Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Kini pesta tanpa "demamnya"

Sea games x di jakarta dalam suasana prihatin, karena kurangnya anggaran dan bantuan pemerintah. penjualan sticker dilarang dan indeks makanan atlit indonesia diturunkan, tapi mereka siap berprestasi.(or)

22 September 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INDONESIA, selepas menyelenggarakan Asian Games IV (1962) dan Ganefo I (1963), kembali menjadi tuan rumah. Sekali ini untuk South East Asia (SEA) Games, beranggotakan 10 negara di kawasan Asia Tenggara. Birma, Laos, Kamboja, Vietnam Muangthai, Malaysia, Singapura, Brunai, Filipina dan Indonesia . Tapi 'demam' SEA Games sama sekali tidak terasa'--berbeda dengan suasana Jakarta selama dua peristiwa olahraga internasional terdahulu. Sejumlah balyboo dan poster menyambut SEA Games memang terpasang di sepanjang jalan protokol M.H. Thamrin. Dan pemerintah daerah DKI Jakarta tergesa-gesa menutup beberapa panti pijat, mungkin juga agar pesta-sukan ini bisa berlangsung tekun dan tenang. Anggaran Terbatas Suasana sederhana juga akan terlihat dalam pembukaan SEA Games, di stadion utama Senayan 21 September. Acaranya dimulai jam 15.00 dengan parade drumband, penerjunan bendera SEA Games, dan defile kontingen. Tepat jam 17.00, Presiden Soeharto meresmikan pekan olahraga ini yang akan berlangsung sampai 30 September. Pada saat bersamaan juara All England 8 kali, Rudy Hartono, didampingi pelari nasional puteri, Carolina Riewpassa, akan menyalakan obor SEA Games X yang apinya diambil dari Monumen Nasional. Di sana senam massal pencak silat akan dilakukan oleh 2.000 pelajar SD dan SMP. Serta aubade mars dan hymne SEA Games X akan dibawakan dengan 4 suara--sopran, alto, bas, dan tenor-oleh 4.000 siswa SLTA se-DKI Jakarta. "Kita sukseskah SEA Games X dalam kesederhanaan dan kehidmatan," kata Ketua Umum Penyelenggara Sultan Hamengkubuwono IX nanti. Keprihatinan ini agaknya karena terbatasnya anggaran dan bantuan dari pemerintah. Biaya penyelenggaraan diajukan sebelum Kenop 15, sebesar Rp 1,4 milyar. Dari jumlah itu, dana bantuan pemerintah hanya 60%. Sisanya harus ditanggulangi oleh panitia pelaksana, antara lain dari sponsor dan penjualan tiket. Dari biro iklan Ad House, pemegang tunggal penggunaan logo SEA Games X, sudah masuk Rp 75 juta. Melalui tiket--1 juta eksemplar dengan nilai nominal Rp 800 juta --diubernyaangka Rp 300 juta. Sempat beredar sticker SEA Games X. Tapi penjualannya yang diorganisir oleh oknum Bidang III, bagian yang bertanggungjawab soal penggalian dana, kemudian dilarang oleh Ketua Eksekutif SEA Games X, Gatot Suwagio. Sticker yang Rp 300 sebuah itu tidak mendapat iin dari Departemen Sosial, padahal sudah dicetak sekitar 500.000 eksemplar. Biaya Rp 1,4 milyar itu juga direncanakan untuk perbaikan sarana pertandingan. Tapi, kecuali di Velodrome, arena balap sepeda, tak banyak gedung olahraga yang terjamah perbaikan. Velodrome itu sendiri diperbaiki secara tergesa-gesa. "Masih kurang sfe," komentar seorang pembalap. Di perkampungan kontingen Indonesia, juga di Senayan, indeks makan atlit yang tadinya Rp 6.500 perkepala diturunkan menjadi Rp 4.000. Namun ini, menurut Komandan Pelatnas, Mohamad Anwar, tidak mempengaruhi semangat juang anak asuhannya. "Mereka siap tanding," katanya. Dari SEA Games IX di Kuala Lumpur 1977 kontingen Indonesia memboyong 62 medali emas, 41 perak, dan 34 perunggu dari 18 cabang olahraga yang diikuti. Apakah sekali ini bisa diperoleh sebanyak itu lagi? Di kertas, itu bukan suatu hal mustahil. Di beberapa cabang olahraga dominasi atlit kita belum tergoyahkan oleh lawan. Bulutangkis, misalnya. Mungkin hanya Malaysia dan Muangthai--di antara 5 negara peserta--merupakan saingan bagi Indonesia. Nomor ini mempertarungkan 7 medali emas --2 dari regu dan 5 dari nomor perorangan (putera-puteri). Di SEA Games IX, tim bulutangkis Indonesia mendapat 6 medali emas. Satu-satunya kehilangan adalah di partai tunggal puteri (Verawaty melawan Sylvia Ng dari Malaysia) ketika itu. Nomor tenis meja? Di sini pun ada 7 medali emas. Ketua Umum PTMSI, Ali Said mengungkapkan bahwa lawan yang dihadapi Indonesia sekali ini 'kecil'. Dalam SEA Games IX, tim tenis meja Indonesia juga menyabet 6 medali emas. Yang kalah waktu itu adalah tunggal ruteri, Liliana Wibisono. Sekarang tempatnya digantikan oleh Carla Tejasukmana-Wuisan. Kalau tim Indonesia memang lagi sial, kali ini pemain luar yang mungkin meraih emas adalah Tah Seng Peong dari Malaysia. Pemain ini baru saja mempersiapkan diri selama 6 bulan di Beijing, RRC. Tenis? Dalam cabang ini dari Kuala Lumpur 1977 juga Indonesia membawa pulang 6 dari semua 7 medali emas. Satu-satunya kegagalan ketika itu adalah di partai ganda puteri (Lita Sugiarto/ Lany Kaligis melawan Suthasine Sirikaya/Hoonsiri dari Muangthai). "Tim Indonesia, kali ini lebih beruntung," komentar Sirikaya. "Main di lapangan sendiri." Dari pertandingan di kolam (renang loncat indah, dan polo air)? Tim Indonesia -- seperti Ketua KONI PusatSoeprajogi, juga Ketua Umum PRSI memperkirakannya--mungkin dapat 15 medali emas, dibanding di Kuala Lumpur 1977 21 medali emas. Ia memperhitungkan faktor Kristiono Sumono yang absen kini karena bersekolah di AS. Kristiono memegang 7 medali emas SEA Games IX. Mungkin juga akan ada persaingan ketat di bagian puteri. Saingan utama bagi perenang wania Indonesia adalah seperti Junie Sng, pemegang 5 medali emas SEA Games IX dan 2 medali emas sian Games VIII (1978) dari Singapura. Nomor favorit Junie adalah 100 m dan 200 gaya kupukupu, serta 200 m, 400 m, dan 800 m gaya bebas. Dia masih dianggap unggul. Juga terhitung tangguh adalah Ma Theresia Espinosa dari Filipina dan perenang Malaysia, Helen Chow. Bagaimanl dengan Naniek Juliati Suwaji, ratu kolam Indonesia? "Ia agak menurun belakangan ini," kata Ketua PRSI, Ahem Erningpraja. "Mudah-mudahan ia bisa mencapai puncak lagi dalam pertandingan nanti." Yang kelihatan agak sip adalah 200 m gaya kupu-kupu dari Nunung Selowati, serta 100 m dan 200 m gaya dada dari Anita Saparjiman. Dari loncat indah, pelatih Yasin mengharapkan atlitnya bisa menyumbang 3 medali emas, dibanding di SEA Games IX 2 medali emas. Tapi polo air dianggap masih berat. "Kalau pada hari ketiga (pertandingan dari 24 s/d 27 September) kita sudah meraih 15 medali emas, rasanya jumlah di Kuala Lumpur bisa dicapai," ramal Erningpradja. Tinju? pelatih Benny Tandiono memperkirakan anak asuhannya akan merenggut 6 medali emas--satu di atas pengumpulan di SEA Games IX. Cabang tinju menyediakan 11 medali emas. Saingan berat Indonesia ialah Muangthai dan Filipina. Kedua negara ini memiliki petinju tangguh di Asia. Misalnya, Reynaldo Fortelesa dari Filipina. Tapi menurut kabar terakhir, Fortelesa cedera. Dari Muangthai dikenal Vinai Ratanakum, yang tahan pukulan. Batu sandungan mungkin pula datang dari petinju Malaysia. Di cabang lain--seperti angkat besi, panahan, judo, senam, atletik, balap sepeda, menembak--agak tipis. Persaingan kekuatan di nomor ini tampak lebih merata di antara peserta. Di balap sepeda misalnya, tim Malaysia sudah mengincar medali emas untuk 100 km Team Time Trial. Belum lagi saingan dari Muangthai. Pelatih Sapari dari Indonesia memperhitungkan atlit asuhannya akan bisa memenuhi target 2 medali emas yang dibebankan KONI Pusat. Yang agak menyedihkan Indonesia adalah cabang atletik. Tim Indonesia turun dengan 11 atlit. Tiga di antaranya--A. Rachman Zakin, Martin Huwa, dan Irawati--sampai pekan lalu masih belum fit. Dalam SEA Games IX mereka memboyong 2 medali emas (1 di antaranya juara kembar). Kali ini? "Kita harapkan, tentu saja, lebih baik," kata pelatih Jootje Gosal Muangthai, Malaysia, maupun Birma -- ketiganya berharap mengantongi medali atletik paling banyak dari sini. Bakal dihadapi Indonesia adalah Anat Ratanapol, Suchart Jaesuraparp, atau pelari puteri Usanee Laopinkarn--semua itu pelari andalan Muangthai. Dalam Asian Games VIII mereka mengantongi medali emas. Dari Malaysia, terdapat pula Saik Oik Cum, pelari wanita tercepat di Asia untuk nomor 200 m dan 400 m. Prestasinya untuk 400 m, misalnya, adalah 55,09 detik (rekor nasional Indonesia 56,0 detik atas nama Carolina Riewpassa yang tak turut lagi). Waktu tempuh itu dicatat Saik Oik Cum Agustus lalu. Belum lagi Marina Chin, bintang lari gawang 100 m dan 400 m. Birma tetap menampilkan Than Than pemenang 3 medali emas SEA Games IX--nomor lari 200 m, 400 m, dan 800 m puteri. Di Jakarta, ia akan terjun dalam nomor lari 400 m gawang. "Prestasinya (saat ini) lebih baik dibandingkan apa yang pernah dicapainya sebelumnya." komentar pelatihnya. Bersama Than Than akan ikut pula Jimmy Crampton, pelari tangguh nomor 800 m dan 1.500 m. Ada lagi nama hebat seperti Ko Ko, Maungthai, Jennifer Tin Lay -- semuanya memegang medali emas SEA Games IX. Akan bola basket, sepakbola, bola volley, hockey, sepak takraw, dan bola volley--kecuali ada faktor X--agak sulit diharapkan Indonesia. Penasehat tim, Wiel Coerver, pernah mengatakan kesebelasan Indonesia punya peluang untuk jadi juara (TEMPO 15 September), namun menjelang memasuki perkampungan atlit di Senayan, ia kembali 'pesimis'. Beberapa pemain, seperti Rudy Kelces atau Tinus Heipon yang diharapkannya tak berada dalam kondisi prima. Ditambah lagi musuh yang bakal dihadapi pun tak enteng, antara lain, Birma, Muangthai, dan Malaysia, juara SEA Games IX. Agar Tak Lumpuh Bagaimana dengan lainnya Jawabannya rata-rata 'pesimis' Pelatih sepak takraw, A. Rachman Daud, umpamanya, mengatakan "Lawan-lawan kita merupakan raksasa dalam sepak takraw sejak 25 tahun lalu." Adalah Malaysia, Muangthai, dan juga Singapura, yang dimaksudkannya. Pada cabang softball seperti halnya hockey, keikut-sertaan Indonesia lebih banyak untuk menakar kemampuan semata. "Hasil SEA Games X ini akan membuktikan di mana tempat kita di tingkat Asia," kata pelatih softball, Yulius Tetelepta. Favorit untuk meraih emas dari softball adalah Filipina. SEA Games X akan diikuti 1236 atlit -- terbesar dari Indonesia: 237 putera dan 100 puteri. Ini terhitung besar dalam sejarah SEA Games--semula bernama SEAP Games dengan anggota terbatas pada negara-negara yang terletak di tanah semenanjung saja. Indonesia dan Filipina baru diterima jadi anggota setelah tahun 1976, agar pesta sukan yang diselenggarakan pertama kali di Bangkok 1959 tidak lumpuh begitu saja. Lantaran Vietnam, Laos, dan Kamboja --akibat situasi di dalam negeri--tidak bisa berpartisipasi penuh. Di Jakarta, Laos dan Kamboja masih tetap belum sempat mengirimkan kontingennya. Sedang Vietnam, yang merencanakan turut, belum mengirimkan daftar atlitnya sampai awal pekan ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus