Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Kemenangan jago amerika di jagorawi

Lomba proklamaton ke-vi di jagorawi, dimenangkan oleh pelari dari a.s, pinocci, untuk jarak 45 km. solichin dari indonesia muncul sebagai juara ke-2.

20 Agustus 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JALAN bebas hambatan jagorawi 14 Agustus kemarin menjadi tempat pesta orang-orang yang mengandalkan kaki. Lebih dari 15.000 orang tumplek di jalan yang menghubungkan Ciawi-Jakarta itu untuk membuktikan siapa yang paling cepat dalam lomba Proklamaton ke-6, menempuh jarak 45 km. Hanya sekitar 1.000 pelari yang bertekad membuktikan diri mampu menjelajah jarak itu tanpa bantuan mesin. Sedangkan selebihnya bertarung menaklukkan jarak 8 dan 17 km, angka-angka yang dikaitkan dengan tanggal dan bulan proklamasi. Ini untuk kedua kalinya lomba daya tahan manusia itu diadakan di Jagorawi. Empat kali lomba serupa sebelumnya, dilaksanakan di sepanjang Jalan Thamrin, Sudirman membelok ke Gatot Subroto. Terus ke Pluit untuk kemudian --kembali ke garis finish di Monumen Nasional. Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah, kelihatan agak kaget, setelah melepaskan pelari dari garis start lewat satu tembakan pistol, pukul 06.45. Ribuan pelari tiba-tiba bergerak liar. Pelari-pelari yang mau mendahului lawannya, tiba-tiba menyimpang keluar jalur Ciawi-Jakarta dan memenuhi jalur sebaliknya yang menghubungkan Jakarta-Ciawi yang sengaja tidak ditutup untuk memberi kesempatan bagi lalu-lintas kendaraan. Dua buah helikopter kepolisian menyambar-nyambar rendah sekali untuk menghalau ribuan pelari itu supaya masuk kembali ke jalur perlombaan. Debu jalan beterbangan. Membuat para pelari menutup mata sambil lari menundukkan kepala. Namun pelari-pelari yang membandel tetap bertahan di bawah tiupan baling-baling pesawat. Akhirnya pesawat itu menyerahkan terbang mondar-mandir saja sambil mengintai arus lalu-lintas kendaraan dari atas. Baru ketika memasuki daerah Cibubur, tempat pemutaran bagi peserta 8 dan 17 km, suasana saling serobot itu berubah dengan sendirinya. Dari sini pertarungan untuk jarak 45 km mulai berlangsung dengan tenang. Matahari mulai menyengat. Penduduk sekitar jalan cukai itu keluar meninggalkan sarapan pagi mereka. Membiarkan ternak-ternak mereka masih terkurung di kandang, untuk menyaksikan kerepotan yang sedang berlangsung. Lomba ini memberikan kesempatan buat mereka untuk mendobrak larangan berdiri di pinggir aspal yang licin itu. Anak-anak bahkan membawa es dan menawarkannya kepada pelari yang ditimpa terik matahari. Beberapa pelari terlihat mampir membeli papaya, yang mereka perhitungkan bisa menjadi "minyak cadangan" untuk bertahan sampai finish di pintu gerbang Taman Mini. Kalau selama ini pelari-pelari asing selalu tersisih dalam tiap lomba yang diadakan, sekali ini mereka muncul merajai jalanan. Karena yang tampil sekarang adalah pelari tulen. Seperti Mike Pinocci, 28 tahun, dari Amerika Serikat. Waktu terbaik yang pernah diciptakannya adalah 2 jam 13 menit 36 detik. Dia menempati urutan ke-23 dari sekitar 150 pelari maraton Amerika yang punya catatan waktu kurang dari 2 jam 20 menit. Udo Engelbrecht, 33 tahun, dengan semangat seorang penakluk melompat ke depan dan memimpin terus sampai di putaran yang terletak di Cibinong. Tetapi menjelang kilometer 25, Udo yang kekar itu mulai teler. Mike Pinocci yang berhidung bengkok itu berlayar dengan mantap dan melinatas di bahu pelan Jerman Barat yang masuk ranking ke-6 di negerinya. Di belakang orang Amerika yang bekerja sebagai pembagi kartu black jack di sebuah casino di kota wisata Lake Tahoe, itu menguntit pelari yang dibesarkan di Pasar Minggu, Solichin. Langkahnya mantap. Masih bisa mengepalkan tinjunya ke udara untuk menyambut salam dari beberapa pelari yang berpapasan dengannya. Ketika rute membelok ke kiri, meninggalkan jalan Jagorawi, dan masuk ke daerah Cilangkap, sekitar 10 km menjelang finish Pinocci tak punya lawan-lawan lagi. Kecuali dirinya sendiri, dan Solichin, pegawai Bank Bumi Daya yang mengikuti jejaknya sekitar 2 km di belakang. Hanya seekor anjing yang tiba-tiba muncul dan semak-semak yang membuat dia ketakutan. Tapi anjing itu kemudian ternyata mengurungkan niat jahatnya untuk menggigit kaki Pinocci. Orang-orang di pinggir jalan tertawa dibuatnya. Pinocci yang memakai topi pet putih untuk melawan terik matahari itu melewati garis finish maraton (42,195 km) dalam 2 jam 30 menit 58 detik. Dia disambut pekik sorak penonton yang memadati garis finish 45 km. Dengan kedua tangan teracung tinggi-tinggi ke udara, Mike Pinocci melintasi garis finish proklamaton dalam 2 jam 42 menit 58 detik. Baru sekali inilah dia mengikuti lomba yang memiliki 2 finish. Dan menjadi juara ganda untuk maraton dan proklamaton. Di belakangnya menyusul pemuda hitam legam, Solichin, dengan catatan 2 jam 36 menit 33 detik untuk maraton dan 2 jam 48 menit 14 detik untuk jarak 45 km. Sedangkan juara tahun kemarin, Ali Sofyan Siregar, keteter di nomor 5. Solichin yang untuk pertama kali turut dalam lomba ini memperbaiki rekor Ali sekitar 7 menit. Sementara di bagian putri, Dorothy Brown (Australia) muncul sebagai juara untuk jarak 45 km dengan catatan waktu 3 jam 24 menit 40 detik. Kedua Siu Chen (Indonesia) dengan 3 jam 52 menit 42 detik. Dan yang menarik, dalam lomba yang bisa diikuti oleh segala umur itu tercatat seorang murid SD dari Teluk Betung, Lampung. Sitti Aisyah 14 tahun, anak itu, berhasil mencapai finish 45 km dalam waktu 5 jam. Dengan peserta yang meluap sampai sampai menandingi jumlah peserta maraton di berbagai kota besar di dunia, Proklamaton bukanlah Boston Marathon atau New York, di mana ratusan ribu penonton menolong pelari dengan minuman dan meneriakkan waktu tempuh seseorang. Di Jagorawi ini, pelari dianggap seorang jago yang pantas diplonco. Mereka terkadang terkecoh dengan jawaban penonton yang menyebutkan finish tinggal satu kilometer lagi. Sebab setelah berlari-lari menyeberangi bukit, ternyata jalan masih terentang berkilo-kilo meter lagi. Putus asa dengan keterangan menyesatkan itu, ditambah sengatan aspal yang membikin tulang mendidih, banyak pelari menyerah dan menumpang truk panitia mencapai garis finish. Pelari-pelari yang membawa bekal seperti cokelat, permen, ataupun onde-onde membagi-bagikannya kepada teman sesama pelari yang "tewas". Dan perjalanan di atas truk itu tak kalah menyenangkan. Dibandingkan tahun lalu, air untuk minum dan menyiram tubuh yang kepanasan, kelihatannya membanjir. Sampai-sampai air minum Aqua dijadikan penyiram. Membuat pelari yang tak gampang patah semangat mampu bertahan 6 jam untuk mencapai finish dari lomba yang diperhitungkan menelan biaya Rp 20 juta plus kerugian sekitar Rp 10 juta akibat ditutupnya separuh jalan cukai itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus