TARGET Rudy Hartono tak tercapai lagi. Tiga gelar juara: tunggal putra, ganda putra, dan ganda putri, yang sebelumnya diharapkan ketua Bidang PBSI ini, bakal direbut para pemainnya di Kejuaraan Indonesia Terbuka, yang berakhir Minggu malam pekan lalu, tak terwujud. Hanya ganda Liem Swie King/Kartono yang berhasil merebut satu-satunya gelar juara. Di kandang sendiri, di Istora Senayan, Jakarta, hasil minim yang dicapai pemainpemain bulu tangkis Indonesia itu memang disambut dengan hambar oleh para penggemar mereka. Terbukti, di final kejuaraan itu, yang seluruhnya memperebutkan hadiah sekitar Rp 45 juta, tak banyak penonton yang datang. Malam final itu, misalnya, disaksikan tak lebih dari 3.000 penonton. Jauh merosot dari malam sebelumnya ketika Icuk berhadapan dengan jagoan RRC Han Jian di semifinal - yang kemudian tampil sebagai juara tunggal putra - yang diperkirakan menyedot sekitar 8.000 penonton. Banyak orang bosan dengan prestasi pemain Indonesia yang kalah melulu. Maklum, ini kekalahan yang kesekian kalinya bagi pemain badminton Indonesia di sebuah kejuaraan. Dan, sebaliknya, ini sekaligus bukti kejayaan pemain RRC - yang di kejuaraan kali ini merebut tiga dari lima gelar yang dipertandingkan: tunggal putra dan putri, serta ganda putri. Bagi PBSI hasil Kejuaraan Indonesia Terbuka yang sudah diselenggarakan untuk keempat kalinya Ini merupakan yang paling buruk selama ini. Sebab, tahun lalu Indonesia masih bisa meraih tiga gelar. Masing-masing tunggal putra Lius Pongoh, ganda putra Chistian/Hadibowo, dan ganda campuran Christian/Ivana Lie. Hasil tahun lalu itulah yang oleh Rudy Hartono diharapkan bisa terulang. Rupanya, perkiraan bekas juara All England delapan kali itu masih terlalu berat untuk pemain-pemain sekarang. Dan Rudy sendiri sekali ini - dan mungkin juga karena begitu sering menerima kekalahan - tak begitu terperangah lagi dengan hasil tadi. "Kekalahan demi kekalahan, mau tak mau, harus kita terima," katanya. Dia mengatakan, pemain Indonesia harus terus mencoba bertanding di pelbagai turnamen dan kejuaraan, hingga nanti bisa memiliki pengalaman bertanding yang cukup, menjelang perebutan Piala Thomas tahun depan. Apakah dengan demikian masih ada harapan mempersiapkan pemain kuat untuk mempertahankan piala kehormatan itu? Rudy Hartono, yang didukung kuat oleh ketua umum PBSI Ferry Sonneville, cepat mengatakan, "Masih tetap ada harapan." Ferry malah mengatakan, "Yakin kita bisa mempertahankan" simbol kejuaraan bulu tangkis tak resmi dunia itu. "Asal kita berlatih intensif 3-4 bulan," katanya. Rudy Hartono mengatakan, ia tak setuju jika kegagalan pemain bulu tangkis Indonesia di pelbagai kejuaraan tahun ini dijadikan ukuran untuk menunjukkan lemahnya kemungkinan Indonesia bisa mempertahankan Piala Thomas. "Kita masih punya waktu untuk mempersiapkan tim yang kuat," katanya. Dia menyebut nama beberapa pemain yang sudah mulai membaik permainannya, yaitu Eddy Kurniawan yang sebulan lalu sempat menggulingkan juara dunia Han Jian, dan juga Icuk Sugiarto yang mempertahankan gelar juaranya dikejuaraan yang berlangsung di Bangkok itu. Namun, harapan dan perkiraan Rudy bisa kurang meyakinkan. Sebab, prestasi kedua pemain putra ini, sampai Kejuaraan Indonesia Terbuka barusan, tidak stabil. Sementara itu, sampai masa kepengurusannya yang akan berakhir September mendatang ini cuma tersedia sekali lagi pertandingan besar, yaitu Kejuaraan Piala Alba, awal September. Melihat waktunya yang tak banyak lagi, hasil di kejuaraan itu pun tampaknya tak akan jauh berbeda dengan yang sudah-sudah. Ferry dan Rudy agaknya akan turun dari kepengurusan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini