Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Pelita menjaring laba

Pelita jaya, klub baru sepak bola, mematokkan harapan baru bagi galatama. ada 21 sponsor yang mengontraknya hingga pemasukan sekitar rp 300 juta. menggabungkan aspek olah raga, bisnis dan hiburan.(or)

25 Oktober 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LIGA UTAMA (Galatama) PSSI mulai ramai lagi. Ini paling tidak karena munculnya klub baru: Pelita Jaya. Klub ini didirikan tahun lalu oleh keluarga pengusaha Bakrie Bersaudara. Tapi, baru terjun dalam kompetisi perdana tahun ini (musim kompetisi 1986-1987), mereka ternyata bisa mendobrak kelesuan yang dalam dua tahun terakhir ini melilit liga sepak bola setengah bayaran PSSI. Yakni kurang ketatnya persaingan di antara para klub dan sepinya penonton. Untuk yang pertama, mudah ditebak karena klub ini langsung melejit ke atas. Dilatih pelatih nasional Bertje Matulapelwa, mereka dalam musim kompetisi yang tengah berlangsung ini sudah main 4 kali, dan belum terkalahkan. Dan kedua, bisa pula disaksikan -- dalam tiga pertandingan di kandang mereka, di Stadion Menteng, Jakarta Pusat -- mereka berhasil mengundang banjirnya penonton. Sedikitnya 10.000 penonton memadati Stadion Menteng, Jakarta, setiap kali klub Pelita Jaya main. Ini boleh dianggap sebagai pasang naik buat Galatama. Sebab, sejak dilanda kasus suap yang hingga kini tak terselesaikan, liga sepak bola semiprofesional yang berputar sejak 1979 ini berangsur-angsur dijauhi penonton. Wajar. Sebab, mana ada penonton yang mau menonton jika skor pertandingan kerap diatur dari luar lapangan. Akibatnya, sejumlah klub, dari mulai klub perintis seperti Pardedetex hingga klub elite Yanita Utama (kemudian digantikan Krama Yudha Galatama), gulung tikar dan membubarkan diri. Jumlah anggota Galatama P5SI pun menciut. Dari pernah 18 klub (ketika mulai berputar) menjadi hanya 9 klub sampai bergabungnya Pelita Jaya. Dipimpin Nirwan Dermawan Bakrie, 34, adik kandung Aburizal Bakrie -- Ketua Umum POR Pelita Jaya, pengusaha yang aktif di kegiatan bulu tangkis -- klub ini semula tak diperkirakan bakal bisa berbuat banyak. Maklum, ketika baru lahir, hanya Rahim Soekasah, 34, bekas manajer klub galatama UMS (klub yang didukung grup Astra), yang kelihatannya punya pengalaman di klub baru itu. Rahim, yang bekerja sebagai distributor semen dan juga developer rumah, teman Nirwan, yang jadi manajer Pelita Jaya. Maka, wajar kalau kemudian muncul anggapan: grup Bakrie, yang memayungi 14 PT dengan aset diperkirakan Rp 50 milyar lebih, mau buang uang di Galatama? Tak ada yang menduga, ada jurus bisnis yang ternyata dimiliki klub baru ini. Hingga, "Kalaupun penonton sepi, klub kami tetap masih untung," kata Aburizal, beberapa waktu lalu. Klub ini memang turun ke lapangan dengan peralatan lengkap. Ada beberapa ribu suporter yang datang mengenakan kaus T-Shirt, tentu bertuliskan nama klub itu. Ada 21 sponsor yang mengelilingi mereka. Nama-nama sponsor itu tampak terserak di stadion, berjejer dalam pelbagai bentuk papan iklan. Misalnya Panin Bank, Garuda Indonesia Airways, perusahaan minyak Inggris, British Petroleum, dan Indo Milk. Nama perusahaan susu ini bahkan secara khusus tampak terpampang di kaus yang dipakai pemain-pemain Pelita. "Kami dikontrak Indo Milk sekitar Rp 150 juta setahun untuk itu," kata Rahim Soekasah kepada Toriq Hadad dari TEMPO. Dan memang dikontrak seperti inilah ternyata rahasia keuntungan Pelita. Dari seluruh sponsor yang mengontrak mereka, klub ini sampai tahun depan sudah mengantungi pemasukan sekitar Rp 300 juta. Padahal, setahun paling banyak pengeluaran mereka, menurut Rahim, hanya berkisar Rp 150 juta. "Mengelola klub bola memang harus menggabungkan tiga aspek: olah raga, bisnis, dan hiburan. Kalau tidak, pasti tak jalan," ujar Aburizal, rileks. Dengan prinsip itu, klub baru ini memulai tradisi yang juga baru dalam kegiatan Galatama. Untuk menghibur penonton, di stadion, mereka siapkan atraksi tambahan. Misalnya, demonstrasi drumband, seperti yang ikut diramaikan oleh Artis Happy Pretty di hari pertama pertandingan mereka di Stadion Menteng. Lalu, untuk menarik datangnya penonton, selain ada rayuan iklan gencar lewat pelbagai media massa, mereka juga menyiapkan sejumlah hadiah buat para pembeli karcis masuk. Dibantu sejumlah tenaga muda, klub baru ini, agaknya, tengah berikhtiar menampilkan sesuatu yang baru di Galatama. Termasuk menjadi klub pertama yang bisa meraih laba -- seperti yang menurut kalkulasi sudah mereka peroleh di tahun pertama aktivitas mereka. Keberhasilan mereka bisa dinilai sempurna kalau kelak tampil pula sebagai juara. Dan itu tampaknya bukan tak mungkin. M.S., Laporan T.H. (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus