Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Kini Gawang Bukan Soal Lagi

Setelah Ronny Pasla diskors 5 thn karena skandal suap, krisis kiper nasional dapat diatasi oleh 2 wajah baru. Endang Tirtana dari Persija & Suwarto Persiraja tampil menawan pada putaran 5 besar PSSI.(or)

27 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MASALAH kiper pernah menakutkan sekali bagi PSSI. Ronny Pasla yang diandalkannya telah dijatuhi skorsing 5 tahun gara-gara skandal suap di Merdeka Games 1978, Kuala Lumpur. Ronny memang kiper terbaik. Rasanya sukar bagi PSSI untuk mencari penggantinya ketika itu. Tapi kini PSSI tampaknya tidak cemas seperti, katakanlah, sampai awal Januari. Selama putaran kedua 5 Besar PS SI muncul 2 wajah baru -- Endang Tirtana dari Persija dan Suwarto dari Persiraja. Kedua nama ini adalah bekas penjaga gawang PSSI Junior 1978. Mereka muncul secara kebetulan dan mengejutkan. Endang pada mulanya bukan satu-satunya pilihan Persija. Setelah Sudarno dan A.A. Rake yang cedera dalam putaran pertama 5 Besar PSSI Desember lalu, umpamanya, Komisi Teknik masih mengharapkan kehadiran Judo Hadiyanto, bekas kiper nasional. "Judo kita panggil mengingat ketrampilannya di bawah mistar masih bisa diandalkan," kata asisten pelatih Persija, Bertje Matulepelwa. "Waktu Persade, ia masih bermain bags. " Dalam pekan olahraga antar departemen 1978, Judo, karyawan Pertamina, turun membela panji Departemen Pertambangan dan Enerji. Dan ia berhasil mengantar timnya sebagai juara untuk cabang sepakbola. Tapi permintaan Persija agar ia kembali memakai kostum bond tak dapat dipenuhinya. "Waktu untuk mengadakan persiapan terlalu suntuk," alasan Judo. Ia dipanggil 30 Desember, sedang putaran kompetisi sudah harus dimulai 5 Januari. Penolakan Judo itulah yang kemudian mengantar Endang sebagai kiper uta-. ma Persija. Ternyata ia tidak mengecewakan. Ia berhasil menggagalkan tendangan penalti dari pemain PSM, Ujung Pandang, Gafar Hamzah. Suksesnya sekaligus mengantar Persija mencapai JUara. Endang terlihat gemilang ketika Persija berhadapan dengan PSMS, Medan di akhir kompetisi, 13 Januari. Berkali-kali ia menjadi juru selamat. Dua kali ia menggeletak akibat ganjalan lawan. "Kalau main di Karawang, kayak gitu, bisa baku hantam," kata Endang "Untung saja waktu itu saya dicegah Oyong." Endang memang mulai mencintai sepakbola di Karawang, tempat ia dilahirkan 21 tahun lalu. Ia adalah putera kelima dari 9 bersaudara dalam keluarga Peltu (Pol) Mohamad Syafi'i. "Sudah sejak kecil saya ingin menjadi kiper," ujar Endang. Sampai usia 16 tahun ia masih bermain dengan kaki ayam dan tak tergabung dalam suatu klub mana pun. Pernah ia menjadi penyerang, namun belum sekalipun mencetak gol. Pada usia 17 tahun, ia bergabung dalam klub Taruna Jaya, Karawang, dan bertahan 3 tahun di sana. Nasib kemudian membawanya ke ibukota setelah pelatih nasional, drg. Endang Witarsa melihat penampilannya ketika bond Persika, Karawang melawan klub UMS di lapangan Petak Sinkian, Jakarta. Ia ditawari untuk masuk klub UMS yang diasuh oleh Witarsa sendiri. "Saya tak bisa melupakan jasa pak Endang Witarsa," kata Endang mengenai kejadian tahun 1977 itu. Ia kini tergabung dalam klub non-amatir, Warna Agung. "Beliaulah ssungguhnya guru saya." Dalam 4 kali pertandingan putaran kedua 5 Besar PSSI kemarin, Endang kebobolan 4 gol. Menurut pengakuannya, 2 gol, masing-masing dari Sunardi (Persebaya) dan Jusuf Malle (PSM), tidak seharusnya terjadi, "karena kesalahan posisi dan teknik yang belum mantap dari saya." Endang -- tinggi 178 cm dan berat 69 kg - memang ideal untuk jadi kiper. "la adalah kiper yang berbakat," kata pelatih Persija, Marek Jonata. "Sudah sejak dulu saya ingin memakai dia." Penilaian Jonata tidak semata didasarkan atas penampilannya di lapangan. Endang, lulusan STM, juga dinilainya sebagai pemain yang "mempunyai IQ mernadai. " Anak Lho' Seumawe Kiper Persiraja, Suwarto, lebih muda 1 bulan dari koleganya dari Persija. Sebagaimana Endang, pemunculan Suwarto pun kebetulan, sekalipun melalui perslapan, tentunya. Ia dipasang gara-gara kiper utama Persiraja, Zaim Merdeka cedera sewaktu melawan PSMS. "Ini adalah penampilan pertama saya dalam pertandingan besar," kata Suwarto. Ketika memperkuat PSSI Junior ke Dakka Oktober 1978 ia tak pernah dipasang menggantikan kiper utama, Endang. Dalam Persiraja, Suwarto pun belum lama. Pada putaran pertama 5 Besar PSSI saja ia belum ikut. Sebelumnya ia bermain untuk bond PSLS, Lho' Seumawe. Pemuda kelahiran Medan ini mengenal bola juga sejak kecil, dan mewarisi hobi ayahnya, pensiunan Bank Bumi Daya. Ia mengakui bahwa dirinya masih kurang pengalaman. "Kalau Zaim tak cedera mungkin saya tak dipasang," kata Suwarto, yang cuma lulusan SMP. Lepas dari faktor apa yang menyebabkan Endang maupun Suwarto dipasang dalam pertandingan kemarin, keduanya cukup berhasil memukau publik. Dalam krisis kiper nasional, terutama setelah Ronny Pasla diskors, harapan PSSI jelas tertumpu pada kedua nama ini. "Kalau keduanya diberi kesempatan lebih banyak, masalah kiper tak lagi akan menjadi persoalan bagi PSSI," kata Judo adiyanto. "Mereka kini terbaik."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus