Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Kisah Pilu Atlet DKI, dari Uang Saku Telat sampai Diusir

Semua atlet dan pelatih Tarung Drajat DKI Jakarta belum mendapat uang saku yang dijanjikan Pemerintah Provinsi DKI.

13 Juni 2018 | 22.04 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Masalah terhambatnya uang saku atlet dan pelatih peserta Pelatda DKI Jakarta berbuntut panjang. Akibat masalah keuangan itu, banyak atlet yang tak bisa berkonsentrasi berlatih demi mewakili Provinsi DKI Jakarta pada Pekan Olahraga Nasional (PON) berikutnya di Jayapura, Papua, dua tahun mendatang.

Salah satu atlet yang mengalami nasib nahas ini adalah atlet Tarung Drajat DKI Jakarta, Aming. Karena tak mendapat uang saku dari pemerintah provinsi DKI Jakarta, dia harus diusir dari kontrakannya akibat tak mampu membayar uang sewa. Menurut Aming, uang saku yang seharusnya dibayarkan pemerintah DKI tiap bulan, sudah mandeg sejak enam bulan lalu atau sejak awal tahun ini.

BACA JUGA: Seluruh Atlet Tarung Derajat DKI Belum Dapat Uang Saku

Padahal uang itu sangat dibutuhkan atlet berusia 29 tahun itu, untuk menghidupi istri dan kedua anaknya. "Sejak dua minggu lalu saya sudah  diusir dari kontrakan, saya harus pulang kampung ke Bogor," kata Aming saat dihubungi Tempo, Rabu, 13 Juni 2018.  Aming merupakan atlet yang mengandalkan sepenuhnya hidup dari olahraga. Uang saku yang tak kunjung cair membuatnya harus banting setir menjadi pekerja serabutan di bisnis percetakan.  

Besaran uang saku tiap atlet Pelatda adalah sebesar Rp 3.550.000 per bulan, untuk pelatih Rp 4.460.000 per bulan, dan asisten pelatih Rp 4.360.000 per bulan. Saat ini Pelatda Tarung Drajat DKI Jakarta memiliki 11 Atlet yang terdiri dari 9 putra dan 2 putri, 1 pelatih dan 1 asisten pelatih. Semuanya disiapkan untuk menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2020. 

BACA JUGA: Gubernur Anies Baswedan Minta Makanan Atlet Disiapkan Khusus

Menurut Sekretaris Umum Tarung Drajat DKI Jakarta Donni Mahendro, tak hanya Aming, tapi seluruh tim belum mendapatkan uang saku sejak enam bulan lalu. "Waktu tahun lalu juga kayak gini. Mendekati lebaran, anak-anak malah belum dapat (uang saku). Sehabis lebaran baru mereka dapat dengan sistem dirapel (dibayarkan sekaligus)," kata Donni. 

Aming sendiri mengaku masih berusaha berlatih, meski dengan kondisi pas-pasan. "Kalau saya sih tetap semangat (berlatih) meski agak kecewa. Karena di usia segini (29 tahun), ini kesempatan terakhir saya di PON 2020. Saya ingin kejar berprestasi saja karena saya merasa punya hutang ke DKI," katanya. 

BACA JUGA: Uang Saku Atlet DKI Jakarta Tertunda, Konflik Ini Penyebabnya

Aming pun berharap segera mendapat kepastian terkait dana uang saku ini. "Saya rencananya tinggal dulu di kampung, kemudian saya berangkat ke Jakarta lagi sambil kerja. Rencananya kan ada Kejurnas Piala Presiden nanti Oktober," kata Aming. 

Dinas Pemuda dan Olahraga DKI Jakarta belum dapat dihubungi terkait masalah keterlambatan uang saku ini. Konfirmasi dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sedang diusahakan.   

BACA JUGA: Atlet DKI Jakarta Diharapkan Raih Prestasi Tingkat Dunia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Egi Adyatama

Egi Adyatama

Wartawan Tempo

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus