya memang jadi juga dikirim pengurus PBSI ke Kejuaraan Antarmaster. Ini keputusan baru PBSI, setelah tiga hari sebelumnya mereka mengumumkan kepastian untuk tidak mengirim pemain senior ke turnamen di Inggris itu. "Karena kita baru gagal di Seoul," kata Titus Kurniadi, Ketua Bidang Luar Negeri PBSI? kepada TEMPO. Keputusan itu disesalkan oleh Persatuan Bulu Tangkis Inggris (BAE). "Kami benar-benar kecewa," kata Caroline Searle, juru bicara BAE. Organisasi ini kemudian meminta IBF agar memenangkan sanksi pada Indonesia. "Sebab, ini bukan baru kali ini dilakukan Indonesia," tambah Searle. Keadaan pun heboh sebentar. Dari Selandia Baru, Presiden IBF Ian Palmer kemudian mengontak pengurus harian PBSI, minta agar tetap bisa mengirimkan pemain senior mereka. Di sela kesibukan itu, Icuk yang mendengar pembatalan itu, kemudian berangkat ke Solo. Ia memang bermaksud menemui orangtuanya sambil mengobati kakinya yang keseleo. "Sudah agak lama saya tak ke Solo," katanya. Di kota kelahirannya itu pula sehari kemudian dia membaca di surat kabar perihal rencana pengiriman tim bulu tangkis Indonesia itu -- termasuk dirinya -- ke London. Buru-buru dia terbang ke Jakarta. Namun, pemain berkulit hitam manis ini ternyata harus bersabar. Sebab, PBSI sudah memutuskan tak akan menyertakan dia kali ini. Reaksi terkejut memang berdatangan dari dalam dan luar negeri gara-gara keputusan yang mengejutkan itu. Tak kurang bekas Ketua Umum PBSI Ferry Sonneville sempat menelepon Soemarsono, untuk mengecek alasan resmi PBSI. Maklum, sebagai bekas presiden IBF, Ferry agaknya cukup memaklumi apa akibat pembatalan yang agak sepihak dan mendadak itu. Apalagi, 4 November mendatang Indonesia bakal jadi tuan rumah Kejuaraan Piala Dunia VI di Jakarta dan Bandung. Jika PBSI bersikeras pada putusan tak mengirim pemain senior ke London, kejuaraan dunia yang kali ini disponsori perusahan rokok 555 itu bisa diboikot pemain negara lain. Tanda-tanda sudah terlihat lewat reaksi sengit yang diperlihatkan BAE tadi. Malah sebenarnya diam-diam Indonesia negeri yang dulu disegani karena ketangguhan pemain dan diplomasi tokoh bulu tangkisnya, mulai dikesampingkan. Itu setidak-tidaknya terlihat dengan tak diikutkannya satu pun wakil negeri ini di duel meet Asia vs Eropa yang berlangsung di Stockholm, Swedia, Selasa pekan ini. Reaksi berkepanjangan seperti itu mungkin akan terjadi gara-gara kasus ini. Tak heran kalau Ian Palmer merasa perlu mengingatkan PBSI tentang kemungkinan akibat sikap mereka itu, sambil meminta PBSI mengubah keputusannya. Antara lain, karena itulah, pengurus PBSI akhirnya jadi mengirimkan lima pemain senior mereka. Memang, sungguh tak sedap, kalau nanti Kejuaraan Piala Dunia di sini tak dihadiri pemain tangguh dunia, padahal dulu banyak pemain ingin datang kemari sekadar menjajal kekuatan. Risiko seperti ini mungkin tak begitu diperhitungkan pengurus PBSI, sebelum mengumumkan putusan pembatalan. "Pemain kita mengalami pukulan mental setelah gagal di Seoul dan mereka tak begitu siap untuk ikut turnamen Antarmaster," itu mula-mula alasan P. Soemarsono, Ketua Harian PBSI. Tapi, belakangan, dia juga menyebut pengiriman lima pemain senior ke London, "Kelima pemain itu sudah dianggap pulih. Dan mereka dikirim juga karena ada permintaan Presiden IBF." Apa pun dalih orang kedua di PBSI ini, tabir ketidakmatangan program pengiriman pemain ke luar negeri PBSI, memang terungkap lewat kasus ini. Sebab, menurut Titus Kurniadi, sebenarnya seusai Piala Thomas, sekitar Juli lalu, telah diputuskan turnamen yang merupakan salah satu dari rangkaian seri grandprix bulu tangkis internasional yang diakui IBF itu akan diikuti pemain-pemain senior Indonesia. Tapi itulah. Gara-gara kalah di Seoul dan, "Ada bayang-bayang kita bakal kalah lagi nanti di London," seperti dicetuskan Titus, mendadak saja rencana tadi dibatalkan. Boleh jadi, pengurus yang baru saja dapat kecaman karena gagalnya tim bulu tangkis Indonesia di Asian Games keder bakal kembali diserang kalau di Antarmaster puh atlet mereka tumbang. Dan seperti diakui Titus Kurniadi, dibayangi kecemasan seperti itu, ketetapan pembatalan itu diumumkan. Repotnya, dan ini mengesankan pengurus terlihat agak kalang kabut, putusan itu terpaksa diubah kembali beberapa hari kemudian karena ramainya reaksi. Perubahan keputusan yang serba cepat itulah yang dikritik, misalnya oleh Icuk Sugiarto. "Terus terang, waktunya serba mepet: hari ini berangkat, lusa sudah harus bertanding. Wah, kalau gagal, bukan hanya pengurus, tapi pemain paling menanggung. Masyarakat 'kan nggak mau tahu," tutur Icuk, serius. "Kita akan menarik pelajaran dari peristiwa ini. Tak usahlah saling menyalahkan," kata Titus Kurniadi. Dan memang tak jelas siapa yang harus disalahkan jika gara-gara tak ikut -- padahal namanya sudah dicantumkan dalam buku panitia Kejuaraan Antarmaster -- nilai Icuk Sugiarto akan dikurangi IBF dalam perhitungan untuk penentuan peringkat nanti. "Secara pribadi saya memang dirugikan. Tapi, ah, sudahlah, nanti persoalan jadi besar," kata Icuk sambil menarik napas panjang. Marah Sakti, Laporan Biro Jakarta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini