HAMPIR semua atlet dan pelatih yang tiga bulan lalu dikirim PB PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia) untuk berguru ke Amerika Serikat, secara diam-diam, sudah dipulangkan ke Jakarta. Pemulangan sebulan lebih cepat dari jadwal yang direncanakan itu, dilakukan secara bergelombang sejak 2 Agustus lalu. Sampai Senin pekan ini, ada 28 dari 38 atlet yang dikirim tadi sudah kembali. Dan mereka pun sudah pula kembali berlatih di lapangan atletik Senayan, Jakarta. Mengapa pemulangan mereka dipercepat? "Program mereka sudah cukup," jawab Bob Hasan, ketua umum PASI, kepada Rudy Novrianto dari TEMPO. Lagi pula, kata Bob, para pelatih menganggap udara panas di AS, yang saat ini mencapai 47 hingga 48 derajat Celcius, kurang begitu cocok bagi atlet Indonesia, sehingga jadwal latihan dipersingkat. "Sisanya bisa ditambah di sini, sekaligus para atlet bisa lebih cepat menyesuaikan diri dengan cuaca dan lingkungan Jakarta," tambah M. Sarengat, ketua Bidang Pembinaan PB PASI. Target para atlet, menurut dia, setelah latihan di AS berakhir, tetap: sebanyak-banyaknya merebut medali emas di Kejuaraan Atletik Asia yang akan diselenggarakan bulan depan di Jakarta. "Kamis pekan ini semua atlet akan diuji coba. Seandainya ada yang tidak menunjukkan kemajuan, segera akan kami pulangkan ke daerah mereka masing-masing," tukas Bob Hasan, serius. Apakah ini berarti, memang ada atlet yang tak mendapat hasil apa-apa di Amerika, tak dijawab terus terang oleh ketua umum yang memprakarsai dan juga membiayai pengiriman para atlet tersebut. Tapi secara tidak langsung M. Sarengat mengatakan bahwa memang belum semua atlet yang dikirim berlatih ke AS itu memahami bahwa hanya dengan motivasi, disiplin, dan pengorbanan berlatih yang besarlah sebuah prestasi bisa diciptakan. Bekas pelari jarak pendek ini tak mau terus terang menyebut nama para atlet yang tak berhasil menarik manfaat dari latihan di AS itu. Kepada TEMPO, para atlet tampak hanya tersenyum dan tertawa bergurau ketika ditanya soal pemulangan mereka yang dipercepat. "Mungkin uang bos habis," kata I Ketut Widiana, peloncat tinggi, yang bersama 15 rekannya dan empat pelatih ditempatkan di Phoenix, Arizona, sambil tersenyum. Namun, dia mengakui mendapat hasil juga dari latihan selama tiga bulan. Posisi saya ketika mau meloncat sekarang sudah mulai bisa vertikal, tak miring seperti dulu," kata atlet asal Bali. Tapi, dia membenarkan pula, belum berhasil membuat rekor baru. Loncatan paling tinggi Ketut selama di AS, sama dengan rekor yang pernah dibuatnya di tanah air, sekitar 2,02 meter. Henny Maspaitella, pelari jarak pendek asal Jawa Timur, juga mengakui ada perubahan, khususnya segi teknik, yang diperolehnya dari Pelatih Tom Tellez, yang pernah menangani Carl Lewis, di Houston, Texas. "Karena perbaikan di segi teknis itu, jika biasanya lari 400 meter saya tempuh 60 detik, dengan ngos-ngosan, kini bisa saya tempuh lebih cepat, sekitar 56 detik, tanpa terlalu merasa capek," kata Henny.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini